Kita
dapat menutup ringkasan historis teori sosiologi awal ini, terutama teori
sosiologi Eropa konservatif, dengan uraian singkat tentang dua orang sosiolog
Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923) dan Gaettano Mosca (1858-1942). Keduanya
berpengaruh pada zamannya tetapi sudah kurang relevansinya dengan zaman
sekarang. Sedikit sekali orang yang membaca karya Mosca kini. Pernah terjadi
lonjakan singkat perhatian terhadap karya Pareto (1935) di tahun 1930-an ketika
Parsons mencurahkan perhatian pada karya Pareto sebanyak yang dicurahkannya
pada karya Weber dan Durkheim. Tetapi, akhir-akhir ini perhatian terhadap karya
Pareto merosot kecuali terhadap sebagian kecil konsep-konsep utamanya.
Zeitlin
menyatakan bahwa Pareto mengembangkan gagasan utamanya sebagai sangkalan
terhadap Marx (1996:71). Pareto sebenarnya tak hanya menolak Marx tetapi juga
sebagian besar filsafat Pencerahan. Misalnya, selagi filsuf Pencerahan
menekankan peran faktor rasional, Pareto menekankan apda faktor nonrasional
seperti naluri manusia. Penekanannya ini pun berkaitan dengan penolakannya
terhadap teori Marx. ‘Artinya,’ karena faktor nonrasional menjadi demikian
penting dan karena tak berubah maka tak realitis berharap akan tercapai
perubahan sosial yang dramatis melalui revolusi ekonomi.
Pareto
pun membangun teori perubahan sosial yang bertolak belakang dengan teori
Marxian. Sementara teori Marx memusatkan perhatian pada peran massa, Pareto
menyodorkan teori elite perubahan sosial yang berpendirian bahwa masyarakat
jelas akan didominasi oleh sejumlah kecil elite yang memerintah berdasarkan
kepentingan diri sendiri. Elite kecil ini memerintah massa rakyat yang memang
didominasi oleh faktor nonrasional. Menurut Pareto, karena kapasitas rasional
massa terbatas mereka bukanlah sebuah kekuatan revolusioner. Perubahan sosial
terjadi ketika elite mulai mengalami kemerosotan moral dan digantikan oleh
elite baru yang berasal dari elite yang tak memerintah atau unsur yang lebih
tinggi dari massa. Segera setelah elite baru berkuasa, proses yang baru pun
dimulai. Jadi, Pareto menyodorkan teori perubahan sosial melingkar, sedangkan
Marx, Comte, Spencer dan yang lain menyodorkan teori perubahan sosial yang
linier. Di samping itu teori perubahan sosial Pareto mengabaikan penderitaan
manusia. Elite datang dan pergi tetapi sebagian besar massa tetap sama.
Teori
ini bukanlah sumbangan terakhir Pareto terhadap sosiologi. Teori ini melandasi
konsep ilmiahnya tentang sosiologi dan kehidupan sosial. “Keinginanku adalah
untuk membangun sistem sosiologi menurut model astronomi, fisika, dan kimia”
(dikutip dalam Hook, 1965:57). Singkatnya, Pareto membayangkan masyarakat
sebagai sebuah sistem yang berada dalam keseimbangan, sebagai kesatuan yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung. Perubahan satu bagian dipandang
menyebabkan perubahan bagian lain dari sistem. Konsepsi Pareto yang sistematis
tentang masyarakat inilah yang menjadi alasan terpenting Parsons mencurahkan
banyak perhatian terhadap karya Pareto yang berjudul The Structure of Social
Action (1937). Karya inilah yang berpengaruh terhadap pemikiran Parsons.
Dilebur dengan pandangan serupa lainnya yang didukung oleh pakar yang
menganalogikan masyarakat dengan organisme (misalnya Comte, Durkheim dan
Spencer), teori Pareto memainkan peran sentral dalam pengembangan teori Parsons
dan lebih umum pengembangan fungsionalisme struktural.
Sementara
kini sedikit sosiolog modern yang membaca karya Pareto, karya Mosca malah boleh
dikatakan tak ada yang membacanya. Karyanya juga dapat dilihat sebagai
penolakan terhadap Pencerahan dan Marxisme. Poin pentingnya bahwa Mosca,
seperti Pareto, menawarkan teori peran elite dalam . sosial yang bertolak
belakang dengan perspektif Marxian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar