Selasa, 29 Januari 2013

Amputasi Virus Korupsi agar Tidak Menyebar ke Seluruh Tubuh


Media massa saat ini begitu gencar memberitakan serta menayangkan terjadinya kasus-kasus korupsi, serta terus mengawal bagaimana penanganannya oleh para penegak hukum, dari pusat hingga ke daerah.
Karenanya, kita menjadi semakin tahu, ternyata kejahatan korupsi sekarang sudah sedemikian merebaknya sehingga mereka yang terjerat tidak hanya dari kalangan eksekutif, tetapi juga legislatif, bahkan ada pula dari mereka yang berposisi di wilayah yudikatif yang didalamnya termasuk penegak hukum­­ institusi yang seharusnya menjadi benteng andalan dalam memberantas korupsi.
Dari pemberitaan juga kita tahu, bahwa ada kelegaan ketika mereka yang didakwa sebagai koruptor  itu, setelah ditangani secara hukum,  mendapatkan hukuman yang setimpal.
Sebaliknya, isu korupsi sebagai kejahatan mungkin menjadi keprihatinan ketika kasusnya sendiri tidak banyak yang  diberantas secara nyata dan tuntas sehingga akhirnya hanya  menjadi berita yang menjemukan dan sangat menyakitkan rasa  keadilan masyarakat.
Belakangan ini, kasus di beberapa daerah tentang penanganan  dugaan korupsi yang melibatkan eksekutif dan legislatif, kerap tampil menyita perhatian publik karena yang didakwa adalah tokoh-tokoh yang populer  di tengah masyarakat.
Tentu publik ingin tahu seberapa jauh  proses peradilan menanganinya. Dalam konteks otonomi daerah, pemberantasan korupsi seharusnya  secara kompetitif menjadi kegiatan dari agenda aksi pengadilan di setiap daerah bersama pemerintah daerah yang didukung oleh  seluruh rakyat.
Tidak melulu bersikap menyalahkan pemerintah yang oleh sebagian masyarakat dianggap sangat lemah di dalam pemberantasan korupsi.
Artinya, dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah dan lembaga-lembaga hukum serta pengadilan di daerah harus terpanggil untuk menjawab amanah undang-undang tersebut tanpa harus menunggu komando dari pimpinan nasional.
Maksudnya, pemberantasan korupsi dalam segala ukurannya di daerah harus  digalakkan untuk menghindari tudingan bahwa desentralisasi  kekuasaan dari pusat ke daerah hanyalah resentralisasi kekuasaan  atau pemusatan kembali kekuasaan di daerah-daerah.
Dengan demikian, desentralisasi dapat dipandang atau dituding juga sebagai desentralisasi kejahatan korupsi melalui resentralisasi kekuasaan di daerah-daerah.
Seakan-akan otonomi daerah membuka peluang bagi terjadinya korupsi di daerah secara otonom bersamaan dengan proses resentralisasi kekuasaan di daerah.
Bagaimanapun, justru otonomi daerah harus dijadikan kekuatan dan kehormatan daerah untuk dapat membangun pemerintahan dan masyarakat yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme, terutama bersih dari kejahatan korupsi.
Jika setiap daerah dipimpin oleh para penyelenggara pemerintahan yang bersih dan yang memimpin,  mengayomi, melayani, serta mengabdi masyarakat yang bersih, maka secara desentralistik dan sekaligus secara nasional kejahatan  korupsi dapat diminimalisir, kalau memang tidak yakin diberantas.
Namun, sebaliknya, jika korupsi semakin merajalela dan tak bisa  diberantas di daerah-daerah, maka secara nasional kejahatan  korupsi akan semakin menjadi wabah penghancur eksistensi bangsa.
Itu yang tidak kita inginkan dan karenanya semua pihak, termasuk media pun sekarang terus dalam posisi mengontrol, mengawasi dan mengawal itu semua agar berjalan pada jalurnya.

Hitam Putih, Mulutmu Harimaumu

Rasanya aneh kalo ada orang yang tidak pernah nonton Hitam Putih di salah satu tivi swasta ternama. Dilihat sekilas, Hitam Putih adalah sebuah talkshow seperti Kick Andy dan Just Alvin. Layaknya sebuah talkshow, ada bintang tamu yang “dikuras ceritanya yang hitam maupun putih” oleh si presenter. Yang unik presenter Hitam Putih adalah seorang Master Mentalist top, Deddy Corbuzier. Dengan kemampuannya sebagai seorang Mentalist, Deddy menggiring tamunya bercerita panjang lebar, sampai sering ada kata tertentu kena sensor. Sebagai orang awam sempat terpikir, kok tidak ada satupun tersangka koruptor yang diundang ke acara itu. Beberapa pertanyaan timbul di benak saya : apa memang mereka tidak diundang karena alasan tertentu? atau para koruptor itu menolak hadir karena takut semua rahasia dapurnya terkuak setelah ngobrol tanpa sadar dengan si Deddy? Seandainya Deddy Corbuzier bisa dihadirkan dalam persidangan koruptor sekedar untuk “membuka mulut” tersangka, rasanya semua masalah korupsi bisa jelas terungkap. Sayangnya ini hanya sebuah mimpi dari seorang rakyat jelata yang menginginkan keadilan terkuak di muka bumi Pertiwi.
Saya kasih jempol tayangan beberapa malam lalu yang menampilkan pengacara kondang FA, suami penyanyi pop melankolis Nia Daniaty. Kesan saya selama ini, FA itu sangat arogan. Sifat arogan dan dominannya saya lihat saat memaki Rumor dengan sebutan “banci kaleng” berulang-ulang dalam sebuah tayangan infotainment. Kalo FA mau marah sama seseorang, ya sah-sah saja. Tapi kemarahan yang diumbar dan disiarkan oleh infotainment sampai ke pelosok Indonesia jelas sangat memalukan dan mencemarkan nama baik orang yang dihujat. Kan kasihan orang dihujat di media massa. Saya jadi memberikan penilaian minus terhadap pribadi FA dan tindakannya tersebut. FA juga berkicau mirip cucakrowo dalam Twitter sehingga menyinggung perasaan etnis tertentu. Bagi saya pribadi, ini bukan perilaku yang baik dan teladan untuk Capres Indonesia di masa depan.
Yang menarik saat Hitam Putih yang bintang tamunya FA, ternyata si FA ini ciut juga nyalinya ditanya-tanyain sama Deddy Corbuzier. Ekspresi dan tingkah arogannya bagaikan kucing disiram air saat harus menjawab beberapa pertanyaan secara cepat. Terlihat jelas di layar kaca bagaimana ekspresi seorang FA. Untuk menghilangkan rasa salting tersebut, sampai menjawab Jokowi Gubernur Banjir Indonesia. Kok begitu jawabnya tentang Jokowi?apa tidak cukup selama ini Jokowi malang melintang membereskan Jakarta? OMG…itulah kualitas seorang FA.
Kalau mau lihat bagaiman tabiat sebenarnya dari seorang bintang tamu, nontonlah Hitam Putih. Acara ini benar-benar sip dan saya banyak belajar membaca karakter bermacam manusia didalamnya. Mulutmu harimaumu, itulah yang terjadi disana. Anda salah jawab sama artinya anda menggiring diri anda sendiri dalam suatu labirin yang tidak ketahuan dimana pintu keluarnya. Bravo buat Deddy Corbuzier dan Hitam Putih.

(Tidak) Manfaatnya Upacara Bendera

       Upacara Bendera yang dilakukan oleh hampir seluruh bangsa bangsa di dunia sepertinya memang layak untuk ditinjau ulang. Beberapa literatur yang saya peroleh manfaat upacara bendera diantaranya yaitu : Menumbuhkan rasa percaya diri, menumbuhkan potensi kepemimpinan, membiasakan hidup tertib dan disiplin, belajar bersosial dengan lingkungan, menumbuhkan semangat kebersamaan, membangun sikap tenggang rasa, belajar bertanggung jawab. Well, mari kita coba kupas satu persatu benar apa tidak manfaat upacara bendera tersebut.
Manfaat menumbuhkan rasa percaya diri, apakah dengan upacara bendera akan menumbuhkan rasa percaya diri? wah belum tentu pastinya. Bukannya upacara bendera malah akan membuat seseorang menjadi minder. Saya termasuk yang membuktikan hal ini bahwa upacara bendera lebih menyebabkan rasa  minder dan kuper, karena pada dasarnya upacara bendera tersebut cenderung melatih kekerasan dan intimidasi.
Benarkah upacara bendera juga menumbuhkan potensi kepemimpinan? Ini juga perlu dipertanyakan. Kepemimpinan tidak serta merta diperoleh dari upacara bendera. Dengan kegiatan lain pun kita dapat menumbuhkan potensi kepemimpinan. Pada intinya kepemimpinan dari upacara bendera ini hanya akan mencetak pemimpin-pemimpin yang arogan, sewenang-wenang, dan otoriter.
Manfaat membiasakan hidup tertib dan disiplin yang diperoleh dari upacara bendera juga sangat minim. Apa gunanya hidup tertib dan disiplin namun dibayang-bayangi oleh intimidasi dan hukuman-hukuman yang tidak mendidik. Menurut saya yang lebih bermanfaat melatih hidup tertib dan disiplin adalah dengan kesadaran pribadi dan mungkin sebagian orang memang perlu didislipinkan namun jangan disamaratakan antara yang sudah disiplin dengan yang memang mbalelo.
Upacara bendera apa ada hubungannya dengan belajar bersosial dengan lingkungan. Saya pikir ini sama sekali tidak berhubungan. Malah upacara bendera akan menghilangkan hubungan sosial dengan lingkungan, mengapa? ya karena waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk langsung bersosialisasi dengan lingkungan malah terbuang sia-sia hanya untuk upacara bendera.
Waspadalah dengan kata-kata semangat kebersamaan teman-teman, ini sangat berbahaya namun juga kadang bermanfaat. Sifat kebersamaan inilah yang selalu digembar-gemborkan oleh sebagian besar orang yang katanya bagus untuk pertemanan. Padahal sebenarnya ini sangat berbahaya karena dengan kebersamaan sering muncul hal-hal negatif  berupa tawuran antar pelajar, arisan PSK, minum-minuman keras, konsumsi narkoba, genk motor. Ini terjadi juga akibat dalih kebersamaan, yang tidak melakukan itu dianggap teman yang tidak melakukan kebersamaan.
Sikap tenggang rasa yang juga diklaim sebagai manfaat upacara bendera sepetinya juga patut dipertanyakan. Apa yang bisa diperoleh dari upacara bendera dan hubungannya dengan sikap tenggang rasa? yang ada malah sikap benci karena kesal akibat berdiri berlama-lama. Ini juga perlu dipertimbangkan untuk menggunakan kursi-kursi saat upacara bendera. Upacara bendera malah menimbulkan sikap diskriminasi antara siswa dengan guru atau dengan pembina/pegawai atasan karena secara sepihak mereka menggunakan kursi atau kalau sama-sama berdiri biasanya para guru atau pegawai atasan yang lebih tinggi lebih memilih atau disediakan tempat yang teduh/nyaman dibanding para siswa/pegawai rendahan.
Belajar bertanggungjawab adalah manfaat yang juga diklaim berasal dari upacara bendera. Ini sungguh terlalu naif, ya karena bertanggung jawab itu sangat tidak relevan jika dikaitkan dengan upacara bendera. Otak saya sulit untuk menerima korelasi antara upacara bendera dengan belajar bertanggungjawab.
Nah, kiranya pendapat saya tentang upacara bendera yang terutama dilakukan setiap hari senin di sekolah-sekolah perlu ditinjau ulang. Ini juga tak lepas dari masukan-masukan beberapa siswa dan beberapa teman untuk meninjau keamanan dan kenyamanan siswa saat upacara bendera agar tidak menimbulkan rasa iri akibat diskriminasi saat upacara bendera. Pendapat saya ini tidak ada kaitannya dengan ideologi dan teologi apapun yang berhubungan dengan penghormatan terhadap bendera itu sendiri. Jadi ini murni hanya argumen yang berkaitan dengan tidak ada manfaat upacara bendera itu sendiri.

Hary Tanoe Resmi Bentuk Ormas


Teka-teki langkah politik Hary Tanoe terjawab sudah, melalui orang dekatnya Ahmad Rofiq, mantan Ketua Dewan Pakar NasDem ini mendirikan Organisasi Masyarakat (Ormas) yang diberi nama Persatuan Indonesia (Perindo).
Ahmas Rofiq yang beberapa hari lalu mundur bersamaan dengan HT menjelaskan sedang mempersiapkan ormasnya tersebut dan pada Februari nanti akan diperkenalkan ke publik.
Pendirian ormas ini membuka tabir politik HT, yang beberap hari ini selalu ramai diberitkan oleh media. Hampir kesembilan parpol peserta pemilu menginginkan HT untuk berlabuh bersama partainya. Bahkan sang ketua umum masing-masing partai sudah melakukan pendekatan komunikasi dengan Bos MNC Group ini.
Betapa tidak, kekuatan media dan finansial HT yang begitu kuat membuat konglomerat ini bagaikan permen yang dikerubuti oleh semut. Bahkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) telah menyediakan kursi khusus buat HT jika bergabung dengan partai besutan Cak Imin tersebut.
Pendirian ormas ini memang sempat diutarakan HT saat konfernsi pers beberapa hari lalu, saat menyatakan mundurnya dari Partai Nasdem yakni pilihan pertama ormas, alternatif kedua partai baru. Tapi tentunya partai baru tidak mungkin bisa ikut di Pemilu 2014, tentu harus menunggu di Pemilu 2019. Ketiga adalah bergabung dengan partai yang ada.
Ya, semoga dengan berdirinya Perindo ini HT mampu memberikan kontribusinya bagi bangsa dan Negara, serta mewujudkan cita-citanya dalam melakukan perubahan dan pembenahan keadaan bangsa ini. Selamat Pak HT.

Turunkan Aher dan Jokowi!


Akhir-akhir ini muncul beberapa berita berita kurang menyenangkan tentang Ahmad Heryawan (Aher) dan Jokowi. Terutama oleh media-media yang dikenal sebagai milik kelompok partai tertentu. Melihat kenyataan yang ada, saya berpendapat, bahwa Aher dan Jokowi ternyata memang harus diturunkan!!!
Berikut beberapa alasan mengapa saya berpendapat seperti itu,
1.    Aher dan Jokowi pemimpin yang merakyat.
Kita tahu mereka adalah sedikit dari pemimpin kita yang mau sering turun ke lapangan. Bahkan Aher sudah dikenal blusukan sejak masih menjadi anggota DPRD Jakarta, salah satunya saat Tsunami di Aceh, begitupun Jokowi yang turun langsung saat menjadi walikota Solo. Aher dan Jokowi juga terbuka menerima masukan dari warga Jabar dan Jakarta lewat akun twitternya.
2.    Aher dan Jokowi peduli pendidikan
8000 kelas baru yang dibangun Aher dan kartu pintar yang dikeluarkan oleh Jokowi menjadi aksi nyata mereka dalam memberikan pelayanan terbaik di bidang pendidikan. Ada juga beasiswa pemda Jabar yang diberikan kepada ribuan mahasiswa tidak mampu di Jabar, suatu program bagus yang tidak dilakukan gubernur sebelumnya.
3.    Aher dan Jokowi peduli kesehatan
Penurunan angka kematian Ibu dan bayi di Jabar serta munculnya kartu sehat di Jakarta adalah hasil karya nyata Aher dan Jokowi di bidang kesehatan. Mereka juga aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan seperti imunisasi dan sebagainya.
4.    Aher dan Jokowi giat membangun infrastruktur
Perbaikan jalan provinsi, pembangunan lingkar nagrek, pembangunan tol sumedang dll adalah karya nyata Aher yang sangat membantu kemajuan Jabar. Rencana pelanjutan proyek MRT dan pembangunan penampungan air, meskipun belum terlaksana, juga karya nyata jokowi untuk mengatasi kemacetan dan banjir di Jakarta.
Sebenarnya masih banyak keberhasilan mereka yang lain, terlalu panjang bila ditulis satu-satu. Nah aneh bukan? Jika sebegitu banyak data-data dan fakta keberhasilan Aher dan Jokowi, mengapa mereka harus diturunkan?
Ya, maksud saya adalah diturunkan jumlah fitnah kepada mereka berdua. Jika anda aktif di media sosial dan sering menonton berita, miris melihat fitnah yang terjadi. Media saat ini memang dikuasai kelompok-kelompok tertentu, maka untuk mengimbanginya, biarlah rakyat yang bicara. Begitupun di media-media sosial, khususnya simpatisan atau tim sukses calon lain selalu men-demarketisasi mereka dengan fitnah-fitnah yang keji menurut saya. Padahal fakta yang ada mereka adalah pemimpin yang berprestasi, mereka pemimpin yang melaksanakan amanah rakyat dengan baik. Jadi tolong untuk tim sukses calon lain maupun media-media yang dikuasai kelompok tertentu objektif menyampaikan informasi berdasarkan fakta, tidak perlu ada demarketisasi. Turunkan! bahkan hilangkan fitnah dan black campaigndalam demokrasi kita agar demokrasi kita damai dan nyaman.

Senin, 21 Januari 2013

Potensi Kecurangan SNMPTN 2013


Sistem baru pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 ini ternyata kembali menuai kontroversi. Sistem baru yang berakibat pada pengurangan kuota dari jalur tertulis ini dianggap bentuk diskriminasi bagi anak-anak dari golongan menengah ke bawah yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri. Penerimaan mahasiswa baru yang didasarkan pada nilai rapor dan hasil Ujian Nasional (UN) ini seakan hanya memfasilitasi anak-anak dari golongan menengah ke atas yang umumnya juga belajar di sekolah unggulan.
Sementara bagi sekolah yang biasa saja, umumnya memiliki siswa dari kalangan yang beragam baik golongan menengah hingga yang menengah ke bawah. Anak-anak ini tidak mampu ikut bimbingan belajar dan lain sebagainya karena kondisi ekonomi yang pas-pasan. Akibatnya, nilai rapornya biasa saja dan hasil UNnya juga tak akan mampu mendongkrak peringkat. Namun hal ini dibantah oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh. Justru dengan pola baru ini siswa dari golongan manapun dapat merasakan pendidikan di perguruan tinggi negeri.
Bahkan ia menjelaskan bahwa anak-anak dari golongan menengah ke bawah tersebut juga banyak yang berprestasi. Seperti diketahui, SNMPTN 2013 mendatang akan mengadopsi cara penerimaan mahasiswa baru jalur undangan yang mengedepankan nilai rapor dan hasil UN. Kuota yang akan diterima dari hasil tes ini ditargetkan sekitar 60 persen.
Sementara untuk ujian tulis akan berganti nama menjadi SBMPTN dengan kuota minimal 30 persen dan sisa 10 persen akan diakomodir dari jalur mandiri. Ujian tulis pada seleksi masuk perguruan tinggi negeri cukup memiliki kredibilitas dan minim tingkat kecurangannya.
Oleh karena itu, sangat disesalkan langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan mengurangi kuota ujian tulis pada SNMPTN 2013. Dengan sistem ini seleksi masuk perguruan tinggi negeri akan ikut terkena berbagai praktik kecurangan seperti langkah katrol nilai yang akan membuat para siswanya dapat lolos masuk perguruan tinggi negeri incarannya.
Meski pihak panitia SNMPTN 2013 telah menyiapkan sanksi tegas bagi pihak yang melakukan katrol nilai siswa, saya meyakini hal ini tetap akan terjadi. Sebelumnya, Panitia Pelaksana SNMPTN 2013 menjamin bahwa katrol nilai sulit terjadi karena siswa juga wajib melakukan verifikasi terhadap data yang dimasukkan oleh sekolah melalui Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Selanjutnya akan ada penyesuaian juga oleh panitia dari nilai dalam PDSS dengan nilai berdasarkan rapor dan ijazah asli. Jika tidak sesuai maka risikonya siswa tersebut batal masuk perguruan tinggi negeri pilihannya.

Indonesia Seburuk Wajah Sinetronnya


Kita adalah apa yang kita tonton, apa yang kita baca, dan apa yang kita makan. Maka dari itu saya mengerti ada beberapa orang yang sangat menikmati menikmati sinetron, dan beberapa orang lainnya memaki-maki kenapa sinetron masih bersileweran di stasiun tv kita. Kendati isi dari tayangan sinetron kita cenderung membodohi dan asal-asalan. Padahal saya tahu, dalam benak mereka, orang-orang yang menikmati sinetron itu tahu kalo sedang dibodoh-bodohi. Lucu sekali ya cara berpikir mereka. Tahu dibodohi tapi masih tetap mau dibodohi.
Apa kalau ada tayangan yang lebih bermutu mereka akan tetap beralih tayangan? Dengan sangat menyesal saya akan mengatakan mungkin tidak. Orang-orang yang suka tayangan sinetron itu tetap akan mencari tayangan yang menurut kita tidak bermutu. Ya selera mereka akan tetap seperti itu. Ada yang berpendapat selera itu terpengaruh dari tingkat pendidikan dan lingkungan pergaulan. Tapi bagi kebanyakan orang selera rendah itu bisa juga dari cara hidup dan kebiasaan. Kalo ada orang yang terbiasa membaca tulisan murahan, dia akan seperti itu selamanya.
Apakah bisa dirubah? Mmhh mungkin bisa tapi akan sangat lama, karena itu saya berpikir betapa buruknya selera masyarakat kita pada umumnya. Kebanyakan, ya karena dari dulu kita dicekoki tayangan yang sama tidak bermutunya.
Saya cuman merasa prihatin. Ya, memang ada beberapa dari kita, minoritas, yang tidak suka betapa buruknya isi dari tayangan dari tv nasional. Tapi berapa banyak? Alih-alih protes di media social atau di blog tetap tidak ada yang berubah. Karena kita kalah jumlah dari orang-orang yang seleranya memang buruk.
Saya sudah lama tidak melihat tv nasional. Apakah saya tidak nasionalis? Saya juga baru tahu heboh banget banjir di jakarta dari social media. I don’t care.

Alkisah Harry Tanoe dan Surya Paloh


Alkisah, Harry Tanoe dan Surya Paloh akhirnya hom pim pah untuk menentukan siapa yang menjadi ketua umum parti Nasional Demokrat. Yang menang adalah yang tidak jadi dan yang kalah yang harus menjadi ketua. Terbalik? Yah, terbalik! Seperti membalikkan prilaku sejumlah pria di mushala yang terkucil di lantai basement mal-mal ibukota. Para pria yang sudah bersuci dan siap menjalankan ibadah clingak-clingukkiri kanan untuk mencari siapakah yang harus menjadi pemimpin sholat. Seakan-akan ketika menjadi imam menjadi sesuatu hal yang tidak pantas dan patut untuk dikerjakan.
Prilaku yang aneh ini umum terlihat di Indonesia. Ketika ada pemilihan kepala daerah (walikota, bupati dan gubernur) seakan-akan merekalah sosok terbaik dan paling tepat sesuai kompetensi yang dibutuhkan. Mereka berebutan memperebutkan satu slot,..hanya satu tempat saja. Segala macam trik, teknik dan strategi dilancarkan agar menjadi imam dapat terealisasi. Namun dalam waktu bersamaan sejumlah pria berebutan menjadi makmum saja karena merasa tidak pantas menjadi pemimpin sholat. Tanya kenapa?
Karena mindset kita sudah disetting oleh budaya bahwa sebaiknya menilai sesuatu dari indrawi, yang bisa dirasa, raba, diraih dan dinikmati secara material. Sesuatu yang immaterial seperti pahala, kebaikan akhirat dan balasan surga tidak bisa menjadi patokan. Hal inilah yang di ekspos dan dipublikasikan dengan agresive oleh para pengusung materialisme. Kaum hedonis dan pencari kenikmatan duniawi-lah yang kerap mengusung nilai-nilai ini. Mereka berlomba-lomba bisa menjadi pemimpin agar bisa menumpuk kekayaan secepat kilat. Aceng Fikri yang dulu hanya punya sedan BMW butut dalam waktu bilangan bulan memiliki kendaraan mewah.
Jadi kembali ke paragraf awal, alkisah Harry Tanoe dan Surya Paloh sangat serius untuk menolak menjadi ketua umum dan di sudut basement sebuah mall di ibukota, sejumlah pria dengan takzim dan rendah hati mengajukan dirinya menjadi imam shalat tanpa perlu memberikan ekspresi ketidakmauan untuk menjadi pemimpin shalat.

Menonton Dua Kompetisi Sepak Bola yang Disiarkan Dua Grup Stasiun TV, ‘Why Not?’


ISL sudah bergulir di 5 Januari 2013, disiarkan oleh grup VIVA, sementara Maret  nanti IPL kabarnya akan disiarkan oleh media luar NC (Newscorp) secara lebih luas. Apa artinya itu? Akan ada lebih banyak alternatif tontonan.
Jujur saja jadi penasaran melihat Persebaya Surabaya main dengan kesebelasan IPL secara penuh (kalau boleh sih jangan ada pertandingan ‘walk out’ karena kurang ongkos). Dan kalau situasi membaik, mudah-mudahan kedua kompetisi dapat disatukan langsung dengan mengadu dua juaranya sekaligus atau 4 besarnya dalam satu turnamen, sehingga Januari 2014 hanya ada satu kompetisi.
Apakah IPL-lovers menonton ISL jadi berdosa? Belum ada fatwahnya, sebaliknya juga kalau ISL-lovers menonton IPL yang disiarkan stasiun TV kabel di Amerika, misalnya, kan ikutan bangga juga dan tidak perlu merasa terpukul.
Kabarnya NC menyanggupi biaya kompetisi IPL sampai 250-300 milyar. Untuk sebuah tontonan ini termasuk murah, karena biaya manggung Lady Gaga yang gagal kemarin pun sekitar 7-10 milyar untuk 1 kali nampil, sementara dari 10 ribuan lebih penggemar Justin Bieber di Sentul tahun 2011 minimal mengeluarkan uang total 5 milyar rupiah.
Jadi, saya mengajak semua teman-teman di kanal bola memandang ini semua semata-mata dari kaca mata hiburan, karena unsur politis di persepakbolaan Indonesia sudah tidak lucu lagi.
Penggiringan opini bahwa ISL itu ‘beringin’ dan IPL itu ‘non beringin’ sepertinya tidak sepenuhnya diterima penonton. Massa beringin gak mungkin sebanyak itu, yang tampak di televisi hanyalah suporter yang cinta klub ‘klasik’-nya dan sudah dari kecil mungkin memiliki baju seragam, pin, ‘jersey’ dan hafal lagu-lagu mars klubnya.
Dan biarkan setahun ini seleksi alam berbicara, apakah ISL yang ‘kabarnya’ lesu darah akan mampu menyelesaikan kompetisinya tanpa menyusu APBD, atau apakah IPL sanggup menarik perhatian penonton dengan kualitas kompetisi 250-an milyarnya.
Cintailah sepak bola dengan sederhana, cari sisi menghiburnya. Dua tahun ini yang rumit-rumit cuekin saja, ada sekelompok orang penyuka kerumitan yang sudah dibayar untuk pusing mengurusinya.

Jakarta Banjir Salah Jokowi


Betul,… anda tidak salah membaca judul, Jakarta banjir salah Jokowi. Jakarta memang langganan banjir setiap tahun, seluruh penduduk Jakarta sudah sangat terbiasa dengan itu. Banjir juga terjadi di era Presiden Soekarno sampai era Soeharto. Bahkan pemerintah kolonial Belanda ratusan tahun lalu faham betul kondisi topografi dan perairan Batavia pasti mengundang tamu agung rutin setiap musim penghujan tiba. Tapi tahun ini tahun istimewa, tahun ini anda boleh menimpakan semua sebab kesalahan pada seorang pria bernama Jokowi. Jika anda kurang puas dengan itu, kita runut alasan apa saja yang melatarbelakanginya.
Pertama, tapi bukan yang paling utama, Jokowi telah menjadikan Jakarta kota maksiat. Anda ingat perayaan besar-besaran di penghujung 2012? Anda ingat berapa jumah panggung yang dia bangun? Anda ingat berapa ratus kendaraan yang dihadang Jokowi dari Bundaran HI?  Semuanya hanya untuk merayakan tahun baru 2013. Meskipun masih dipertanyakan, tapi agenda tahunan di negara seluruh dunia itu pastilah persembahan Jokowi untuk dewa gerbang waktu Romawi: Janus.
Mungkin benar juga kalau perayaan tahun baru ada sisi positif menggerakkan ekonomi, karena pertama kalinya perayaan tahun baru bersifat pasar rakyat. Iya juga sih Jokowi itu orang Jawa tulen, mungkin tidak tahu menahu urusan tahun baru Romawi. Tapi coba bandingkan dengan gubernur Jawa Barat, nggak mau datang beliau di acara begituan, walaupun acara serupa tetap meriah di Ibukota Jawa Barat. Makanya itu tetap saja itu tidak boleh, pesta yang diadakan Jokowi itu pastilah satu sebab datangnya bencana banjir besar.
Berikutnya, Jokowi terlalu aneh. Kepemimpinan Jokowi melanggar mainstream gaya pejabat. Sudah jadi undang-undang sejak zaman purbakala pejabat di tanah air kita ini setingkat dewa dari kahyangan. Naik turun kendaraan mewah, baju merk kota mode ternama, parfum dari Paris, sepatu buatan Italy, semua demi menjaga nama baik pejabat. Kalau bukan bergaya eropa lengkap dengan dasi, tetap ganteng-ganteng pakai baju koko. Pejabat kita juga sekolahnya tinggi-tinggi, ada yang lulusan Amerika, Canada, walau pun dari segi budaya keilmuan kalah jauh dari Al-Azhar, yang lulusan Arab Saudi juga nggak kalah mantep, Jokowi : made in Indonesia asli. Jokowi juga kurus, baju seadanya, keluar masuk kampung pakai sepatu kets, sidak ke kelurahan, mana ada juga Gubernur masuk got? Nggak mantesi jadi Gubernur. Memang tidak kelihatan ada hubungan langsung.
Yang ketiga, Jokowi itu keyakinannya nggak jelas, wagubnya juga kafir. Anda tahu Ahok itu tidak pernah wudhu? Masih ingat juga video Jokowi yang tidak bisa wudhu satu hari menjelang pemilu? Iya sih zaman sekarang jangankan editing video satu menit, dua jam pun gampang direkayasa, tapi ini indikasi lho, fakta nyata. Bandingin lah sama Presiden Mesir, Jokowi mah jauh! Sejauh Jakarta-Kairo.
Yang keempat, Jokowi itu nggak pake otak melarang orang shodaqoh dan nolong orang kebanjiran. Memang betul himbauan Jokowi melarang pendirian posko. Katanya sih biar memudahkan koordinasi, satu komando di bawah satkorlak, SAR, dan PMI supaya lebih terarah, terus masyarakat kalau mau membantu bisa di bawah koordinasi mereka.
Mau nolong, mau bantu, mau-mau gue dong, itu kan perbuatan baik. Lagipula kalau di bawah koordinasi mereka kan nggak bisa bawa bendera partai. Lah,… kapan lagi musim kampanye terbaik kalau bukan musim bencana? Orang Indonesia kan nggak enakan, berat hati kalau sudah hutang budi. Nggak usah capek teriak-teriak suruh coblos partai, mumpung banyak yang kesusahan tolong aja sambil bawa bendera, kalau tidak nyoblos partai yang bawa bendera ya keterlaluan namanya. Nah lho,… gimana ceritanya kalau kampanye murah itu dilarang? Mobil partai pendukung Jokowi aja bersliweran di area banjir, macam mana partai lain dengan tradisi kampanye bencana yang panjang tidak boleh? Tidak tahu lah siapa Ketua DPP partai pendukung Jokowi yang meluncurkan ambulans itu, protesnya sama Jokowi aja yang kelihatan.
Yang terakhir tapi sepertinya yang paling utama, Jokowi itu serakah. Ya,… dia terlalu populer. Ke mana-mana dikuntit wartawan, ke mana-mana diikuti reporter TV. Waaahhh,.. nggak fair ini, benar-benar tidak adil ini. Masa iya seluruh pemberitaan punya Jokowi? Terus kapan pemberitaan buat tokoh partai kita? Kapan pemberitaan buat partai kita? Kapan berita TV menyorot bendera partai kita? Kita sudah capek-capek, ikhlas sekali menurunkan ribuan massa, masa iya nggak ada TV yang nyorot. Ini ikhlas lho, ikhlas 100%! Tidak seperti Jokowi yang pencitraan.
Andai saja seluruh komponen negara (termasuk partai mana pun) bisa memahami bahwa inti agama, pergerakan politik dan sosial adalah mewujudkan masyarakat berakhlak dengan cara-cara berakhlak. Tidak asal menyalahkan, tunjuk hidung si anu tanpa merunut akar masalah dan mencoba memberi solusi terbaik, yakin sekali bencana banjir ini tidak akan terulang. Sebab negara-negara yang konon “tidak beragama”, seperti Jepang misalnya, justru tidak mencicipi banjir karena bisa menerapkan hal-hal baik yang sebenarnya ada dalam setiap ajaran agama. Agama kita pasti 100% benar, tapi kita sendiri sebelumnya harus menjadi contoh terbaik untuk kebenaran itu. Dan garda terdepan kebenaran sejati adalah akhlak.

Selasa, 15 Januari 2013

Siapa yang Sebenarnya Layak Disebut Pemimpin Bernyali?


Sebanyak empat pemimpin yang dinilai bernyali (dinilai oleh Mata Najwa dan tim-nya mungkin) dihadirkan dalam talkshow off air “Mata Najwa” yang berlangsung di Baruga AP Pettarani, kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Jumat (21/12/2012). Mereka masing-masing Wakil Presiden RI periode 2004-2009 Jusuf Kalla, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad. Najwa Shihab selaku presenter begitu bersemangat menggali komentar-komentar dari empat tokoh tersebut. “Mata Najwa” Off Air dalam gelaran Metro TV On Campus ini dihadiri oleh ribuan mahasiswa dan masyarakat umum. Bahkan sejumlah mahasiswa terpaksa hanya mendengar dari luar gedung karena tidak kebagian tempat di dalam gedung. Kenapa ya, animo masyarakat dan mahasiswa begitu besar pada acara ini? Saya pribadi lewat siaran ulang yang saya saksikan beberapa waktu yang lalu lebih cenderung melihat ada banyak sebab kenapa mereka begitu tinggi minatnya dalam menghadiri acara ini.
Pertama, dua dari empat tokoh adalah tokoh yang berasal dari Makassar. Tampak jelas logat dan bahasa Makassar diucapkan oleh Jusuf Kalla namun tidak terlalu kentara diucapkan oleh Abraham Samad.
Kedua, mungkin memang ini adalah saat dimana masyarakat dan mahasiswa sudah sangat tinggi kerinduan dan hasratnya untuk melihat tampilnya tokoh-tokoh baru. Tokoh-tokoh yang dinilai bersih dan punya gebrakan.
Sayangnya pembahasan akan “nyali” tadi ujung-ujungnya dikaitkan dengan soal “nyapres”. Maklumlah, tiga dari empat tokoh yang dihadirkan disebut-sebut akan meramaikan bursa “nyapres” tahun 2014 nanti. Ketika sibuk bicara soal “nyapres” tinggallah Abraham Samad terbengong-bengong tidak diajak bicara. Ketiga tokoh yang masih “malu-malu” menyatakan akan “nyapres” tadi malah sibuk mendukung satu sama lain. Bahkan Dahlan Iskan sempat menyanyikan sebait lagu bertajuk “Aku rela…” jika akhirnya Jusuf Kalla maju sebagai calon presiden. Mahfud MD sendiri menyatakan belum saatnya bagi dia untuk maju sebagai capres namun dengan logat Madura yang akhirnya keluar juga tak membantah kenyataan yang terjadi bahwa telah banyak partai yang “melamar”nya.
Jusuf Kalla sempat melontarkan pernyataan yang agak sedikit melecehkan, menurut saya, ketika bicara soal orang nomor satu di negeri ini. Bagaimana mau berlari jika yang didepan masih berjalan. Walau akhirnya beliau sempat tersadar dan berusaha meralat ucapannya dengan menyatakan bahwa apa yang dilakukannya selama masih menjabat wapres dulu sudah didiskusikan dengan SBY dan apa yang dilakukannya mempunyai perintah tertulis dari SBY sebagai dasar tindakannya. Hanya saja orang yang melihat kalau kelihatannya wapres saat itu bergerak lebih cepat dari SBY.
Pernyataan Jusuf Kalla disambut oleh lelucon tak lucu dari Dahlan Iskan, “Kenapa ban belakang mobil lebih cepat aus dari ban depan? Karena ban belakang selalu berpikir bagaimana caranya melewati ban depan dan nggak pernah kesampaian”. Nggak lucu!
Memang tak dapat dipungkiri kalau pemerintahan SBY sangat banyak cacat dan celanya. Namun kadang orang lupa melihat sisi baiknya. Kita sebagai rakyat bisa memilih presiden secara langsung dalam suasana demokrasi yang “melebihi” Amerika. Rakyat Amerika saja tidak memilih langsung presidennya kok! Coba lihat pemilihan presiden Amerika yang lalu, berapa jumlah suara Obama dibanding Romney?
Apa yang dimiliki SBY yang tidak terlihat pada ketiga tokoh itu? Menurut saya adalah wibawa. Gaya bicara ketiganya, sikap bicara, dan tutur kata mereka menurut saya tidak bisa dikatakan sebagai pemimpin. Wibawa ini menurut saya justru dimiliki oleh Abraham Samad. Ketika Abraham Samad bicara, justru saya melihatnya sangat berwibawa. Tidak cengangas-cengenges atau sambil tergelak-gelak ketika bicara seperti yang diperlihatkan ketiga tokoh lainnya.
Saya pribadi juga ingin pemerintahan SBY segera berakhir pada saatnya nanti, namun saya juga ingin ada tokoh yang benar-benar baik yang bisa menggantikannya. Selama ini tokoh-tokoh yang “nyapres” tadi adalah tokoh-tokoh yang dibesarkan oleh media. Berbuat sedikit, langsung diekspos oleh media secara besar-besaran.
Hmm.. kembali ke soal bernyali tadi, siapa diantara ke-empatnya yang layak disebut paling bernyali? Menurut saya Abraham Samad yang paling pantas disebut pemimpin bernyali jika dibandingkan diantara empat tokoh tersebut.
Kalau saja tokoh-tokohnya diperluas dengan mengikutkan Jokowi, misalnya. Atau menambahkan Anis Baswedan. Atau Ahok sekalian. Tambah lagi dengan Tri Rismaharini (walikota Surabaya), Fadel Muhammad, dan masih banyak tokoh lainnya, pastilah saya akan kebingungan memilihnya. Seberapakah nyali mereka dibanding dengan gebrakan Jokowi-Ahok atau Fadel ketika masih memimpin di Gorontalo? Pemimpin bernyali adalah pemimpin yang melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan dalam posisinya saat itu secara benar, tidak peduli apakah itu nantinya akan diliput oleh media ataupun tidak.
Ada sedikit kebanggaan di hati saya ketika SBY bertemu Obama. Mereka bersanding podium dan berbicara. Saya membayangkan kalau ketiga tokoh tadi (Dahlan, Mahfud, atau JK) yang ada di podium itu, kok kayaknya nggak pas ya?
Yuk, cermati dengan baik latar belakang calon pemimpin kita. Media harusnya netral, bisa membuka lebar-lebar latar belakang si calon tanpa ada yang perlu ditutupi. Tapi kayaknya susah ya? Wong, sebagian juga pemilik media (geleng-geleng).
Kekuatan bangsa ini saat ini ada di kaum menengah. Sebagian besar kaum menengah bisa mengakses beragam informasi. Terbiasa “melahap” media cetak dan media elektronik. Ayo tunjukkan kalau kita (kaum menengah) nantinya bisa memilih pemimpin yang benar-benar baik.

Bisakah Timnas Indonesia Ditangani Oleh Selain PSSI Yang Sah?


Beberapa hari ini ada beberapa informasi yang cukup menggelitik dan membuat saya tersenyum-senyum sendiri menahan tawa ketika membacanya. Soalnya pas membaca ini saya sendirian sih jadi cuma bisa senyum-senyum sendiri menahan tawa. Hihi.. Kalau ada teman saya yang lain yang juga ikut membaca, pasti akan ada gelak tawa yang ramai melihat informasi ini. Haha..
Lho memangnya informasi apa sih yang membuat Black Diamond tersenyum menahan tawa?
Hihi.. Kasih tahu ga ya..?? Ah.. saya jadi serba salah nih. Kalau dikasih tahu terus ada teman-teman pembaca yang tertawa, pasti artikel ini diminta pindah ke kanal humor.Haha..
Baiklah saya akan beritahu informasi yang membuat saya geli hati saya. Tapi dengan satu syarat ya.. Kalau memang ingin tertawa jangan terlalu keras. Soalnya nanti kalau ketahuan Admin Kompasiana, pasti artikel ini disuruh pindah ke kanal Humor. Wah nanti malah seperti pedagang kaki lima yang disuruh pindah oleh satpol PP yang berwajah galak.. Hiiii.. takut ah..
Informasi yang membuat saya tersenyum adalah informasi yang didapat dari kubu KPSI dan juga dari “yang diduga kuat” sebagai pendukung setia KPSI yang menyamar menjadi pendukung klub ISL. Informasi itu tentang : Keinginan agar Timnas Indonesia ditangani/kelola oleh pihak lain yang dianggap netral.
Lho koq informasi itu bisa membuat Black Diamond tersenyum sih? Kan itu informasi biasa yang tidak ada lucunya sama sekali..
Hehe.. Kalau anda menganggap hal itu tidak lucu yang gak apa-apa. Mungkin itu karena anda tidak berfikir jauh kedepan tentang apa yang terjadi jika timnas Indonesia dikelola oleh yang bukan PSSI.
Tapi saya ingin berbagi kelucuan ini dulu ya, yang membuat saya tersenyum geli membacanya.
Yang pertama adalah informasi yang saya dapat dari “MAJIKAN”nya dulu ya, yaitu KPSI. Baru kemudian informasi dari “yang diduga kuat” sebagai pendukung setia KPSI yang menyamar menjadi pendukung setia setia Klub ISL.
Informasi dari “Kubu yang mengaku PSSI” (baca : KPSI) ini menurut saya sangat lucu. Karena bagi para pemerhati sepakbola Indonesia yang selalu mengikuti perkembangan sepakbola tanah air pasti tahu apa yang sebenarnya yang terjadi. Tapi orang-orang KPSI ini tetap saja melantur mendongengkan imajinasi serta khayalannya tentang dirinya.
Yah.. Tapi sebagaimana dongeng dengan daya khayal dan imajinasi tak berdasarpada umumnya, yang percaya pada dongengan ini juga pastilah sebagian besar adalah anak kecil ataupun ABG yang masih mencari identitas diri. Dan orang-orang yang berfikiran dewasa pasti hanya tersenyum saja menikmati dongengan itu sebagai hiburan saja. Hihi..

Ya Ampun, Korban Perkosaan Jadi Lelucon!


Dalam penilaian kemampuan dan kepatutan sebagai calon hakim agung di DPR, Senin (14/1) Dr. Muhamad Daming Sunusi, S.H., M.Hum membuat heboh se-Indonesia Raya dengan pernyataannya. Bahwa yang memperkosa dan yang diperkosa sama-sama menikmati.
Apalagi pernyataannya spontan mengundang tawa para anggota dewan Komisi III tanpa berusaha mengingatkan.
Usai penilaian, Daming masih belum menyadari kecerobohannya yang telah menyakiti banyak hati wanita. Terutama yang pernah menjadi korban perkosaan. Ia mengatakan, bahwa apa yang dikatakan hanyalah candaan.
Ya ampun, hakim dengan rekam jejak panjang dan menjabat Ketua Pengadilan Tinggi bisa bercanda pada saat seharusnya serius.
Alasannya karena tegang untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, agak sulit diterima. Walau secara manusiawi, setiap orang bisa melakukan kesalahan.
Menghadapi pertanyaan anggota DPR saja bisa tegang dan mengeluarkan pernyataan yang tidak pantas. Bagaiamana ketika menghadapi situasi yang harus memutuskan di pengadilan? Bisa celaka, gara-gara hakimnya tegang bisa salah memutuskan. Putusannya tidak layak.
Apa ini tanda-tanda hakim kita sering tegang, sehingga banyak keputusan yang jauh dari rasa keadilan. Seperti yang baru terjadi pada Angelina Sondakh? Terbukti bersalah. Tapi hukumannya ringan. Jauh dari tuntutan jaksa.
Yang tidak kalah ceroboh bin sembrono adalah perkataan Daming menjadi bahan tertawaan para anggota dewan.
Ya ampun. Aneh. Lelucon tidak lucu pun bisa dijadikan bahan tertawaan. Ini bagi korban perkosaan yang masih trauma ibarat sudah jatuh tertimpa tangga lagi.
Sudah dilecehkan seorang calon hakim agung, eh ditertawakan lagi oleh wakil mereka sendiri. Pedih dan perih nian perasaan ini.
Pernyataan menyedihkan yang seharusnya membuat anggota dewan minimal seharusnya merasa prihatin itu malah dianggap lawakan Srimulat. Ya ampun!

Rame-Rame Tinggalkan Identitas Partai Islam


Selama ini Partai Amanat Nasional (PAN) dikenal sebagai partai yang lahir dari rahim Ormas Islam Muhammadiyah. Karenanya partai ini dikenal sebagai partai Islam. Belakangan para tokoh partai ini mulai sadar bahwa pemosisian politik sebagai partai islam adalah tidak tepat.
Awal 2013 ini ditandai penegasan kembali bahwa PAN telah menanggalkan identitas partai islam. Kini, PAN adalah partai terbuka, sama dengan Golkar, PDIP, Demokrat, Nasdem, Gerindra, dan Hanura. Tidak tanggung-tanggung, pencanangan partai terbuka tersebut dilakukan PAN bersamaan perayaan Natal 2012 di Jayapura.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebelumnya telah pula membuka diri menjadi partai terbuka pada Kongres Bali 2008 lalu. Kini PKS menjadi partai baru yang terbuka dimasuki oleh kader non-islam. Sama dengan PAN dan partai-partai nasionalis religius lainnya.
Tinggal lagi PPP yang tetap kukuh dengan identitas partai islam. Diperkirakan perolehan suara partai ini juga sulit untuk naik sekalipun saingan berkurang. Hal ini seiring warga yang makin teredukasi secara politik. Bahwa entitas negara diatur dengan mekanisme yang ditetapkan bersama, tidak bisa dengan kode moral agama dalam pengertian formalistik.
Pergulatan kalangan islam politik ini telah berlangsung berpuluh tahun sejak Indonesia belum berdiri hingga saat ini. Kejayaan islam politik terjadi pada pemilu 1955 dan setelah itu terus menurun. Belakangan ini kalangan islam politik mulai realistis dengan keadaan. Setiap iven pemilihan umum partai-partai yang mengusung politik aliran memiliki kecenderungan makin berkurang perolehan suaranya.
Di negara Pancasila seperti Indonesia tidak ada perbedaan berarti di level praksis politik antara partai agama dan partai nasionalis. Bahkan tak jarang aktivis partai berbasis agama membuat skandal korupsi dan seks, persis dengan partai nasionalis. Akhirnya publik yang berpikir secara bersahaja akan membuat kesimpulan bahwa tidak ada bedanya partai agama dan partai nasionalis.
Dalam tataran yang lebih abstrak, tataran ideologis, ada kekeliruan eksistensial dari partai-partai agama di Indonesia yang nota bene berlandaskan Pancasila. NKRI tidak bisa diatur dengan kode aturan agama tertentu dalam pengertian formalistik.
Setiap norma bersama dalam kehidupan bernegara mesti disepakati bersama. Karena itu, tidak ada relevansinya partai-partai mengedepankan perjuangan identitas agama. Agama cukup untuk konsumsi individu dan umatnya saja.
Ketika agama ditarik ke wilayah politik praktis maka nilai-nilai agama yang suci dan transenden akan terdegradasi menjadi tak lebih sebagai ideologi politik. Sama dengan ideologi politik manapun. Ketika partai Islam keok dalam pemilu menjadi logis orang mengatakan bahwa “islam kalah”. Inilah konsekuensi dari agama yang dibawah ke politik praktis.

Rhoma Irama dan Farhat Abbas, Dua Tokoh dengan Kepercayaan Diri Tingkat Tinggi


Pemilu presiden baru satu tahun lagi, tetapi para calon sudah pada tebar pesona. Sebenarnya bukan calon, tetapi bakal calon. Tetapi, ada yang sudah pede memampang jelas “Presiden RI” dibalihonya. Barangkali karena obsesinya yang tinggi untuk menjadi presiden hingga memasang baliho besar di jalan protokol yang bertuliskan “Presiden RI”. Sungguh aneh tetapi nyata.
Di awali dengan bang haji Roma Irama yang memampang baliho besar di jalan yang bertuliskan Presiden RI. Tetapi akhirnya diturunkan juga oleh Jokowi yang menurutnya merusak kebersihan jalan. Kabar pencalonan bang haji Roma Irama sempat menarik perhatian publik. Bahkan menjadi ledakan opini di berbagai media. Ada yang mengeledek, tetapi ada juga yang menjadikan ini sebagai bahan lucuan. Namun, bang haji menanggapinya dengan biasa. Dan bahkan tambah pede dengan pemberitaan di media.
Alasan bang haji pun maju jadi presiden katanya panggilan umat. Melihat keadaan umat sekarang, membuat tergugah hati bang haji untuk maju jadi presiden. Beliau juga mengatakan kalau dorongan untuk maju presiden tidak kali ini saja. Sudah sejak dari dulu bang haji selalu didorong untuk maju, tetapi pada waktu itu beliau belum bersedia. Maklum, waktu itu memang masa puncak karier bang haji. Lagu-lagunya bersama soneta terdengar seantero nusantara. Seiring berjalannya waktu, lagu-lagu tersebut mulai meredup dengan kehadiran band-band muda. Karier bang haji pun ikut surut seiring waktu. Sekarang lagu-lagu tersebut hanya berdendang di acara-acara komedi. Ya, sebagai bahan lelucon saja.
Walaupun demikian, nama bang haji Rhoma Irama tetap dikenal masyarakat. Bahkan gaya-gaya bicara dan berpakaian beliau banyak ditiru oleh para komedian sebagai hiburan, seperti sule. Kata “terlalu” dari bang haji juga masih terkenal. Barangkali bang haji masih merasa kalau dirinya masih dikenal dan disukai oleh masyarakat. Sehingga beliau dengan percaya diri maju ke Pilpres 2014. Apalagi dikabarkan kalau bang haji didukung oleh Partai PKB. Para ulama pun katanya mendukung pencalonan bang haji.
Akhirnya bang haji turun langsung di masyarakat untuk mengetahui kepopuleran dirinya. Di coba mengcroscek ulang di PKB, apa benar partai di bawah komando Muhaimin Iskandar mendukung pencalonannya. Oh ternyata,Muhaimin masih pikir-pikir. Tidak ada jawaban pasti, tetapi yang jelas Muhaimin menyambut baik pencalonan bang haji Rhoma Irama. Tidak berhenti di situ, bang haji pun turun bertemu dengan para ulama NU. Berharap para ulama merestui pencalonannya. Tetapi sayang seribu sayang, restu itu tidak didapatnya. Para ulama menilai bang haji tidak memenuhi kriteria menjadi presiden. Harapan bang haji pun sedikit pupus. Tetapi, beliau akan tetap maju jika ada partai yang mau menampungnya. Entah siapa partai itu? Wallahualam
Tidak hanya bang haji ternyata yang berambisi jadi presiden. Pengacara kondang, Farhat Abbas tidak mau kalah dengan bang haji. Bang haji pasang baliho, Farhat pun ikut pasang. Tidak tanggung-tanggung kalimat “Presiden RI” ikut menempel dibaliho tersebut. Entah periode kapan, tetapi yang jelas presiden RI. Sangat optimis dan percaya diri Farhat Abbas memasang Balihonya yang besar di pinggir jalan.
Padahal sebelumnya, Farhat sempat membuat ulah. Ia berkicau di twitter menyinggung kinerja wakil gubernur DKI Jakarta, Ahok. Kicauannya memang tidak membuat Ahok menegang, tetapi pendukung Ahok yang marah gelisah kepanasan. Betapa tidak, dikicauannya itu Ia seolah menghina etnis Cina. Tokoh etnis Cina pun tidak tinggal diam, Farhat Abbas kemudian dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Akhirnya, Farhat harus berhadapan dengan pihak kepolisian.
Dibalik ulah tersebut, sesungguhnya tersirat pesan akan kebencian pendukung Ahok kepada Farhat Abbas. Namun Farhat tetap yakin dan pede maju ke Pilpres tahun 2014. Seolah menunjukkan keseriusannya, Farhat pun memasang baliho yang terpampang jelas “Presiden RI” tanpa embel-embel “calon” dan Visinya adalah “Majukan Seni Budaya Bangsa”.
Dua tokoh ini yakni, Rhoma Irama dan Farhat Abbas benar-benar yakin akan keterpilihannya. Di tengah keraguan tokoh-tokoh nasional lain yang juga ingin maju dalam Pilpres tahun 2014, Rhoma Irama dan Farhat Abbas telah berlari meninggalkan jauh tokoh lainnya. Entah apa maksudnya dan apa yang akan terjadi? Kita tunggu saja tanggal mainnya.

Salam Perkenalan Faisal Ahmad Fani "Sang Pengejar Mimpi"


          Perkenalkan nama saya Faisal Ahmad Fani, biasa dipanggil Faisal atau Fani. Saya lahir di Gresik, 22 September 1992 (umur saya sekarang 20 tahun). Alamat rumah saya di Gresik yakni Jalan Pahlawan RT.004/RW.001 Desa Racitengah Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik (61153). Sekarang ini saya sedang menimba ilmu di Universitas Airlangga Surabaya tepatnya di jurusan Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jika teman-teman membutuhkan saya untuk sharing-sharing, diskusi atau yang lainnya bisa melalui Facebook (akun : Faisal Ahmad Fani), Twitter (akun : @FaisalAhmadFani), dan ini nomer HP saya 0856 5540 5419 (jika teman-teman membutuhkan). Bagi Pria Virgo seperti saya, waktu sangatlah berharga, seorang perfeksionsi dan suka kesempurnaan serta dapat menerima komentar apapun yang dia anggap baik. Namun sifat jelek saya diantaranya : pendendam agak egois, suka mengkritik orang dengan kata-kata pedas, bila sudah marah bisa mengucapkan kata-kata kasar, dll (hanya kalian yang bisa menilai saya).Walau sebenarnya banyak orang-orang yang senang bergaul dan menjadi kawan baik saya. Tetapi belum tentu mereka semua dapat se-Ia se-Kata atau sehati. Maka kawan itu belum tentu sahabat. Karena sahabat itu adalah kawan di waktu suka dan duka.
Saya menuntut ilmu di Universitas Airlangga merupakan sebuah kebetulan, karena menurut saya UA merupakan universitas negeri favorit dan mahasiswanya pastinya luar biasa pandai-pandai. Namun garis tuhan telah membawa saya untuk menuntut ilmu di Bumi Airlangga, bagi saya ini adalah sebuah kebanggaan. Namun dari kebetulan tersebut saya akan sungguh-sungguh dalam berkuliah, disamping kuliah juga menyempatkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seperti seminar dan bahkan menjadi anggota himpunan mahasiswa di jurusan untuk pengalaman berorganisasi saya di level perkuliahan serta kedepan saya juga memiliki harapan untuk terus berkuliah sampai ke jenjang tertinggi. Itu merupakan cita-cita dan harapan saya serta kedua orang tua saya yang senantiasa mendukung, semoga harapan tersebut dapat terwujudkan dan saya akan membahagiakan kedua orang tua saya.
Saya sangat senang sekali akan adanya Blog ini, karena sebagai wahana ekspresi saya dalam menulis serta mengembangkan bakat jurnalistik saya sejak SMA. Banyak sekali tujuan dalam menulis yakni : menuntun kita untuk rajin membaca, berbagi ilmu dengan orang lain, memposisikan kita sebagai orang yang berpengetahuan serta berwawasan yang luas, dsb. Marilah semangat menulis agar kita bisa membagi ilmu yang dimiliki kepada orang lain. Sehingga tujuan menulis pun makin meningkat dan menjelma menjadi suatu ungkapan Rene Descartes, “Aku Berpikir Maka Aku Ada”. Maka bagi penulis kalimat tersebut berubah menjadi “Aku Menulis Maka Aku Ada”. Tetap Semangat untuk Terus Menulis Kawan...!!!