Pemikir Marxis yang berorientasi ke
riset historis ini mengaku sebagai Marxian yang benar-benar memusatkan
perhatian pada sejarah. Riset historisris Marx paling terkenal adalah formasi
ekonomi prakapitalis (1857-1858/ 1964). Banyak karya historis berikutnya
berdasarkan perspektif Marxian (contoh, Amin, 1977; Dobb, 1964; Hobsbawm,
1965). Dalam bagian ini kita akan membahas karya yang merefleksikan orientasi
historis, karya Immanuel Wallerstein (1974, 1980, 1989,1992,1995; Chase-Dunn,
2001) tentang sistem dunia modern.
Sistem Dunia Modern
Wallerstein memilih unit analisis tak
seperti yang digunakan oleh kebanyakan pemikir Marxian. Ia tak memperhatikan
pekerja, kelas atau bahkan negara karena ia melihat sebagian besar variabel
tersebut terlalu sempit untuk tujuan analisisnya. Sebaliknya, ia memusatkan
perhatian pada kesatuan ekonomi luas dengan pembagian kerja yang tak dibatasi
oleh batasan politik atau kultural. Ia menemukan bahwa unit dalam konsep sistem
dunianya itu sebagian besar adalah sosial yang memenuhi kebutuhan sendiri
dengan batas dan jangka hidup yang dapat ditetapkan; artinya sistem sosial itu
tak kekal selamanya. Sistem itu secara internal tersusun dari berbagai jenis
struktur sosial dan kelompok-kelompok yang menjadi anggotanya. Wallerstein tak
cenderung mendefinisikan sistem itu dari sudut konsensus yang menyatukannya
bersama. Menurutnya sistem itu dipersatukan bersama oleh berbagai jenis
kekuatan yang mengandung ketegangan di dalamnya. Kekuatan ini selalu berpotensi
untuk merobek sistem sehingga terpecah-pecah.
Wallerstein menyatakan bahwa sejauh
ini kita hanya mempunyai dua tipe sistem dunia. Pertama adalah kekaisaran
dunia, contohnya kekaisaran Romawi kuno. Kedua, adalah sistem ekonomi dunia
kapitalis modern. Kekaisaran dunia berdasarkan dominasi politik (dan militer)
sedangkan sistem ekonomi dunia kapitalis bersandarkan pada dominasi ekonomi.
Ekonomi dunia kapitalis dipandang lebih stabil ketimbang kekaisaran dunia
karena beberapa alasan. Pertama, ekonomi dunia kapitalis mempunyai basis lebih
luas, karena meliputi banyak negara. Kedua, mempunyai proses stabilisasi
ekonomi yang terpasang permanen. Masing-masing kesatuan politik di dalam
ekonomi dunia kapitalis menyerap apa pun kerugian yang terjadi, sedangkan
keuntungan ekonomi didistribusikan ke tangan privat. Wallerstein meramalkan
kemungkinan munculnya sistem dunia ketiga, sebuah pemerintahan dunia sosialis.
Sementara sistem ekonomi kapitalis memisahkan politik dari sektor ekonomi,
ekonomi dunia sosialis akan menyatukannya kembali.
Pusat (core) kawasan geografis
mendominasi ekonomi dunia dan mengeksploitasi seluruh sistem. Kawasan pinggiran
(periphery) terdiri dari kawasan yang menyediakan bahan mentah bagi pusat dan
sangat dieksploitasi oleh pusat. Kawasan semipinggiran (semiperiphery) adalah
kategori sisa (residual) yang meliputi sekumpulan kawasan di suatu tempat
antara yang mengeksploitasi dan yang dieksploitasi. Pendapat kunci di sini
adalah bahwa, menurut Wallerstein, pembagian eksploitasi internasional bukan
ditentukan oleh batas negara, tetapi oleh pembagian kerja ekonomi di dunia. Dalam
jilid pertama tentang sistem dunia, Wallerstein (1974) menerangkan asal-usul
sistem dunia kira-kira antara tahun 1450 dan 1640. Signifikansi perkembangan
ini adalah terjadinya pergeseran dari dominasi politik (dan militer) ke
dominasi ekonomi. Wallerstein melihat ekonomi sebagai alat dominasi yang jauh
lebih efisien dan lebih maju ketimbang politik. Struktur politik sangat tidak
praktis, sedangkan eksploitasi ekonomi memungkinkan untuk meningkatkan aliran
surplus dari strata bawah ke strata lebih tinggi, dari kawasan pinggiran ke
kawasan pusat (pusat), dari mayoritas ke minoritas (Wallerstein, 1974:15). Di
era modern, kapitalis menyediakan basis untuk pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi dunia; ini telah tercapai tanpa bantuan struktur politik yang
dipersatukan. Kapitalisme dapat dipandang sebagai alternatif ekonomi terhadap
dominasi politik. Kapitalisme jauh lebih mampu menghasilkan surplus ekonomi
ketimbang teknik yang lebih primitif yang digunakan dalam eksploitasi politik.
Wallerstein menyatakan ada tiga hal
yang diperlukan untuk membangun ekonomi dunia kapitalis keluar dari puing
reruntuhan feodalisme; ekspansi melalui eksplorasi dan kolonisasi, pengembangan
metode pengendalian kerja yang berlainan untuk kawasan berlainan (misalnya,
pusat, pinggiran) dari ekonomi dunia, dan pembangunan negara yang kuat yang
akan menjadi pusat ekonomi dunia kapitalis yang baru muncul. Berikut ini
dibahas satu per satu.
Ekspansi Geografis
Wallerstein menyatakan ekspansi
geografis oleh bangsa adalah persyaratan bagi kedua tahap lainnya itu. Portugal
memimpin eksplorasi dilautan dan bangsa-bangsa Eropa lainnya menyusul.
Wallerstein berhati-hati berbicara mengenai negara tertentu atau mengenai
istilah Eropa pada umumnya. Ia lebih suka melihat ekspansi di lautan disebabkan
oleh kelompok orang yang bertindak atas nama kepentingan mereka sendiri.
Kelompok elite seperti bangsawan memerlukan ekspansi lautan karena berbagai
alasan. Pertama, mereka berperang melawan kelas yang baru muncul yang
menyebabkan ambruknya ekonomi feodal. Kedua, perdagangan budak menyediakan
mereka tenaga kerja loyal untuk membangun ekonomi kapitalis. Ketiga, ekspansi
juga menyediakan berbagai jenis komoditi yang dibutuhkan untuk mengembangkan
kapitalis emas, makanan, dan berbagai jenis bahan mentah.
Pembagian Kerja Dunia
Segera setelah dunia mengalami
ekspansi ia bersiap masuk ke tahap berikutnya, pengembangan divisi tenaga kerja
di seluruh dunia. Pada abad enam belas, kapitalisme menggantikan statisme
sebagai mode utama yang mendominasi dunia, tetapi kapitalisme tidak berkembang
secara seragam di seluruh dunia. Pada kenyataannya, menurut Wallerstein,
solidaritas sistem kapitalis pada akhirnya didasarkan pada pengembangan yang
tak ekual. Dengan orientasi Marxiannya, Wallerstein tidak menganggapnya sebagai
keseimbangan konsensual, tetapi lebih sebagai keseimbangan yang bermuatan
konflik dari awal. Bagian-bagian sistem dunia kapotalis yang berbeda
terspesialisasi dalam fungsi-fungsi khusus mengembangbiakkan tenaga kerja,
memproduksi bahan makanan, menyediakan bahan mentah, dan mengorganisir
industri. Kawasan yang berbeda-beda akan mengembangkan spesialisasi dalam
menghasilkan tipe tenaga kerja khusus. Contoh, Afrika memproduksi budak; Eropa
Barat dan Eropa Selatan mempunyai banyak petani dan petani penyewa. Eropa Barat
juga menjadi pusat pekerja kelas penguasa dan keterampilan lain serta pekerja
perorangan yang berperan sebagai tenaga pengawas.
lebih umum lagi, masing-masing ketiga
bagian pembagian kerja internasional itu cenderung berbeda dilihat dari sudut
cara pengendalian tenaga kerja. Kawasan pusat mempunyai tenaga kerja bebas;
kawasan pinggiran ditandai oleh tenaga paksaan dan seni; pinggiran adalah pusat
kawasan pertanian dengan pola bagi hasil. Wallerstein menyatakan bahwa kunci
kapitalisme terletak pada kenyataan bahwa kawasan pusat didominasi oleh pasar
tenaga kerja bebas untuk pekerja terampil, dan pasar tenaga kerja paksa untuk
pekerja kurang terampil terdapat di kawasan pinggiran. Kombinasi seperti itu
adalah esensi kapitalis Bila pasar tenaga kerja bebas harus berkembang di
seluruh dunia, itu hanya dapat dicapai dengan sosialisme. Bagian-bagian dunia
tertentu mulai mendapat keuntungan awal yang kecil yang kemudian digunakan
sebagai basis untuk mengembangkan keuntungan lebih besar di kemudian hari.
Kawasan pusat pada abad 16, terutama Eropa Barat, dengan cepat memperbesar
keuntungannya ketika kota berkembang, industri berkembang, dan perdagangan
menjadi penting. Pada waktu bersamaan masing-masing aktivitasnya menjadi
semakin terspesialisasi dan memproduksi dengan cara makin efisien. Sebaliknya,
kawasan pinggiran mengalami stagnasi bergerak ke arah masyarakat monokultur,
atau yang tidak terdiferensi masyarakat berfokus-tunggal.
Perkembangan Negara Pusat
Tahap ketiga perkembangan sistem dunia
melibatkan sektor politik dan cara-cara kelompok ekonomi yang berlainan
menggunakan struktur negara untuk melindungi dan mendahulukan kepentingan
mereka. Monarki absolut muncul di Eropa Barat hampir bersamaan waktunya dengan
perkembangan kapitalisme. Sejak abad 16 hingga abad 18, negara adalah pusat
pelaku ekonomi di Eropa meski pusatnya ini kemudian ke perusahaan. Negara yang
kuat di kawasan pusat memainkan peran kunci dalam mengembangkan kapitalisme dan
akhirnya menyediakan landasan bagi kematian dirinya sendiri. Negara-negara
Eropa memperkuat diri mereka di abad 16, antara lain dengan mengembangkan dan
memperluas sistem birokrasi dan menciptakan monopoli kekuasaan dalam
masyarakat, terutama dengan membangun tentara dan melegitimasi aktivitas mereka
untuk menjamin terpeliiharanya stabilitas dalam negeri. Sementara negara di
kawasan pusat membangun sistem politik yang kuat, dalam waktu bersamaan kawasan
pinggiran membangun negara yang lemah.
Perkembangan yang Kemudian
Dalam bukunya, The Modern World System
II, Wallerstein (1980) menguraikan sejarah konsolidasi ekonomi dunia antara
1600 dan 1750. Dalam periode ini tak terjadi ekspansi ekonomi Eropa yang
berarti, tetapi terjadi sejumlah perubahan penting dalam sistem dunia.
Contohnya perkembangan dan kemudian diikuti kemorosotan dalam negara pusat,
yakni negara Belanda. Kemudian dia menganalisa konflik antara Perancis dan
Inggris yang berakhir dengan
kemenangan Inggris. Di kawasan pinggiran, Wallerstein secara mendetail
mendeskripsikan, antara lain, kawasan Amerika jajahan Spanyol yang mengalami
kemerosotan dan Swedia yang mengalami kemajuan ekonomi. Ia melanjutkan analisis
historisnya mengenai berbagai peran yang dimainkan oleh berbagai masyarakat
dalam pembagian kerja ekonomi dunia. Wallerstein melanjutkan analisis
historisnya dari sudut pandang Marxian di mana dia menganalisa divisi tenaga
kerja dalam perekonomian dunia. Meski memperhatikan faktor sosial dan politik,
namun perhatian utamanya tetap tertuju pada peran faktor ekonomi dalam sejarah
dunia.
Dalam bukunya paling baru, Wallerstein
(1989) membuat analisis historis hingga tahun 1840-an. Wallerstein melihat tiga
perkembangan besar selama periode 1730-an hingga 1840-an: Revolusi Industri
(terutama di Inggris), Revolusi Perancis, dan kemerdekaan negara yang semula
menjadi koloni negara-negara Eropa di Benua Amerika. Menurutnya tak satu pun
negara baru ini yang menentang sistem kapitalis dunia, sebaliknya mereka justru
bergabung dan menjadi bagian kubu sistem itu (Wallerstein, 1989:256).
Wallerstein melanjutkan analisis
sejarah tentang perjuangan antara Inggris dan Perancis untuk mendominasi
kawasan pusat. Meski ekonomi dunia mengalami stagnasi sebelum periode analisis,
kawasan pusat kini meluas dan Inggris Raya mampu membangun industri lebih cepat
dan mendominasi industri berskala besar. Pergeseran dominasi ke Inggris terjadi
meski fakta menunjukan bahwa di abad 18 Perancis telah mendominasi bidang
industri. Revolusi Perancis berperan penting dalam mengembangkan sistem
kapitalis dunia terutama dengan membantu mengakhiri sisa kultur feodalisme dan
menghasilkan sistem ideol kultural yang sesuai dengan realitas politik dan
ekonomi. Tetapi, revolusi menghambat perkembangan industri Perancis. Perang dan
rezim Perancis juga menghambat industri. Menjelang akhir periode tersebut,
“Inggris akhirnya benar-benar memegang hegemoni dalam sistem dunia”
(Wallerstein, 1989:122).
Periode 1750 dan 1850 ditandai oleh
penggabungan kawasan baru yang sangat luas (subbenua India, kekaisaran Ottoman
dan Rusia, dan Afrika Barat) ke dalam kawasan pinggiran sistem ekonomi dunia.
Kawasan ini telah menjadi kawasan eksternal sistem dunia dan dengan demikian
telah dikaitkan dengan, tetapi belum masuk, ke dalam sistem. Ekonomi dunia
kapitalis membutuhkan bahan mentah dari kawasan eksternal ini, tetapi kawasan
ini juga mampu menentang impor barang manufaktur dari negara pusat. Akibat tak
terjadinya kerja sama timbal balik dengan kawasan eksternal ini, negara yang
bertetangga dengan negara kawasan eksternal ini juga ditarik ke dalam sistem
dunia. Demikianlah bergabungnya India menyebabkan Cina menjadi bagian kawasan
pinggiran. Menjelang akhir abad 19 dan awal abad 20 langkah penggabungan makin
dipercepat dan “seluruh dunia, bahkan kawasan yang sebelumnya tak menjadi
bagian dari kawasan eksternal sekalipun, masuk ke dalam sistem dunia kapitalis”
(Wallerstein, 1989:129).
Desakan bergabung ke dalam ekonomi
dunia ini tidak datang dari bangsa yang akan digabungkan, tetapi “lebih berasal
dari tuntutan ekonomi dunia untuk meluaskan batasnya, yakni kebutuhannya
sendiri yang mengakibatkan tekanan internal terhadap ekonomi dunia”
(Wallerstein, 1989:129). Proses penggabungan terjadi secara tiba-tiba, tetapi
secara bertahap.
Dengan merefleksikan pendekatan
Marxiannya tentang ekonomi, Wallerstein (1989:170) menyatakan bahwa untuk
menjadi bagian ekonomi dunia, politik bangsa bersangkutan harus menjadi bagian
dari sistem antar negara. Dengan demikian negara di kawasan yang digabungkan
itu harus mengubah diri mereka sendiri menjadi bagian sistem politik
antarnegara, harus diganti dengan bentuk politik baru yang mau menerima peran
ini atau diambil alih oleh negara yang telah menjadi bagian sistem politik
antarnegara itu. Negara yang lahir di akhir proses penggabungan tak hanya harus
menjadi bagian sistem antar negara, tetapi juga harus cukup kuat melindungi
kepentingan ekonomi dari campur tangan pihak luar, tetapi tak harus terlalu
kuat; artinya negara itu tak harus menjadi cukup berkuasa sehingga mampu
bertindak sesuai dengan yang ditentukan oleh ekonomi dunia kapitalis.
Terakhir Wallerstein menjelaskan
dekolonisasi Amerika antara 1750 dan 1850 mengungkap fakta bahwa Amerika
memerdekakan diri mereka sendiri dari kontrol Inggris Raya, Perancis, Spanyol,
dan Portugal. Dekolonisasi ini membawa konsekuensi besar bagi perkembangan
sistem kapitalis dunia terutama di Amerika.
Teori Sistem Dunia Kini
Pemikir Marxis
mengkritik perspektif sistem dunia karena kegagalannya menjelaskan secara
memadai hubungan antara kelas-kelas (Bergeson,1984). Menurut pandangan mereka,
Wallerstein memusatkan perhatian pada masalah yang keliru. Bagi pemikir Marxis,
kuncinya bukanlah pembagian kerja internasional antara kawasan pusat dan
pinggiran, tetapi adalah masalah hubungan kelas dalam masyarakat tertentu.
Berger berupaya mendamaikan perbedaan pendapat ini dengan menyatakan bahwa di
kedua pihak ada kekuatan dan kelemahannya. Menurut pendapatnya yang berdiri di
tengah ini, hubungan pertukaran yang timpang ini tak hanya ditemukan dalam
hubungan kawasan pusat dan pinggiran, tetapi juga dalam hubungan kelas global,
kuncinya adalah bahwa hubungan pusat-pinggiran adalah penting, tak hanya
sebagai hubungan pertukaran seperti ditegaskan Wallerstein, tetapi juga, dan
lebih penting, sebagai hubungan kekuasaan-ketergantungan, yakni hubungan kelas.
Belakangan ini, teoritisi sistem dunia telah mendorong teori tersebut agar
untuk membahas situasi dunia sekarang dan masa yang akan datang, (Chase-Dunn,
2001; Wallerstein, 1992; Wallerstein, 1999) serta masa-masa sebelum era modern
(Chase-Dunn dan Hall, 1994).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar