Teoritisi sistem paling
terkemuka dalam sosiologi adalah Niklas Luhmann (1927-1998). Luhmann
mengembangkan suatu pendekatan sosiologis yang mengombinasikan elemen dari
fungsionalisme struktural Talcott Parsons dengan teori sistem umum dan
memperkenalkan konsep dari biologi kognitif, sibernetika dan fenomenologi
(Paul, 2001). Luhmann memandang ide-ide Parsons yang belakangan sebagai
satu-satunya teori umum yang cukup kompleks untuk membentuk basis bagi
pendekatan sosiologi baru yang merefleksikan temuan terakhir dalam sistem
biologi dan sibernetik. Akan tetapi, dia memandang dua problem dengan
pendekatan Parsons. Pertama, pendekatan Parsons tak punya tempat untuk
referensi diri (self reference), sementara menurut Luhmann, kemampuan
masyarakat untuk merujuk pada dirinya sendiri adalah penting untuk memahaminya
sebagai sebuah sistem. Kedua, Parsons tak mengakui kontingensi (contingency).
Akibatnya, Parsons tidak dapat secara memadai menganalisa masyarakat modern
karena dia tidak melihat ada kemungkinan lainnya. Jadi, dengan mengambil contoh
dari karya Parsons, skema AGIL tidak boleh dilihat sebagai fakta, tetapi
sebagai model kemungkinan. Misalnya, skema AGIL menunjukkan bahwa subsistem
yang adaptif dan mengejar tujuan dapat dikaitkan melalui berbagai cara; oleh
karena itu, tujuan analisis haruslah untuk memahami mengapa sistem memproduksi
hubungan tertentu di antara dua subsistem pada waktu tertentu. Luhmann membahas
dua problem dalam karya Parsons ini dengan mengembangkan teori yang
mempertimbangkan referensi diri sebagai aspek sentral untuk sistem dan berfokus
pada kontingensi, fakta bahwa segala sesuatu mungkin bisa menjadi berbeda.
Kunci untuk memahami apa
yang dimaksud oleh Luhmann dengan sistem dapat ditemukan dalam perbedaan antara
sistem dengan lingkungannya. Pada perbedaan antara keduanya adalah pada
kompleksitas (complexity). Suatu sistem selalu kurang kompleks ketimbang
lingkungannya. Misalnya, suatu usaha, seperti perakitan mobil, dapat dilihat
sebagai sistem yang berkaitan dengan lingkungan yang sangat kompleks yang
mencakup berbagai tipe orang yang berlainan, lingkungan fisik yang senantiasa
berubah, dan beragam sistem lainnya yang berbeda-beda. Industri mobil bukanlah
sistem autopoietic dalam pengertian Luhmann, karena industri ini tidak
memproduksi elemen dasarnya. Akan tetapi, kita akan menggunakan contoh ini
untuk menjelaskan ide umum tentang teori sistem karena contoh ini lebih konkret
ketimbang abstraksi sistem ekonomi atau sistem hukum. Nanti, saat kami
mendefinisikan sistem autopoietic, kami akan menggunakan contoh yang lebih
abstrak. Akan tetapi, kompleksitas ini direpresentasikan dalam bentuk yang
lebih sederhana di dalam sistem. Ketika pabrik membutuhkan bahan baku (besi,
karet, dsb.), pabrik tak peduli dari mana bahan-bahan itu berasal, bagaimanaa
bahan-bahan itu diproduksi dan sifat dari pemasoknya. Semua kompleksitas ini
direduksi menjadi informasi tentang harga dan kualitas bahan mentah. Dengan
cara yang sama, semua praktik konsumennya yang beragam direduksi menjadi
praktik-praktik yang langsung mempunyai dampak langsung terhadap keputusan
mereka untuk, misalnya, membeli mobil.
Penyederhanaan
kompleksitas sama artinya dengan dipaksa untuk memilih (pabrik mempertimbangkan
bagaimana bahan-bahan baku diproduksi tetapi tak peduli pada situasi politik di
negara tempat bahan baku itu diproduksi). Dipaksa untuk memilih berarti juga
kontingensi sebab seseorang selalu bisa memilih secara berbeda pabrik atau
produsen dapat memonitor situasi). Dan kontingensi berarti resiko (risk). Jadi,
jika pabrik memilih untuk tidak memonitor situasi politik di satu negara yang
menghasilkan bahan baku, maka proses produksinya mungkin akan tsrganggu oleh
pemberontakan yang memotong jalur suplai material itu.
Sebuah sistem tidak akan
sesederhana lingkungannya. Sebuah sistem yang mencoba agar sekompleks
lingkungannya akan mengingatkan kita pada kisah Borges (1964) tentang raja yang
memerintahkan seorang kartografer untuk membuat peta yang akurat untuk
negaranya. Ketika kartografer itu selesai membuatnya, peta itu sebesar negeri
itu sehingga malah tak berguna. Peta, seperti sistem, harus mereduksi
kompleksitas. Kartografer harus memilih ciri-ciri yang penting. Peta yang
berbeda atas area yang sama dapat dibuat karena pemilihan kontingensinya. Ini
selalu diperlukan, tetapi ini juga berisiko karena pembuat peta tidak pernah
dapat merasa pasti bahwa yang tidak masuk bukanlah penting untuk penggunanya.
Meski sistem tak pernah
sekompleks lingkungannya, sistem mengembakan subsistem-subsistem baru dan
membangun berbagai hubungan antara subsistem untuk menangani lingkungan secara
efektif. Jika tidak, sistem akan dikuasai oleh kompleksitas lingkungan.
Misalnya, pabrik mobil dapat menciptakan departemen hubungan internasional yang
bertugas memonitor kondisi politik di negara pensuplai bahan baku. Departemen
baru ini akan bertanggung jawab untuk menjaga agar perusahaan selalu mengetahui
potensi gangguan dalam suplai material dan menemukan sumber alternatif jika ada
gangguan tersebut. Jadi, secara paradoks, “hanya kompleksitaslah yang dapat
mereduksi kompleksitas” (Luhmann, 1995:26).
Sistem-sistem Autopoietic
Luhmann terkenal karena
pemikirannya tentang autopoietic. Konsep autopoietic ini merujuk kepada
diversitas sistem-sistem dari sel biologis sampai ke seluruh masyarakat dunia.
Luhmann menggunakan istilah itu untuk menunjuk pada sistem-sistem seperti,
antara lain, ekonomi, politik, hukum, saintifik, dan birokrasi. Dalam deskripsi
di bawah, kita akan mencoba menyediakan variasi contoh-contoh untuk memberikan
pemahaman tentang ruang lingkup konsep tersebut. Sistem autopoietic memiliki
empat karakteristik sebagai berikut :
1) Sebuah sistem autopoietic
menghasilkan elemen-elemen dasar yang menyusun sistem itu sendiri. Ini mungkin
kelihatannya paradoksal. Bagaimana mana sebuah sistem menghasilkan
elemen-elemennya sendiri, menghasilkan unsur-unsurnya yang paling dasar? Mari
kita pikirkan sistem ekonomi modern dan elemen dasarnya, yakni uang. Kita
mengatakan uang adalah elemen dasar karena nilai benda-benda dalam sistem
ekonomi dapat dipandang dari segi uang, tetapi sangat sulit untuk mengatakan
apakah uang itu sendiri ada nilainya. Makna uang, apa nilainya, dan untuk apa
kegunaannya akan ditentukan oleh sistem ekonomi itu sendiri. Uang, seperti yang
kita pahami dewasa ini, tidak eksis sebelum sistem ekonomi ada. Bentuk uang
modern dan sistem ekonomi muncul bersama-sama, dan mereka saling tergantung
satu sama lain. Sistem ekonomi modern tanpa uang sulit untuk dibayangkan. Uang
tanpa sistem ekonomi modern akan menjadi secarik kertas atau sekeping logam.
2) Sistem-sistem autopoietic
mengorganisasikan diri (self-organizing) dalam dua cara, mereka
mengorganisasikan batas-batasnya sendiri, dan mengorganisasikan struktur
intemalnya. Sistem-sistem itu mengorganisasikan batas-batasnya sendiri dengan
membedakan antara apa yang ada dalam sistem dengan apa yang didalam
lingkungannya. Misalnya, sistem ekonomi menghargai sesuatu yang langka dan
untuk barang itu harganya dapat ditetapkan sebagai bagian dari sistem ekonomi.
Udara ada di mana-mana dan melimpah persediaannya; karena itu udara tidak
ditetapkan harganya dan udara bukan bagian dari sistem ekonomi. Akan tetapi,
udara adalah bagian niscaya dari lingkungan. Apa yang ada di dalam dan di luar
sistem autopoietic ditentukan oleh pengorganisasian diri dari sistem tersebut,
bukan, seperti yang diyakini oleh fungsionalis struktural, oleh keniscayaan
fungsional dari sistem. Ada kekuatan-kekuatan lainnya yang mencoba membatasi
ruang lingkup sistem autopoietic. Misalnya, sistem ekonomi kapitalis selalu
memperluas batas-batasnya untuk memasukkan seks dan perdagangan obat terlarang.
Ini terjadi ketika sistem politik mengesahkan undang-undang yang ditujukan
untuk mencegah seks dan obat terlarang menjadi komoditas ekonomi. Alih-alih
menjaganya tetap di luar ekonomi, undang-undang itu justru memengaruhi harga
seks dan obat rang di dalam sistem ekonomi. Ketidakabsahannya (ilegality)
membuat harganya lebih tinggi, dan karena itu mengurangi daya beli untuknya.
Tetapi, di dalam sistem ekonomi harga tinggi yang mengurangi pembelian juga
mendorong penjualan. Jika banyak uang dapat dihasilkan dari penjualan seks dan
obat terlarang, mereka akan tetap berada di dalam sistem ekonomi. Oleh karena
itu, undang-undang yang mencoba menjaga komoditas di luar sistem ekonomi akan
mempengaruhi cara komoditas itu dihargai di dalam sistem ekonomi. Di dalam
batas-batas ini, sebuah sistem autopoietic menghasilkan strukturnya sendiri.
Misalnya, karena eksistensi uang, pasar distrukturisasi dengan cara impersonal,
bank dibentuk untuk menyimpan dan meminjamkan uang, konsep bunga dikembangkan,
dan seterusnya. Jika sistem ekonomi tidak mempunyai entitas abstrak dan
protable semacam itu sebagai elemen dasarnya, maka tidak akan ada bank dan
konsep bunga, dan pasar di mana barang-barang dijual dan dibeli akan disusun
dengan cara yang sangat berbeda.
3) Sistem autopoietic adalah
self-referential (Esposito, 1996). Misalnya, sistem ekonomi menggunakan harga
sebagai cara untuk mengacu pada dirinya sendiri. Dengan melekatkan nilai uang
yang fluktuatif dalam sebuah perusahaan, pasar saham menjadi contoh dari
referensi diri dalam sistem ekonomi. Harga di pasar saham ditentukan bukan oleh
individu, tetapi oleh ekonomi itu sendiri. Demikian pula, sitem hukum mempunyai
undang-undang yang mengacu pada sistem legal; hukum-hukum tentang hukum dapat
diberlakukan, diaplikasikan, ditafsirkan, dan sebagainya.
4) Sebuah sistem autopoietic
adalah sistem tertutup. Ini berarti bahwa tidak ada kaitan langsung antara
sistem dengan lingkungannya. Sebaliknya, sistem berhubungan dengan representasi
dari lingkungannya. Misalnya, sistem ekonomi dianggap merespon kebutuhan
material dan keinginan orang-orang; akan tetapi, kebutuhan dan keinginan itu
memengaruhi sistem ekonomi hanya sejauh mereka dapat direpresentasikan dalam
term uang. Konsekuensinya, sistem ekonomi merespon dengan baik pada kebutuhan
dan keinginan material orang kaya, tetapi merespon secara buruk kepada
kebutuhan dan keinginan orang miskin. Contoh lainnya adalah birokrasi, seperti
Internal Revenue Service. IRS tak pernah benar-benar berhubungan dengan
kliennya; ia hanya berhubungan dengan representasi dari klien-kliennya.
Pembayar pajak direpresentasikan oleh formulir-formulir yang mereka isi.
Pembayar pajak yang sesungguhnya berpengaruh pada birokrasi hanya dengan cara
mengganggu representasi birokrasi. Mereka yang menyebabkan gangguan (salah
mengisi formulir, formulir yang bertolak- belakang, formulir palsu) sering kali
ditangani dengan keras karena mereka mengancam sistem. Meskipun sistem
autopoietic adalah tertutup dan tak ada koneksi langsung dengan lingkungannya,
lingkungan harus diizinkan untuk mengganggn representasi dalamnya. Tanpa
gangguan seperti itu, sistem akan dihancurkaa oleh kekuatan lingkungan yang
akan meliputinya. Misalnya, harga saham di bursa saham berfluktuasi secara
hari. Perbedaan antara harga saham perusahaan hari ke hari tidak banyak
kaitannya dengan nilai riil dari perusahaan yakni, aset atau profit dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan keadaan bursa saham. Yakni, pasar mungkin
berada dalam periode boom (“bull” market) di mana harga-harga saham jauh lebih
tinggi ketimbang seharusnya karena keadaan perusahaan yang bersangkutan. Akan
tetapi, kemudian harga saham harus refleksikan status aktual dari perusahaan
yang bersangkutan atau sistem akan ambruk. Inilah yang terjadi pada crash bursa
saham 1929. Harga-harga saham tidak ada hubungannya dengan nilai riil, sehingga
sistem mencapai keadaan krisis. Untuk berfungsi secara benar, pasar saham
sebagai sistem harus, setidaknya kadang-kadang, diganggu oleh kondisi aktual
dari perusahaan yang menjadi bagian dari lingkungannya. Sistem sosial yang
tertutup adalah berbeda dari individu yang muncul sebagai bagian darinya.
Menurut Luhmann, dalam sistem seperti itu, individu, adalah bagian dari
lingkungan. Misalnya dalam birokrasi, ini berarti bahwa bukan hanya klien
sebagai bagian dari lingkungan, tetapi juga orang-orang yang bekerja di dalam
birokrasi. Dari perspektif birokrasi, orang-orang yang bekerja di dalamnya
adalah sumber eksternal dari kompleksitas dan unpredictability. Agar menjadi
sistem tertutup, birokrasi harus mencari cara untuk merepresentasikan
karyawannya dengan cara sederhana. Jadi, alih-alih dilihat sebagai manusia
penuh, seorang karyawan dilihat sebagai seorang “manajer”, yang lainnya sebagai
“akuntan”, dan seterusnya. Karyawan yang riil dan sepenuhnya manusia akan
memengaruhi birokrasi hanya sebagai gangguan untuk representasi birokrasi.
Masyarakat dan
Sistem-sistem Psikis
Luhamann berargumen bahwa
masyarakat adalah sistem antopoietic. Ia memenuhi empat karakteristik yang
dikemukakan di atas, masyarakat menghasilkan elemen-elemen dasarnya sendiri,
membangun struktur dan batas-batasnva sendiri, self-referential, dan tertutup.
Elemen dasar dari
masyarakat adalah komunikasi, dan komunikasi dihasilkan oleh masyarakat.
Partisipan dalam masyarakat mengacu kepada masyarakat melalui komunikasi. Dalam
kenyataannya, itulah yang kita lakukan sekarang! Individu adalah relevan dengan
masyarakat hanya sejauh dia berpartisipasi dalam komunikasi atau dapat
diinterpretasikan sebagai pihak yang berpartisipasi dalam komunikasi. Bagian
rahasia dari Anda yang tak pernah Anda komunikasikan, atau tidak dipahami
sebagai komunikasi oleh orang lain, bukanlah bagian dari masyarakat.
Bagian-bagian rahasia itu adalah bagian dari lingkungan yang mungkin mengganggu
masyarakat. Menurut konsepsi Luhmann, apa pun yang bukan komunikasi adalah
bagian dari lingkungan. Ini mencakup sistem biologis manusia dan bahkan sistem
psikisnya. Individu sebagai organisme biologis dan individu sebagai kesadaran
bukanlah bagian dari masyarakat, tetapi bagian luar dari masyarakat. Ini
menimbulkan ide aneh yakni individu adalah bukan bagian dari masyarakat.
Yang dimaksud sistem
psikis oleh Luhmann adalah kesadaran indiyidu. Sistem psikis dan masyarakat,
sistem semua komunikasi mempunyai properti sama. Keduanya bersandar pada makna
(meaning). Makna terkait erat dengan pilihan yang dibuat sistem. Makna tindakan
(atau objek) tertentu adalah perbedaannya dengan tindakan (atau objek) lainnya.
Makna hanya muncul terhadap latar belakang dari kontingensi (contingency). Jika
tidak ada kemungkinan menjadi berbeda, maka tidak akan ada makna. Tindakan
hanya bermakna sejauh pemilihannya dibuat dari rangkaian kemungkinan tindakan.
Misalnya, pakaian kita berarti sesuatu hanya karena kita dapat memilih untuk
sesuatu yang lain.
Sistem seperti sistem
psikis dan sosial yang mengandalkan pada makna adalah tertutup, karena (1)
makna selalu mengacu kepada makna yang lain, (2) hanya makna yang dapat
mengubah makna, (3) makna biasanya menghasilkan lebih banyak makna. Makna
membentuk batas-batas untuk masing-masing sistem. Misalnya, dalam sistem
psikis, apa-apa yang tidak bermakna berada di luar sistem, sebagai “penyebab”
tindakan kita, sedangkan apa-apa yang bermakna berada di dalam sistem, sebagai
“motivasi” untuk tindakan kita. Peristiwa memasuki sistem psikis kita hanya
sebagai makna. Bahkan tubuh kita sendiri adalah sekadar lingkungan untuk sistem
pemaknaan ini. Tubuh kita dapat dilihat hanya sebagai gangguan untuk sistem
psikis kita. Tubuh memasuki kesadaran kita dengan menjadi makna, sehingga,
misalnya, agitasi fisik memasuki kesadaran sebagai emosi. Demikian pula dalam
sistem sosial, makna adalah perbedaan antara komunikasi di dalam sistem dan
gangguan dari luar sistem.
Sistem psikis dan sistem
sosial berevolusi bersama. Masing-masing adalah lingkungan yang diperlukan
untuk masing-masing sistem. Elemen-elemen dari sistem makna psikis adalah
representasi konseptual, elemen-elemen dari sistem makna sosial adalah
komunikasi. Akan keliru untuk menganggap bawa makna di dalam sistem psikis
mempunyai prioritas di atas makna di dalam sistem sosial. Karena keduanya
adalah sistem autopoietic, keduanya memproduksi makna masing-masing dari
prosesnya sendiri-sendiri. Dalam sistem psikis, makna dikaitkan dengan
kesadaran, sedangkan dalam sistem sosial makna dikaitkan dengan komunikasi.
Makna dalam sistem sosial tidak dapat dianggap berasal dari niat individu, atau
properti dari elemen khusus dari sistem sosial; sebaliknya; makna mengacu pada
seleksi dari antarelemen. Makna dari apa-apa yang di komunikasikan diturunkan
dari perbedaannya dari apa-apa yang dapat komunikasikan. Misalnya, “Halo” “Ada
apa?” “Bagaimana kabarmu?” “Selamat siang”. Dan “Hei!” mungkin berasal dari
niat yang sama yaitu memberi salam. Tetapi, jika seorang kawan mengatakan
“Selamat siang” ketika dia bia menggunakan “Hei!” maka beberapa makna akan
dikomunikasikan. Makna tak selalu diniatkan, atau dikaitkan dengan kata-kata
tertentu. Makna berasal dari pemilihan kata-kata khusus dalam perbandingan
terhadap kata-kata yang dapat dipilih. Makna berasal dari kontingensi dari
kata-kata yang dipilih.
Kontingensi Ganda (Double
Contingency)
Sistem sosial yang
didasarkan pada komunikasi menciptakan struktur sosial untuk memecahkan apa
yang disebut Luhmann, “problem kontingensi ganda” Parsons (1951) juga membahas
problem kontingensi ganda ini, tetapi dia membatasi solusinya pada konsensus
nilai yang sudah ada sebelumnya. Luhmann mengakui kemungkinan bahwa konsensus
nilai baru dapat diciptakan (Vanderstraeten, 2002). Kontingensi ganda mengacu
pada fakta bahwa setiap komunikasi harus mempertimbangkan cara komunikasi itu
diterima. Tetapi, kita juga tahu bahwa cara ia diterima akan tergantung kepada
estimasi penerima terhadap komunikator. Ini membentuk lingkaran yang mustahil:
penerima tergantung kepada komunikator, dan komunikator tergantung kepada
penerima. Misalnya, seorang profesor, dalam memilih memberi salam kepada
mahasiswanya, akan menggunakan bentuk informal, “Hai!” jika dia menganggap
bentuk itu akan terdengar lebih bersahabat (komunikator mempertimbangkan si
penerima). Tetapi, jika mahasiswa yang diberi salam itu mengira profesor itu
menyombongkan diri di hadapannya, maka dia tidak akan menganggap ucapan itu
bersahabat (penerima mempertimbangkan komunikator). Semakin sedikit yang kita
ketahui tentang ekspektasi orang lain, semakin besar problem kontingensi
gandanya.
Untungnya, kita hampir
selalu tahu banyak tentang ekspektasi orang lain karena ada struktur sosial.
Dalam contoh di atas, kita tahu bahwa orang yang terlibat adalah profesor dan
mahasiswa. Berdasarkan ini saja, kita memperkirakan bahwa mereka akan mempunyai
hubungan tertentu yang sesuai dengan peran dan tradisi institusionalnya. Kita
akan mengetahui ekspektasi orang lain dengan mengetahui jenis kelaminnya,
etnisnya, usianya, pakaiannya, dan sebagainya. Karena ekspektasi ini, norma dan
peran ekspektasi berkembang untuk menginterpretasikan komunikasi orang.
Masing-masing orang sesuai dengan ekspektasi norma dan peran atau mungkin juga tidak.
Jika kita menemukan sejumlah contoh yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita,
maka ekspektasi kita mungkin berubah, tetapi masyarakat tak pernah melakukannya
tanpa ekspektasi karena problem kontingensi ganda ini.
Adalah karena
masing-masing dari kita memiliki seperangkat norma yang berbeda sehingga
komunikasi menjadi diperlukan, dan karena komunikasi ini memiliki problem
kontingensi ganda maka kita mengembangkan seperangkat norma. Ini menunjukkan
bagaimana masyarakat sebagai sistem autopoietic bekerja: struktur (peran, norma
institusional dan tradisional) dari masyarakat menciptakan elemen-elemen
(komunikasi) masyarakat dan elemen-elemen itu menciptakan struktur, sehingga,
sebagaimana dalam sistem autopoietic lainnya, sistem tersebut menyusun elemennya
sendiri.
Karena kontingensi ganda,
setiap komunikasi tertentu (given) adalah mustahil. PERTAMA, adalah mustahil
bahwa kita akan mempunyai sesuatu yang ingin kita komunikasikan kepada orang
tertentu. KEDUA, karena informasi dapat dikomunikasikan dengan sejumlah cara,
maka tidak mungkin kita akan memilih cara khusus saja. KETIGA, adalah mustahil
bahwa orang yang kita ajak berbicara akan memahami kita dengan tepat. Struktur
sosial berkembang untuk menjadikan komunikasi yang mustahil (improbable)
menjadi lebih mungkin (probable). Misalnya, mengatakan “selamat siang” kepada
orang tertentu pada waktu tertentu adalah tidak mungkin, tetapi struktur sosial
membuat salam menjadi normatif pada lingkungan tertentu, memberi kita sejumlah
cara terbatas yang dapat diterima untuk memberi salam kepada orang-orang, dan
memastikan bahwa pihak yang disapa akan memahami ucapan salam dengan cara yang
hampir sama dengan yang dimaksudkan oleh si pemberi salam.
Kemustahilan
(improbability) yang kita diskusikan sejauh ini mengacu hanya kepada interaksi,
tetapi masyarakat adalah lebih dari sekadar kumpulan interakal independen.
Interaksi hanya bertahan selama orang yang terlibat dalam komunikasi itu hadir,
tetapi, dari sudut pandang masyarakat, interaksi adalah episode-episode dalam
proses sosial yang terus berjalan. Setiap sistem sosial dihadapkan dengan
sebuah problem: ia akan berhenti eksis jika tidak ada jaminan komunikasi lebih
lanjut, yaitu tak ada kemungkinan menghubungkan komunikasi sebelumnya dengan
komunikasi masa depan. Untuk menghindari keterputusan komunikasi, struktur
harus dikembangkan agar mengizinkan komunikaa terdahulu berhubungan dengan
komunikasi yang kemudian. Seleksi yang dilakukan dalam satu komunikasi dibatasi
oleh seleksi yang dilakukan dalam komunikasi sebelumnya, dan komunikasi
sekarang juga membatasi komunikasi masa depan. Ini adalah cara lain di mana
ketidakmungkinan proses komunikasi diatasi dan diubah menjadi kemungkinan oleh
sistem sosial. Kebutuhan untuk mengatasi kontingensi ganda dan memungkinkan komunikasi
yang tak mungkin inilah yang mengatur evolusi dari sistem sosial.
Evolusi Sistem Sosial
Evolusi secara sederhana
adalah sebuah proses trial-and-error. Evolusi bukan teleologis. Hasilnya tidak
diatur oleh tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Salah satu implikasinya adalah
bahwa, dalam teori Luhmann, ide kemajuan menjadi tidak ada artinya. Ini
membedakannya dari ide evolusioner universal masyarakt modern dari Parsons.
Mengasumsikan satu jalan pasti dari perkembangan kemasyarakatan adalah
teleologis dan mengabaikan fakta bahwa ada variasi jalan untuk menghadapi
masalah tertentu.
Pada tingkat umum, evolusi
membuat kemustahilan menjadi lebih mungkin. Misalnya, adalah mustahil bahwa
serangkaian mutasi biologis acak akan menghasilkan hewan tertentu seperti manusia.
Seleksi alam dan warisan karakteristik yang stabil menjadikannya lebih mungkin
bahwa kera akan berevolusi menjadi sesuatu seperti manusia ketimbang menjadi
cumi-cumi.
Secara ketat, dapat
dikatakan bahwa evolusi bukan sebuah proses, tetapi seperangkat proses yang
dapat dideskripsikan sebagai pelaksanaan tiga fungsi: varian, seleksi, dan
stabilisasi karakteristik yang dapat direproduksi. Fungsi-fungsi ini
merepresentasikan mekanisme konkret yang dengannya evolusi itu beroperasi.
Variasi adalah proses trial-and-error. Jika sebuah sistem menghadapi problem
yang unik, suatu variasi solusi mungkin akan berkembang untuk menangani
gangguan lingkungan. Beberapa dari solusi ini akan berhasil, dan yang lainnya
mungkin tidak. Seleksi atas solusi tertentu bukan berarti bahwa yang dipilih
adalah solusi yang “terbaik”. Ini mungkin berarti bahwa solusi tertentu adalah
yang paling mudah untuk menstabilkan, atau dengan kata lain, solusi yang paling
mudah untuk mereproduksi struktur yang stabil dan tahan lama. Dalam sistem
sosial, stabilisasi ini biasanya menyangkut jenis diferensiasi yang memerlukan
penyesuaian dari semua bagian sistem kepada solusi baru. Proses evolusioner
akan mencapai akhir temporer hanya ketika stabilisasi telah selesai.
Mari kita ambil contoh
dari ekonomi. Salah satu problem yang dihadapi ekonomi adalah bagaimana
menukarkan barang-barang secara ekual dengan sistem ekonomi lainnya yakni
bagaimana ekonomi menggunakan mata uang dollar untuk menjual barang-barang
kepada sistem ekonomi yang menggunakan mata uang yen? Variasi dari solusi yang
berbeda akan berkembang (varian evolusioner). Beberapa sistem terdahulu
mengawali pertukaran “hadiah” mengeliminasi perhatian pada ekualitas pasti dari
barang-barang yang dipertukarkan. Yang lainnya menggunakan komoditas yang
stabil seperti emas untuk mengatur pertukaran itu. Kedua solusi itu ternyata
sulit untuk direproduksi pada skala global. Untuk solusi pertama, tak banyak
yang bisa ditukarkan sebagai hadiah, sedangkan solusi kedua, nilai komoditas
seperti emas tidak selalu stabil karena emas yang tersedia pada waktu tertentu
berubah-ubah. Sebaliknya, bentuk yang lebih dapat direproduksi (reproducible)
adalah membangun struktur baru, pasar pertukaran uang (valas), yang beroperasi
di tingkat global dan memberikan nilai tukar mata uang yang mengambang (seleksi
evolusioner). Ini mungkin bukan solusi terbaik karena ia rawan terhadap
fluktuasi yang diakibatkan oleh para spekulan, seperti tampak dalam krisis
finansial “Asia” pada 1998. Akan tetapi, adalah satu-satunya solusi yang
tampaknya dapat direproduksi pada skala global (stabilisasi evolusioner). Tentu
saja, reproduksibilitas dari solusi ini bukan berarti bahwa solusi lainnya
lenyap. Negara masih menukarkan hadiah, khususnya dengan kepala negara melalui
diplomat, dan banyak negara mencoba mematok nilai tukar mereka menjadi tetap
dengan mengikatkannya pada komoditas seperti emas, atau bahkan dengan mata uang
lain seperti dollar Amerika.
Diferensiasi
Dari sudut pandang teori
sistem Luhmann, ciri utama dari masyarakat modern adalah meningkatnya proses
diferensiasi sistem sebagai cara menghadapi kompleksitas lingkungannya (Rasch,
2000). Diferensiasi adalah “replikasi, di dalam sistem, dari perbedaan antara
sebuah sistem dan lingkungannya” (1982:230). Ini berarti bahwa dalam sistem
diferensial ada dua jenis lingkungan yang lazim untuk semua subsistem dan
sebuah lingkungan internal yang berbeda untuk masing-masing subsistem.
Misalnya, pabrik mobil, seperti Ford, melihat pabrik-pabrik lainnya, General
Motor dan Daimler Chrysler, misalnya, sebagai bagian dari lingkungannya.
Departemen relasi internasional (subsistem) dari Ford juga melihat General
Motors dan Chrysler sebagai di luar dan bagian dari lingkungannya. Akan tetapi,
departemen relasi internasional juga melihat subsistem lainnya di dalam Ford
(seperti departemen relasi manusia [subsistem]) sebagai di luar subsistem
relasi internasional dan karena itu bagian dari lingkungannya. Subsistem
lainnya, seperti departemen relasi manusia, adalah internal untuk sistem
organisasi secara keseluruhan, tetapi berada dalam lingkungan subsistem
internasional, dan karena itu sebuah lingkungan internal. Demikian pula,
subsistem relasi manusia melihat pabrik lain sebagai bagian lingkungannya,
tetapi selain itu ia melihat subsistem lainnya (kali ini termasuk subsistem
relasi internasional) sebagai bagian dari lingkungannya. Oleh karena itu,
masing-masing subsistem mempunyai pandangan yang berbeda tentang lingkungan
internal dari sistem. Ini menciptakan lingkungan internal yang sangat kompleks dan
dinamis.
Diferensiasi di dalam
sistem adalah cara penanganan perubahan dalam lingkungan. Seperti yang sudah
kita lihat, masing-masing sistem harus menjaga batas-batasnya dalam hubungannya
dengan lingkungan. Jika tidak ia akan dikuasai oleh kompleksitas lingkungannya,
ambruk dan berhenti eksis. Untuk bertahan hidup, sistem harus mampu menghadapi
variasi lingkungannya. Misalnya, sudah diketahui bahwa setiap organisasi skala
besar menyesuai diri secara pelan dengan perubahan lingkungannya (misalnya,
tuntutan oleh publik, perubahan politik, atau bahkan perubahan teknologi
seperti tersedianya komputer). Akan tetapi, organisasi itu berkembang; mereka
berevolusi dengan menciptakan diferensiasi di dalam sistem. Yakni, perubahan
lingkungan akan “diterjemahkan” ke dalam struktur organisasi. Contohnya adalah
penciptaan oleh pabrik mobil sebuah departemen baru yang menangani situasi baru
seperti hadirnya komputer di tempat kerja. Karyawan baru akan disewa, mereka
akan dilatih untuk menangani teknologi baru, seorang manajer akan dipilih, dan
seterusnya.
Proses diferensiasi ini
berarti meningkatkan kompleksitas sistem, karena subsistem dapat membuat
hubungan yang berbeda-beda dengan sistem lainnya. Ia menghasilkan lebih banyak
variasi di dalam sistem untuk merespon variasi di lingkungan. Dalam contoh di
atas, departemen baru itu adalah, seperti departemen sistem birokrasi lainnya,
sebuah lingkungan untuk departemen lainnya, tetapi ia meningkatkan kompleksitas
organisasional karena relasi tambahan baru antardepartemen menjadi mungkin.
Departemen yang baru yang diciptakan untuk menyervis komputer pekerja akan
lebih mampu beradaptasi dengan perubahan dalam teknologi komputer dan membantu
seluruh organisasi untuk berintegrasi dengan kapabilitas baru ini. Selain itu,
ia mungkin menyediakan koneksi baru antardepartemen yang ada, seperti
mengizinkan akunting umum disentralisasikan atau tenaga penjualan dapat
mengakses inventori secara langsung.
Lebih banyak variasi yang
dihasilkan oleh diferensiasi bukan hanya akan menghasilkan respon yang lebih
baik terhadap lingkungan, tetapi ia juga mempercepat evolusi. Ingat bahwa
evolusi adalah proses seleksi dari variasi. Semakin banyak variasi yang
tersedia, semakin baik seleksinya. Akan tetapi, Luhmann menyatakan bahwa hanya
sedikit bentuk diferensiasi internal yang telah berkembang. Dia menyebut ini
segmentasi, stratifikasi, pusat-pinggiran, dan diferensiasi fungsional.
Diferensisasi-diferensiasi ini meningkatkan kompleksitas dari sistem melalui
repetisi diferensiasi antara sistem dan lingkungan di dalam sitem. Dari segi
potensi evolusionernya, bentuk-bentuk diferensiasi ini mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda untuk menghasilkan keragaman dan karena itu menyediakan lebih
banyak pilihan untuk proses evolusi. Semakin kompleks bentuk diferensiasi akan
berpotensi mempercepat evolusi sistem.
Segmentary Differentiation
Diferensiasi segmentasi
ini membagi bagian-bagian dari sistem berdasarkan kebutuhan untuk memenuhi
fungsi-fungsi yang identik secara terus-menerus. Misalnya, pabrik mobil kita berfungsi
sama dengan pabrik-pabrik untuk produksi mobil di lokasi yang lain. Setiap
lokasi diorganisasikan dengan cara yang hampir sama, masing-masing memiliki
struktur yang sama dan memenuhi fungsi yang sama yakni membuat mobil.
Diferensiasi Stratifikasi
Diferensiasi ini adalah
diferensiasi vertikal berdasarkan urutan atau status dalam sistem yang
dibayangkan sebagai hierarki. Setiap urutan memenuhi fungsi yang khusus di
dalam sistem. Dalam pabrik mobil, kita menjumpai urutan yang berbeda-beda.
Misalnya, manajer departemen relasi internasional yang baru menduduki urutan
atas di dalam hierarki departemen ini. Manajer mempunyai fungsi menggunakan
kekuasaannya untuK mengarahkan operasi dari departemen itu. Kemudian ada
variasi karyawan jajaran rendah di departemen tersebut yang menangani berbagai
fungsi spesifik (misalnya, mengetik). Selain itu, manajer departemen relasi
internasional mempunyai posisi dalam sistem stratifikasi pabrik mobil. Oleh
karena itu presiden perusahaan mempunyai posisi yang lebih tinggi ketimbang
manajer relasi internasional dan mempunyai wewenang untuk memerintah sang
manajer.
Dalam diferensiasi
segmentasi, ketimpangan berasal dari variasi aksidental dalam lingkungan
(seperti lebih banyak mobil yang terjual di satu daerah tertentu ketimbang
daerah lain), tetapi ia tidak mempunyai fungsi sistemik. Akan tetapi dalam
diferensiasi stratifikasi, ketimpangan itu adalah esensial untuk sistem. Lebih
tepat lagi, kita melihat interplay dari ekualitas dan inekualitas. Semua
anggota dalam jajaran yang sama (misalnya semua pengetik komputer) pada
dasarnya adalah sederajat, sedangkan jajaran yang berbeda akan dibedakan
berdasarkan inekualitas mereka. Jajaran yang lebih tinggi (misalnya manajer
departemen) mempunyai lebih banyak akses ke sumber daya dan kemampuan lebih
besar untuk menjadi subjek dari komunikasi influensial. Konsekuensinva sistem
yang terstratifikasi lebih memperhatikan kesejahteraan dari mereka yang berada
di jajaran atas dan pada umumnya memperhatikan jajaran rendahan hanya jika
mereka mengancam jajaran atas, akan tetapi, kedua jajaran itu saling
tergantung, dan sistem sosial dapat bertahan jika semua jajaran, termasuk yang
paling rendah, berhasil merealisasikan fungsi-fungsi mereka.
Arti penting dari jajaran
bawah dan kesulitan mereka untuk menjadi subjek komunikasi influensial
menciptakan problem struktural yang membatasi kompleksitas sistem. Ketika
mereka yang mengarahkan sistem menjadi terlalu jauh dari jajaran bawah, sistem
cenderung ambruk karena fungsi penting dari jajaran yang di bawah tidak
berfungsi dengan benar. Agar memengaruhi sistem jajaran di bawah harus
mengandalkan konflik.
Diferensiasi
Pusat-Pinggiran
Tipe ketiga diferensiasi,
antara pusat (centre) dan pinggiran (periphery), adalah kaitan antara
diferensiasi segmentasi dengan stratifikasi (Luhmann, 1997:663-678). Misalnya,
beberapa perusahaan mobil membangun pabrik di negara lain; meski demikian,
kantor pusatnya tetap di pusat, berkuasa dan, pada tingkat tertentu, mengontrol
pabrik-pabrik di pinggiran. [Muncul keberatan (Schimank, 1996) bahwa diskusi
ini tidak sesuai dengan argumen umum Luhmann. Diferensiasi antara pusat dan
pinggiran tidak mengacu kepada sistem sosial secara keseluruhan. Dalam contoh
di atas ia mengacu pada diferensiasi fungsi di dalam sistem industri. Jadi ia
mengacu pada sistem spesifik di dalam sistem sosial dan tidak mengacu pada
sistem sosial secara keseluruhan.]
Diferensiasi Sistem
Fungsional
Diferensiasi fungsional
adalah bentuk diferensiasi paling kompleks dan bentuk yang mendominasi
masyarakat modern. setiap fungsi di dalam sistem dianggap berasal dari unit
tertentu. Misalnya, pabrik mobil mempunyai departemen yang berbeda secara
fungsional seperti produksi, administrasi, akuntansi, perencanaan dan
personalia.
Diferensiasi fungsional
lebih fleksibel ketimbang diferensiasi stratifikasi, tetapi jika satu sistem
gagal untuk memenuhi tugasnya, maka seluruh sistem akan mengalami kendala besar
untuk bertahan [sebagian besar sistem yang didiskusikan di sini juga dapat disebut
subsistem dari sistem sosial dunia. Akan tetapi, kami akan menggunakan istilah
sistem ketimbang subsistem kecuali ketika ia diperlukan untuk membedakan antara
subsistem dan sistem yang melingkupinya.] Akan tetapi, selama masing-masing
unit menjalankan fungsinya, unit-unit yang berbeda dapat mencapai derajat
independensi yang tinggi. Sesungguhnya sistem yang didiferensiasikan fungsional
adalah campuran kompleks dari interdependensi dan indepedennsi. Misalnya,
sementara divisi perencanaan adalah tergantung kepada divisi akuntansi untuk
data ekonomi, selama angka-angkanya akurat, maka divisi perencanaan dapat
mengabaikan bagaimana cara akuntan menghasilkan data.
Ia menunjukkan perbedaan
lebih jauh antara bentuk-bentuk diferensiasi. Dalam kasus diferensiasi
segmentasi, jika satu segmen gagal menjalankan fungsinya, (misalnya salah satu
dari pabrik pembuat mobil tidak dapat menghasilkan mobil karena pemogokan
buruh), ia tidak mengancam sistem. Akan tetapi, dalam bentuk diferensiasi yang
lebih kompleks, seperti diferensiasi fungsional, kegagalan akan menyebabkan
problem untuk sistem sosial, dan mungkin mengakibatkan keruntuhan. Jadi, di
satu sisi, pertumbuhan kompleksitas meningkatkan kemampuan dari sistem untuk
menangani lingkungannya. Di lain pihak. kompleksitas meningkatkan resiko
keruntuhan sistem jika satu fungsi tidak terpenuhi dengan benar.
Akan tetapi, dalam
sebagian besar kasus, peningkatan kerentanan ini adalah yang harus dibayar
untuk peningkatan kemungkinan hubungan antara subsistem-subsistem yang berbeda.
Mempunyai lebih banyak tipe relasi antara berarti juga lebih banyak penggunaan
variasi untuk memilih respon struktural terhadap perubahan dalam lingkungan.
Dalam sistem segmentasi, relasi antarsubsistem yang berbeda tidaklah berbeda
secara struktural. Misalnya, relasi setiap dua pabrik dengan pabrik dengan
lainnya pada dasarnya adalah sama. Dalam sistem yang terstratifikasi, relasi
antarjajaran pada dasarnya berbeda dengan yang di dalam jajaran. Misalnya,
relasi pabrik dengan kantor pusatnya berbeda dengan relasi antara pabrik dengan
pabrik lainnya. Dalam sistem yang didiferensiasikan secara fungsional,
relasinya semakin berbeda. Hubungan departemen akuntansi dan produksi berbeda
dengan hubungan antara departemen produksi dan riset. Diferensiasi fungsional
memberi fleksibilitas yang lebih besar kepada pabrik. Jadi, misalnya, dalam
lingkungan di mana kemajuan teknis memberi peluang untuk keuntungan ekonomi,
perusahaan dapat dipimpin oleh bagian riset, tetapi dalam lingkungan di mana
ada keunggulan ekonomi, maka perusahaan dapat dipimpin oleh bagian akuntansi.
Kita harus mencatat bahwa
bentuk diferensiasi yang lebih kompleks tidak mengesampingkan bentuk yang
kurang kompleks, dan, dalam kenyataannya. mereka mungkin memerlukan bentuk yang
kurang kompleks. Misalnya, pabrik mobil distratifikasikan, tetapi ia masih
mengandung pabrik individual yang berbentuk segmentasi. Ini adalah penting,
karena kita biasanya berbicara tentang sistem yang didiferensiasikan secara
fungsional di dalam masyarakat modern untuk mendeskripsikan mode dominan dari
diferensiasinya; meski demikian. bentuk-bentuk lainnya tetap eksis.
Kode
Sebuah kode (code) adalah
satu cara untuk membedakan elemen-elemen sistem dari elemen-elemen yang tidak
termasuk sistem. Sebuah kode adalah “bahasa” dasar dari sistem fungsional.
Kode-kode itu adalah, misalnya. kebenaran (versus ketidakbenaran) untuk sistem
sains, pembayaran (versus nonpembayaran) untuk sistem ekonomi, dan legal
(versus ilegal) untuk sistem hukum. Setiap komunikasi yang menggunakan kode
tertentu adalah bagian dari sistem yang referensi kodenya dipakai.
Kode dipakai untuk
membatasi jenis komunikasi yang diperbolehkan. Setiap komunikasi yang tidak
menggunakan kode itu bukan komunikasi yang masuk pada sistem terkait. Jadi, di
dalam sistem ilmiah (scientific) kita biasanya menemukan komunikasi yang hanya
mengacu kepada kode kebenaran (code of truth). Misalnya, jika kepala NASA
(National Aeronautics and Space Administration) dan kepala NIH (National
Institutes of Health) bertemu untuk mendiskusikan fakta-fakta yang ditemukan
mengenai penuaan John Glenn penerbangan pada 1998, pertemuan itu akan menjadi
bagian dari sistem ilmiah yang menggunakan kode kebenaran atau kesalahan. Jika
beberapa orang yang sama bertemu untuk mendiskusikan siapa yang akan membayar
riset pesawat ruang angkasa, maka ini adalah sistem ekonomi dengan menggunakan
kode pembayaran atau nonpembayaran.
Dalam teori sistem
Luhmann, tidak ada sistem yang menggunakan dan memahami kode sistem lainnya.
Tidak ada cara untuk menerjemahkan kode satu sistem ke dalam kode sistem
lainnya. Karena sistem-sistem itu tertutup, mereka dapat bereaksi hanya kepada
hal-hal yang terjadi dalam lingkungan mereka (jika yang terjadi itu menimbulkan
cukup banyak “kebisingan” hingga diperhatikan oleh sistem). Tetapi, sistem itu
harus mendeskripsikan kebisingan atau gangguan dalam lingkungan yang
berhubungan dengan kodenya sendiri. Ini adalah satu-satunya cara untuk memahami
apa yang terjadi, satu-satunya cara untuk memberi makna kepadanya. Misalnya,
sistem ekonomi akan “melihat” sistem ilmiah hanya dari segi apa yang bisa
menghasilkan uang (memungkinkan pembayaran di masa depan) atau memerlukan
investasi (memerlukan biaya awal sebelum mendapatkan pembayaran kembali).
Problem Diferensiasi
Fungsional
Diferensiasi fungsional
menyebabkan setidaknya satu problem sentral untuk masyarakat modern. Apa yang
diperlukan masyarakat secara keseluruhan mungkin tidak ditangani oleh sistem
fungsional apa pun. Sistem fungsional mungkin tidak mempunyai kode yang dapat
merepresentasikan problem secara memadai. Misalnya, sistem ekonomi tidak dapat
merepresentasikan problem ekologis secara memadai, karena sebagian besar polusi
secara ekonomis adalah rasional. Sistem legal mungkin mempunyai undang-undang
yang ditujukan untuk membatasi polusi udara, tetapi undang-undang tersebut
diinterpretasikan dalam sistem ekonomi dari pencemaran udara. Ini ditunjukkan
oleh contoh dari bekas Cekoslowakia, di mana di sana ada pembatasan pencemaran
udara secara legal. Industri-industri bereaksi terhadap aturan ini dengan
membangun cerobong asap lebih tinggi lagi, mengakibatkan penyebaran polusi
lebih meluas dan karena itu menurunkan tingkat polusi udara di dekatnya. Reaksi
ini bertentangan dengan maksud dari undang-undang tersebut, tetapi ini adalah
reaksi yang sesuai dengan kode sistem ekonomi; ini adalah cara untuk
meminimalkan biaya. Proteksi yang lebih baik terhadap polussi udara akan
membutuhkan lebih banyak biasa ketimbang dengan membangun cerobong yang lebih
tinggi.
Problem-problem seperti
itu umumnya diakibatkan oleh diferensiasi fungsioanal. Diferensiasi fungsional
memerlukan pembuangan problem dari level masyarakat ke level subsistem. Setiap
subsistem mendapatkan independensi dan fleksibilitas dalam membuat keputusan
dengan kodenya masing-masing. Akan tetapi, masing-maisng tergantung kepada
subsistem lainnya untuk menggerakkan sosial secara keseluruhan. Ringkasnya,
akibat dari independensi sistem fungsional yang lebih besar adalah sistem
sosial secara keseluruhan menjadi semakin rentan.
Luhmann menginvestigasi
hubungan problematik antara diferensiasi fungsional masyarakat modern dengan
usahanya untuk mengatasi problem ekologi (1986/1989). Segala sesuatu yang
terjadi dalam lingkungannya (perhatikan makna ganda dari istilah ini:
lingkungan dari suatu sistem dan lingkungan alam) harus dibicarakan di dalam
sistem fungsional yang ada dan kode-kodenya. Ini berarti bahwa setiap problem
dalam lingkungan adalah problem untuk sistem hanya jika ia dapat
direpresentasikan dalam kode sistem tersebut. Misalnya, hukum dapat bergerak
melawan pihak pencemar hanya jika apa yang mereka lakukan direpresentasikan
sebagai tindakan melanggar hukum (ilegal). Jadi, adalah mungkin bahwa problem
ekologi tidak akan ditangani secara memadai. Yang lebih penting adalah kesimpulan
umum: diferensiasi fungsional dapat dibayangkan sebagai faktor penyebab dari
krisis ekologis (Luhmann, 1986/ 1989:42).
Sistem fungsional
menghasilkan terlalu banyak dan terlalu sedikit resonansi (resonance) terhadap
problem dalam lingkungan mereka. Terlalu sedikit resonansi berarti bahwa sebuah
sistem tidak bereaksi dengan baik terhadap problem yang tidak dapat
direpresentasikan oleh kode-kodenya. Misalnya, kelompok lingkungan mungkin
melawan industri mobil dengan tuntutan agar produksi mobil tidak menimbulkan
banyak polusi; akan tetapi, industri mobil tidak mungkin bereaksi terhadap
tuntutan itu kecuali protes-protes itu mulai memengaruhi profit industri
tersebut. Terlalu banyak resonansi berarti bahwa penanganan problem ekologi di
dalam sistem fungsional mungkin menghasilkan reaksi dalam sistem fungsional
lainnya karena sistem-sistem itu saling tergantung (interdependent). Misalnya,
industri mobil mungkin memproduksi mobil tanpa banyak menimbulkan polusi dengan
cara membuat mobil yang lebih kecil, ringan dan konsekuensinya, lebih murah.
Ini dapat mengandung konsekuensi bahwa pengembangan sistem transportasi akan
melambat karena setiap orang dapat membeli mobil. Selain itu, adalah mungkin
bahwa ini juga akan meningkatkan jumlah kecelakaan lalu lintas dan, karena itu,
meningkatkan biaya dalam sistem kesehatan. Reaksi terhadap tuntutan kelompok
lingkungan menimbulkan konsekuensi yang tak terduga di dalam sistem fungsional
yang saling tergantung dan kompleks.
Sosiologi Pengetahuan
Luhmann
Menurut Luhmann, pertanyaan
prinsip untuk sosiologi adalah: Apakah masyarakat itu? Ini adalah titik awal
dari usaha Luhmann untuk mengembangkan sebuah teori sistem (1987). Sosiologi,
sebagai ilmu tentang masyarakat, hanya mungkin terwujud apabila ada konsep
tentang masyarakat yang didefinisikan dengan jelas. Teori sistem Luhmann
mendefinisikan masyarakat sebagai “semuaa yang mencakup sistem sosial termasuk
semua sistem kemasyarakatan lainnya” (1997:78; diterjemahkan oleh salah seorang
penulis). Ini mengimplikasikan bahwa konsep masyarakat identik dengan konsep
masyarakat dunia; hanya akan ada satu konsep masyarakat. Sistem sosial adalah
setiap sistem yang menghasilkan komunikasi sebagai elemen dasarnya untuk
mereproduksi dirinya sendiri. Sistem kemasyarakatan (societal) adalah sistem
fungsional seperti ekonomi, sains, dan hukum di dalam semua sistem masyarakat
yang serba meliputi. Sejak publikasi awal Social Systems (1984/1995) Luhmann
telah memperdalam dan menerapkan pendekatannya ini untuk berbagai sistem
fungsional di dalam sistem masyarakat, seperti ekonomi (Luhmann, 1988), sains
(Luhmann, 1990), hukum (Luhmann, 1993) dan seni (Luhmann, 1995). berusaha
menunjukkan kegunaan dari teori umumnya untuk analisis setiap sistem yang
dideferensiasikan secara fungsional. Dia juga mendiskusikan isu yang
menyinggung sistem fungsional, khususnya komunikasi resiko ekologi (Luhmann,
1986/1989) dan penggunaan konsep umum tentang resiko (Luhmann, 1991).
Sebuah masyarakat dunia
yang serba meliputi (all-encompassing) tidak punya batas-batas dalam ruang dan
waktu; dalam satu pengertian, sebuah masyarakat dunia tidak punya “alamat” dan
tak ada masyarakat lain dalam lingkungan itu. Lalu bagaimana masyarakat dapat
diamati? Hanya ada satu jawaban: Suatu masyarakat dapat diamati hanya dari
perspektif di dalam masyarakat, yaitu melalui sistem fungsional dari
masyarakat. Akan tetapi, tidak sistem fungsional yang mempunyai perspektif
“yang benar” untuk observasi masyarakat. Setiap perspektif adalah sah. Lalu
bagaimana kita dapat sampai pada jalan tunggal untuk mencipatkan informasi
tentang dunia sosial? Sesungguhnya, tidak ada jalan untuk menciptakan
perspektif sederhana semacam itu. Tidak ada sudut pandang superior terhadap
sudut pandang lainnya. Oleh karena itu, perspektif yang dipakai umum tidak pernah
dapat dicapai karena tidak ada kemungkinan mengevaluasi pandangan pesaing.
Misalnya, jika kita sebagai sosiolog ingin mengetahui sesuatu tentang
masyarakat, kita sudah terbiasa dengan pencarian pengetahuan sosiologis.
Menurut argumen Luhmann, pencarian ini juga akan mungkin lewat membaca koran,
buku, menonton televisi, atau berbicara dengan teman. Masing-masing metode ini
adalah cara yang sah untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat. Sistem
sains atau sistem lainnya tak punya privilese dalam hal ini. Jika tidak ada
sistem fungsional yang memiliki kedudukan lebih tinggi untuk mengamati dan
karena itu untuk mendeskripsikan masyarakat sebagai sistem, kita punya
persoalan dengan variasi observasi terhadap masyarakat yang tak terbatas dan
sama-sama valid.
Luhmann (2002) mencoba
mencari cara di mana kita bagaimanapun juga dapat sampai ke pengetahuan tentang
masyarakat. Masyarakat mendeskripsikan dirinya melalui, misalnya, legenda dan
mitos di masa kuno dan pengetahuan ilmiah di masa modern. Akan tetapi, sosiolog
mampu untuk mengamati observasi ini. Dan karena para sosiolog sebagai pengamat
sekunder mampu mengamati observasi pertama, mereka dapat menarik kesimpulan
tentang relasi antara masyarakat dan semantiknya, yakni, deskripsi diri dari
masyarakat. Ini adalah kunci untuk mengetahui tentang masyarakat mengamati
semantik masyarakat (semantics of society), yaitu “komunikasi tentang
komunikasi”, yang menyusun sistem masyarakat.
Luhmann berusaha
menunjukkan bahwa observasi atas masyarakat tidaklah arbitrer karena “ada
kondisi struktural untuk representasi yang masuk akal, dan ada tren historis
dalam evolusi semantik yang sangat membatasi luasnya variasi. Teori sosiologi
mampu mengenali koneksi-koneksi dari jenis korelasi antara struktur sosial dan
semantik” (1997:89; diterjemahkan oleh salah seorang penulis). Studi Luhmann
merekonstruksi penggunaan historis dan makna istilah itu dalam kaitannya dengan
perubahan struktur sosial, mengambil semantik sebagai sebuah ekspresi dari
interpretasi struktur sosial. Jadi, cara yang tepat untuk mengamati masyarakat
secara sosiologis adalah investigasi perubahan semantik dalam relasinya dengan
struktur sosial yang berubah. Luhmann telah berusaha keras menjelaskan
perkembangan, misalnya, semantik moralitas, individualitas, hukum, pengetahuan
(1980/1981/1989/1995), puisi (2001), dan cinta (1982/1986). Metode ini adalah
bagian dari sosiologi pengetahuan dan dapat dipakai dalam tugas umum
pengembangan teori tentang masyarakat.
Kritik
Ringkasnya, teori Luhmann
tentang masyarakat modern dan konsepnva tentang masyarakat merupakan alat
analitik yang sangat maju yang membuat sosiologi dapat memperoleh perspektif
segar tentang problem di masyarakat (dan di dalam sosiologi) dewasa ini. Teori
umum evolusi dan diferensiasi, dan pemikiran Luhmann tentang sistem spesifik
seperti sains dan ekonomi, membuka area teori dan riset baru. Perbedaan dasar
antara sistem dan lingkungan membuka kemungkinan riset interdisipliner baru
yang didasarkan pada asumsi bahwa kompleksitas adalah problem besar yang menghubungkan
bidang-bidang terpisah dari ilmu manusia dan ilmu alam (Luhmann, 1985).
Ada sejumlah kritik
terhadap teori sistem Luhmann (Bliihdom, 2000), tetapi hanya akan meninjau
empat kritik secara ringkas. Pertama,
banyak teoritisi, termasuk Jurgen Habermas, mengatakan bahwa yang dilihat
Luhmann sebagai keniscayaan perkembangan evolusioner sesungguhnya adalah
bersifat regresif dan tidak mesti (unnecessary). Masyarakat kenyataannya
mungkin berkembang menjadi sistem dunia yang terdiferensiasi secara fungsional
dan tertutup yang tak mampu bertindak atas dunia sosial secara keseluruhan,
tetapi ini adalah sesuatu yang harus dilawan. Teori seharusnya dikembangkan
untuk membantu mengatasi kecenderungan ini, bukan membuatnya tak terhindarkan,
seperti yang dilakukan Luhmann. Kedua,
dalam teori Luhmann, diferensiasi adalah kunci untuk mendeskripsikan
perkembangan masyarakat dan meningkatnya kompleksitas sistem sosial dalam
menghadapi lingkungannya (Rasch, 2000). Tetapi, kita juga dapat menemukan dua
proses yang berbeda dalam masyarakat kontemporer. Yang satu adalah
de-dirensiasi (Lash, 1988), yaitu, proses pembubaran batas-batas antarsistem ,
misalnya antara kultur tinggi dan kultur populer. Yang satunya lagi adalah
letrasi (R. Miinch, 1987), yaitu, proses pembentukan institusi untuk
memperantarai sistem-sistem sosial. Teori sistem Luhmann cenderung melihat
proses-proses ini sebagai antievolusioner karena evolusi didefinisikan sebagai
peningkatan diferensiasi. Adalah mungkin bahwa teori Luhmann dapat mengakui
de-diferensiasi dan interpenetrasi sebagai sumber valid dari variabilitas
evolusioner, tetapi ini berarti akan membubarkan fokus pada diferensiasi yang
terbukti sangat berharga secara teoritis. Ketiga, teori sistem Luhmann tampaknya
terbatas kemampuannya untuk mendeskripsikan relasi antarsistem. Tidak semua
sistem tampak tertutup dan seperti yang diasumsikan Luhmann. Bukan hanya
beberapa sistem tampaknya bisa menerjemahkan kode masing-masing pihak, tetapi
terkadang mereka menggabungkan sistem lain dengan elemen mereka sendiri. Yang
paling jelas adalah cara di mana sistem sosial menggabungkan sistem psikis.
Makna dari komunikasi di dalam sistem sosial tidak sepenuhnya ditentukan oleh
sistem itu sendiri. Sistem psikis (individual) memprotes dan membatasi makna
yang ditetapkan untuk komunikasi tertentu. Luhmann benar ketika mengatakan
bahwa makna komunikasi bukan sekadar maksud dari individu, tetapi maksud itu
jelas mempunyai, meski kompleks, efek terhadap makna sosial. Sistem sosial
sekadar tertutup terhadap sistem psikis. Demikian pula, adalah mungkin bahwa
sistem yang tampaknya otonom seperti sistem politik dapat direduksi statusnya
menjadi subsistem dari sistem lain seperti sistem ekonomi. Dalam kasus itu,
kode sistem politik mungkin sekadar variasi kode sistem ekonomi. Terakhir, teori sistem
Luhmann mengasumsikan variasi pandangan terhadap masyarakat yang semuanya valid
tanpa kemungkinan memberi priority pada satu pandangan. (Ini menyerupai
pandangan yang dianut oleh teoritisi sosial post-modern Lyotard [1984]). Meski
demikian, Luhmann mengklaim bahwa kita mampu untuk mengembangkan pengetahuan
yang pasti tentang masyarakat yang mengamati semantik dari deksripsi diri
masyarakat. Pandangan ini inkonsisten karena tidak mungkin mengklaim keduanya
sekaligus.
Meski
ada kelemahan, teori sistem Luhmann telah muncul sebagai salah satu teori
sosial terkemuka saat kita masuk ke abad 21, dan ia telah menandai kebangkitan
kembali minat terhadap teori sistem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar