Selasa, 06 September 2016

BUKU MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (DR. MAMIK DAN DR. IR USMAN SYARIF)

Buku ini merupakan buah fikir penulis yang dilakukan melalui kajian pustaka yang sangat mendalam dan fokus pada permasalahan-pemasalahan yang terkait pada Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku ini menjadi sangat penting karena manusia merupakan pelaku utama pembangunan sekaligus penikmat hasil pembangunan, karena itu diperlukan kualitas SDM yang mempuni agar bisa menjadi penggerak dalam proses pembangunan di berbagai bidang. Hasil kajian dari buku ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi permasalahan yang ada di bidang manajemen sumber daya manusia dan referensi bagi penentu kebijakan yang terkait sekaligus sebagai pemicu bagi penulis lainnya untuk menggali dan mengkaji lebih dalam lagi terhadap beberapa aspek yang diperlukan.

BUKU MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (PRIYONO DAN MARNIS)

Buku Manajemen Sumber Daya Manusia ini terdiri atas sebelas bab, cakupan materi yang dibahas meliputi kerangka kerja MSDM, Perencanaan SDM, Pengembangan dan Pemberdayaan SDM, Pemberdayaan Melalui Pelatihan, Manajemen Karir, Promosi dan Pengembangan Karir, Penilaian Prestasi Kerja, Kompensasi dan Kepuasan Kerja, Hubungan Serikat Pekerja dengan perusahaan dan masalah pemberhantian, Audit dan Riset Sumber Daya Manusia, dan Motivasi.

RANGKUMAN BUKU FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN : SEBUAH PENGANTAR POPULER (JUJUN S. SURIASUMANTRI)


BAB I
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang dipelajari untuk bisa mengetahui segala sesuatu di dalam kehidupan. Sering kali seseorang mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Ada kalanya, rasa ingin tahu itu hanya sekedar keingintahuan yang sebentar. Di sisi lain, terkadang ada juga seseorang yang ingin mengetahui suatu hal karena memang benar-benar ingin tahu. Sehingga dia akan mencari apa yang ingin diketahuinya itu sampai dia mendapatkannya. Setelah hal yang dicari itu didapatkan, itulah yang dinamakan ilmu pengetahuan. Ada lagi saat-saat ketika seseorang ingin mendapatkan suatu pengetahuan, orang itu akan menemui keraguan dalam mengambil keputusan. Rasa ragu-ragu inilah yang nantinya akan menghasilkan suatu kepastian. Pada saat rasa ingin tahu sesorang muncul dan menemui keraguan dalam membuat keputusan itulah yang memulai adanya filsafat.
 
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
Penalaran adalah proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Dalam mengambil kesimpulan diperlukan suatu pola berpikir untuk mendapatkan jawaban dari apa yang sedang dipikirkan. Pola berpikir tersebut adalah logika. Logika merupakan suatu rancangan berpikir yang bersifat lebih dari satu sudut pandang. Dalam mengambil kesimpulan, suatu pemikiran seseorang sangat mungkin berbeda dengan apa yang dipikirkan orang lain. Logika akan memengaruhi cara berpikir sesorang. Oleh karena itu, terkadang seseorang tidak konsisten dalam menjawab suatu permasalahan.
Dalam proses berpikir, penalaran akan membutuhkan sifat analitik. Kemampuan pikiran untuk menganalisa kejadian-kejadian dalam kehidupan akan membantu mendapatkan suatu kesimpulan. Sifat analitik akan menganalisa mana hal-hal yang diperlukan dan tidak diperlukan, mana hal yang baik dan buruk, serta yang umum dan khusus. Analisa akan dilakukan oleh pikiran, sehingga pikiran mampu untuk melakuan penalaran. Sementara itu, manusia akan mengembangkan pengetahuan dari penalarannya dengan bahasa, agar bisa lebih komunikatif.
Pengetahuan juga didasarkan atas logika. Logika memungkinkan manusia untuk bisa memisahkan hal-hal yang bersifat umum dan khusus. Selanjutnya manusia akan menggunakan dua metode dalam mengasah logikanya, yaitu deduktif dan induktif. Logika deduktif akan menarik hal-hal yang bersifat umum menjadi hal-hal yang bersifat khusus. Sedangkan logika induktif merupakan cara berpikir yang mengelompokkan hal-hal yang bersifat khusus menjadi hal yang bersifat lebih umum. Tujuan akhir dari kedua metode tersebut adalah untuk menarik sebuah kesimpulan.
Sumber pengetahuan merupakan asal mula pengetahuan itu berasal. Pengetahuan yang berasal dari pengetahuan yang besifat personal dan tidak bisa diramalkan disebut intuisi. Dalam intuisi, pengetahuan yang didapat muncul secara tiba-tiba tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku. Sedangkan pengetahuan yang berasal dari Tuhan disebut wahyu. Wahyu diturunkan oleh Tuhan melalui malaikat kemudian disampaikan kepada nabi dan rasul untuk disampaikan kepada manusia.

BAB III
ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI
Ontologi merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan atau hakikat apa yang dikaji. Apa di sini adalah mengenai objek dari suatu peristiwa. Dalam pembahasannya, ada metafisika yang membahas mengenai basic atau hal yang dasar. Faktor panca indera akan sangat berperan dalam mengkaji objek-objek dalam kehidupan. Panca indera akan membantu mengkaji mengenai teori keberadaan, dimana sesuatu yang ada pasti nyata dan ada.
Ada dua tafsiran utama tentang metafisika, yaitu mengenai pemikiran supernaturalisme dan naturalisme. Supernaturalisme berarti ada kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan kekuatan manusia yang ada pada dunia nyata. Dalam kehidupan, ada semacam wujud gaib yang berupa roh yang menjadi kepercayaan. Kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme adalah animisme, dimana terdapat kepercayaan terhadap roh nenek moyang manusia. Ada juga tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti pohon, jalan, dan air terjun. Sementara itu, pemikiran yang merupakan lawan dari supernaturalisme adalah pemikiran naturalisme, dimana orang beranggapan bahwa semua yang ada di alam ini terjadi dengan sendirinya yang merupakan proses di alam nyata. Aliran yang mengikuti pemikiran naturalisme ini adalah materialisme. Materialisme memandang segala sesuatu itu berdasarkan wujud bahwa sesuatu itu dianggap ada jika mempunyai wujud.
Adanya asumsi memungkinkan manusia untuk mengeluakan berbagai kemungkinan-kemungkinan untuk menjawab persoalan. Persoalan yang ada akan digunakan sebagai cara untuk memperoleh kesimpulan yang akan menjadi pengetahuan. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan diperlukan adanya hukum, dimana hukum ini akan menjadi semacam aturan main agar bisa digunakan unuk menjadi pengatur dalam proses pemecahan masalah. Di dalam suatu asumsi biasanya terdapat pembatasan-pembatasan mengenai beberapa hal yang menjadi inti kajian. Sebagai contoh ilmu fisika mengasumsikan bahwa hal-hal yang dipelajari adalah mengenai keaadan fisik dan perhitungan di dalam alam semesta. Sedangkan sosiologi membatasi bahasannya pada perilaku dan tindakan masyarakat di dalam kehidupan.
Di dalam kehidupan, sifat ilmu tidak akan selamanya mutlak. Ketika ada suatu permasalahan, ilmu akan memunculkan beberapa kemungkinan-kemungkinan jawaban. Kemungkinan-kemungkinan inilah yang dinamakan probababilitas. Ada peluang untuk menyelesaikan permasalahan dengan alternatif jawaban yang lebih dari satu.

BAB IV
EPISTEMOLOGI : CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
Epistemologi merupakan cara untuk mendapatkan pengetahuan. Ketika kita ingin mengetahi sesuatu, kita akan mencari cara bagaimana kita bisa mengetahui tentang apa yang ingin kita ketahui. Itulah yang merupakan hakikat epistemologi.
Cara yang ingin kita gunakan dalam mendapatkan suatu pengetahuan bukan hanya sekedar cara yang penting kita bisa mengetahui sesuatu, namun bagaimana cara yang benar. Pada abad pertengahan, segala sesuatu yang diketahui dianggap sebagai pengetahuan. Konsep dasar pada waktu itu adalah kesamaan. Kemudian ketika berkembang abad penalaran, konsep dasar yang semula menggunakan kriteria kesamaan mulai berubah menjadi perbedaan. Pohon pengetahuan pun mulai membentuk cabang-cabang baru yang lebih kompleks. Pada saat itu juga terjadi diferensiasi bidang ilmu yang kemudian mulai mengerucut menjadi ilmu alam dan juga ilmu sosial.

BAB V
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Sarana berpikir ilmiah merupakan kumpulan dari pengetahuan-pengetahuan. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal. Berpikir dilakukan secara alamiah dan secara ilmiah. Berpikir secara alamiah dilakukan pada pola penalaran sehari-hari. Sementara itu, berpikir secara ilmiah menggunakan pola penalaran pada sarana tertentu. Dalam praktiknya, seorang peneliti atau ilmuan harus menggunakan pola pikir secara ilmiah. Tujuan akhir dari sarana berpikir ilmiah adalah agar seseorang dapat berpikir ilmiah dengan baik.
Alat-alat yang digunakan dalam sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan suatu komunikasi verbal. Manusia memerlukan bahasa karena bahasa adalah buah pikiran dari perasaan dan sikap. Bahasa digunakan untuk melakukaan komunikasi ilmiah. Simbol bahasa yang bersifat abstrak memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Dalam filsafat keilmuan fungsi, memikirkan sesuatu dalam benak tanpa objek yang sedang kita pikirkan membuat manusia berpikir terus menerus dan teratur serta mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan. Komunikasi ilmiah memberi informasi pengetahuan berbahasa dengan jelas bahwa makna yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan dan diungkapkan secara tersusun (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang lain. Karya ilmiah memerlukan tata bahasa yang menjadi aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu. Sementara itu, matematika merupakan bahasa dalam bentuk lambang-lambang. Matematika dapat menutup kekurangan yang terdapat pada bahasa. Kelebihan dari matematika adalah dapat mengembangkan bahasa verbal secara kuantitatif. Contohnya, ketika bahasa mendeskripsikan paus adalah hewan yang besar dan berat, matematika langsung menjelaskan bahwa paus itu beratnya 2 ton. Bahasa verbal bersifat kualitatif dan apriori (asumsi). Matematika digunakan sebagai konsep pengukuran dalam exact sebagai daya prediksi. Sedangkan statistika adalah kombinasi bilangan aljabar yang dapat menarik kesimpulan secara umum. Statistika mampu memberikan kemampuan hubungan dua faktor kebetulan atau tidak dalam empiris.

BAB VI
AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU
Aksiologi merupakan nilai kegunaan ilmu. Ilmu akan berguna bagi perkembangan peradaban manusia. Di dalam kehidupan, ilmu akan saling terkait dengan moral. Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Sejarah kemanusiaan dihasi oleh semangat para martir yang rela mengorbankan nyawanya demi mempertahankan apa yang dianggap benar. Peradaban telah menyaksikan Sokrates dipaksa meminum racun dan John Huss dibakar. Sejarah tidak berhenti disini, kemanusiaan tidak pernah urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral, ilmuwan rawan sekali dalam melakukan prostitusi intelektual.
Seorang ilmuan harus mempunyai tanggung jawab sosial. Bukan saja karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat, tetapi karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam keberlangsungan hidup manusia. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuanlah yang memberikannya nilai.

BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan didefenisikan untuk pertama kali oleh E.B Taylor pada tahun 1871, lebih dari seratus tahun yang lalu, dalam bukunya Primitive Culture,  dimana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Untuk mendorong adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley Montagu, kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia berbeda dengan binantang bukan hanya dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah dalam konteks ini yang memberikan garis pemisah antara manusia dengan binatang.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan disini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pegembangan kebudayaan nasional merupakan bagian dari kegiatan suatu bangsa, baik disadari atau tidak maupun dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling memengaruhi. Pada satu pihak pengembangan ilmu dalam suat masayarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dipihak lain, pengembangan ilmu akan memengaruhi jalannya kebudayaan.

BAB VIII
ILMU DAN BAHASA
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan. Dalam perkembangannya, ilmu telah mengerucut menjadi ilmu alam dan ilmu sosial. Kedua ilmu tersebut tidak memiliki perbedaan secara signifikan. Secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis, ilmu alam dan ilmu sosial sama.
Bahasa pada hakekatnya mempunyai dua fungsi utama yaitu pertama sebagai sarana komunikasi antarmanusia, dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif, sedangkan fungsi yang kedua sebagai fungsi yang kohesif atau integratif. Pengembangan sebuah bahasa haruslah memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi keseimbangan yang saling menunjang dalam pertumbuhannya. Seperti juga manusia yang mempergunakan bahasa harus terus tumbuh dan berkembang seiring dengan pergantian zaman.