Setiap bidang ilmu
mempunyai penganutnya, demikian pula dengan teori sistem. Teori sistem
mempunyai sejarah yang bervariasi dalam sosiologi (Baecker, 2001). Akibatnya,
jika bukan karena karya pemikir sosial Jerman Nilas Luhmann, teori sistem tidak
akan berada di artikel ini. Selama lebih dari dua dekade sampai ia meninggal
pada 1998, Luhmann dengan tekun mengembangkan teori sistem-sistem (dia lebih
senang menyebutnya sebagai “teori sistem”). Meskipun tidak terlalu terkenal dan
berpengaruh, Kenneth Bailey [1990,1994,1997] juga pantas dicatat sebagai
kontributor perkembangan teori ini.) Selama bertahun-tahun Luhmann bekerja
dalam bidang yang tak dikenal, tetapi belakangan ini karyanya mulai mendapat
pengakuan luas. Karena itu, bagian ini sebagian besar dicurahkan untuk membahas
pemikirannya. Akan tetapi, sebelum kita masuk ke dalam karyanya, kita akan
mendiskusikan beberapa pandangan dan ide konseptual awal dari karya Walter
Buckley (1967), khususnya dalam Sociology and Modern Svstems Theory.
Hal-hal yang Dapat
Diperoleh dari Teori Sistem
Isu utama yang dibahas
oleh Buckley adalah apa yang didapatkan sosiologi dari teori sistem. Pertama,
karena teori sistem diturunkan dari ilmu pasti (hard sciences) dan karena teori
ini, setidaknya di mata pendukungnya, dapat diaplikasikan ke semua ilmu sosial
dan behavioral, maka ia mengandung harapan bisa menyatukan ilmu-ilmu itu.
Kedua, teori sistem mengandung banyak tingtkatan dan dapat juga diaplikasikan
pada aspek dunia sosial berskala terbesar dan terkecil, ke aspek yang paling
subjektif dan objektif. Ketiga, teori sistem tertarik dengan keragaman hubungan
dari berbagai aspek dunia sosial dan karena beroperasi terhadap berbagai
analisis dunia sosial. Argumen dari teori sistem adalah bahwa hubungan dari
bagian-bagian tidak dapat diperlakukan di luar konteks keseluruhan. Teoritisi
sistem menolak ide bahwa masyarakat atau komponen masyarakat berskala luas
lainnya harus diperlakukan sebagai fakta sosial yang menyatu. Sebaliknya,
fokusnya adalah pada hubungan dari proses-proses pada tingkat yang bervariasi
di dalam sistem sosial. Buckley mendeskripsikan fokus tersebut : Jenis sistem
yang kami minati bisa dideskripsikan secara umum sebagai susunan elemen-elemen
atau komponen-komponen yang secara langsung atau tak langsung berkaitan di
dalam jaringan kausal sedemikian rupa sehingga masing-masing komponen dikaitkan
dengan setidaknya beberapa komponen lain dalam cara yang kurang lebih stabil di
dalam periode waktu (Buckley, 1967:41).
Richard A. Ball memberikan
konsepsi yang jelas terhadap orientasi relasional dari teori sistem, atau yang
dia namakan Teori Sistem Umum (TSU) : TSU dimulai dengan konsepsi prosesual
tentang realitas yang secara fundamental terdiri dari hubungan di antara
hubungan-hubungan, seperti diilustrasikan dalam konsep “gravitasi” yang dipakai
dalam fisika modern. Istilah “gravitasi tidak mendeskripsikan suatu entitas.
Tidak ada “sesuatu” seperti gravitasi. Ia adalah seperangkat hubungan.
Menganggap hubungan-hubungan sebagai entitas-entitas akan jatuh ke dalam reifikasi
pendekatan TSU meminta agar para sosiolog mengembangkan logika hubungan dan
mengonseptualisasikan realitas sosial dari segi relasional (Ball, 1978:66).
Keempat, pendekatan sistem
cenderung menganggap melihat semua aspek sistem sosiokultural dari segi proses,
khususnya sebagai jaringan informasi komunikasi. Kelima, dan mungkin yang
terpenting, teori sistem secara inheren bersifat integratif. Buckley, dalam
definisinya tentang perspektif, memandang perspektif melibatkan integrasi
struktur objektif berskala besar, sistem simbol aksi dan interaksi, serta
“kesadaran dan kesadaran diri”. Ball juga menerima ide integrasi level :
“individu dan masyarakat diperlakukan secara ekual, bukan sebagai entitas
terpisah, tetapi sebagai bidang yang saling konstitutif (constitutive), melalui
berbagai proses ‘umpan balik’ (feed back)” (1978:68). Dalam kenyataannya, teori
sistem sangat akrab dengan integrasi sehingga Buckley mengkrtik tendensi para
sosiolog lainnya yang membuat perbedaan analisis antarlevel : kami melihat kecenderungan
dalam kebanyakan sosiologi untuk menekankan pada apa yang dinamakan “perbedaan
analitis” (analytic distinction) antara personalitas” (yang dianggap
intracranial), sistem simbol (kultur), dan matriks sosial (sistem sosial),
meski karya aktual dari proponen pembedaan analisa itu tampak menyesatkan dan
atau sering kali tak bisa bertahan dalam praktik (Buckley, 1967:101).
Buckley agaknya kurang
adil di sini, karena dia juga melakukan hal yang sama di dalam karyanya.
Membuat perbedaan analitis tampaknya dapat diterima para teoritisi sistem
sepanjang orang membuat perbedaan itu untuk memahami kesalinghubungan di antara
berbagai aspek kehidupan sosial secara lebih baik). Terakhirr, teori sistem
cenderung melihat dunia sosial dari sudut dinamis, dengan perhatian yang
berlebihan pada “kemunculan sosiokultural dan dinamika secara umum” (Buckley,
1967:39).
Beberapa Prinsip Umum
Buckley mendiskusikan
hubungan antarsistem sosiokultural, sistem mekanis, dan sistem organis. Buckley
memfokuskan pada penjelasan perbedaan esensial antara sistem-sistem tersebut.
Pada sejumlah dimensi ada suatu kontinum mulai dari sistem mekanis ke sistem
organis ke sistem sosiokultural yang bergerak dari bagian yang kompleksitasnya
kecil sampai yang paling besar, dan dari tingkatan terendah sampai tertinggi
yang mana bagian-bagiannya dapat dinisbahkan pada sistem secara keseluruhan.
Pada dimensi lain, sistem
lebih berbeda secara kualitatif ketimbang kuantitatif. Dalam sistem mekanis,
kesalinghubungan dari bagian-bagian tersebut didasarkan pada transfer energi.
Dalam sistem organik, kesalinghubungan dari bagian-bagian tersebut lebih
didasarkan pada pertukaran informasi ketimbang pertukaran energi. Dalam sistem
sosiokultural, kesalinghubungan itu bahkan lebih banvak didasarkan pada pertukaran
informasi.
Tiga tipe sistem itu juga
berbeda dalam derajat keterbukaan dan ketertutupannya yakni, dalam derajat
pertukaran (interchange) dengan aspek dari lingkungan yang lebih besar. Sistem
yang lebih terbuka lebih mampu merespon secara selektif terhadap lingkungan
yang lebih luas dan bervariasi.
Dari sisi ini, sistem
mekanis cenderung tertutup, sistem organik cenderung terbuka, dan sistem
sosiokultural adalah yang paling terbuka (seperti yang kita lihat, Luhmann
tidak sepakat dengan poin terakhir ini). Derajat keterbukaan dari suatu sistem
akan terkait dengan dua konsep krusial dalam teori sistim; entropi atau
tendensi sistem untuk surut (run down), dan negentropi atau kecenderungan
sistem untuk mengembangkan (elaborate) sistem (Bailey, 1990). Sistem tertutup
cenderung bersifat entropik, sedangkan sistem terbuka cenderung bersifat
negentropik. Sistem sosiokultural juga cenderung mempunyai lebih banyak
ketegangan ketimbang kedua sistem lainnya. Terakhir, sistem sosiokultural dapat
bersifat purposif dan mengejar tujuan karena sistem itu menerima umpan balik
(feed back) dari lingkungan yang membuat mereka bisa terus bergerak mengejar
tujuannya.
Umpan balik adalah aspek
esensial dari pendekatan sibernetik (cybernatic) yang diambil oleh para
teoritisi sistem untuk membahas sistem sosial. Ini bertentangan dengan
pendekatan keseimbangan (equilibrium), yang menjadi ciri banyak sosiolog
(misalnya, Parsons) yang beroperasi dari suatu pendekatan sistem. Dengan
menggunakan umpan balik para teoritisi sistem sibernetik mampu memenangani
friksi, pertumbuhan, evolusi dan perubahan mendadak. Keterbukaan, dari suatu
sistem sosial pada lingkungan dan dampak faktor lingkungan terhadap sistem
adalah perhatian penting bagi para teoritisi sistem ini (Bailey, 2001).
Variasi dari proses
internal juga memengaruhi sistem sosial. Dua konsep lainnya juga penting sekali
dalam hal ini. Morphostasis merujuk pada proses-proses yang membantu sistem
berubah dan mempertahankan diri, sedangkan morphogenesis merujuk pada
proses-proses yang membantu sistem berubah dan tumbuh berkembang. Sistem sosial
mengembangkan “sistem perantara” yang semakin kompleks yang mengintervensi di
antara kekuatan eksternal dan, tindakan sistem tersebut. Beberapa sistem
perantara ini tumbuh semakin independen, otonom, dan menentukan aksi dari
sistem. Dengan kata lain, sistem perantara ini membuat sistem sosial bisa
semakin kurang bergantung kepada lingkungan.
Sistem perantara yang
kompleks ini melakukan beragam fungsi dalam sistem sosial. Misalnya,
sistem-sistem perantara tersebut membuat sistem bisa menyesuaikan diri secara
temporer dengan kondisi eksternal. Sistem-sistem perantara itu dapat
mengarahkan sistem dari lingkungan yang keras ke lingkungan yang lebih
menyenangkan. Sistem-sistem perantara itu juga dapat membuat sistem-sistem bisa
mereorganisasi bagian-bagiannya untuk menghadapi lingkungan secara lebih
efektif.
Aplikasi untuk Dunia
Sosial
Buckley (1967) berpindah
dari diskusi prinsip umum ke aspek khusus dari dunia sosial untuk menunjukkan
aplikasi teori sistem. Dia mulai pada tingkat individual, di mana dia sangat
terkesan dengan karya Mead, di mana kesadaran dan tindakan saling berkaitan.
Dalam kenyataannya, Buckley menyusun ulang problematik Meadian dari sudut
pandang teori sistem. Tindakan (action) dimulai dengan sinyal dari lingkungan,
yang ditransmisikan ke aktor. Akan tetapi, transisi mungkin diperumit oleh
kekacauan (noise) dalam lingkungan. Saat ia bergerak, sinyal memberi informasi
kepada aktor. Berdasarkan informasi ini, aktor bisa memilih respon. Kuncinya di
sini adalah mekanisme mediasi yang dimiliki aktor yakni kesadaran diri
(self-consciousness). Buckley mendiskusikan kesadaraan diri dalam terminologi
teori sistem:
Dalam bahasa sibernetika
(cybernetics), kesadaran diri adalah mekanisme umpan balik internal milik
sistem itu sendiri yang bisa dipetakan atau dibandingkan dengan informasi lain
dari situasi dan dari memori, mengizinkan seleksi dari perulangan (repertoire)
tindakan yang dilakukan berdasarkan tujuan dengan mempertimbangkan diri dan perilaku
diri sendiri secara implisit (Buckley, 1967:100).
Menurut Mead dan
interaksionis simbolik serta teoritisi sistem, kesadaran tak terpisah dari
tindakan dan interaksi, tetapi merupakan bagian integral dari keduanya.
Meskipun Buckley memandang
bahwa kesadaran dan interaksi saling berkaitan dan bahwa levelnya tidak boleh
dipisahkan, dia tetap bergerak dari domain kesadaran ke domain interaksional.
Pola interaksi yakni imitasi dan respon jelas sesuai dengan pandangan sistemik
tentang dunia. Yang lebih penting, Buckley mengaitkan dunia interpersonal
secara langsung dengan sistem personalitas; dia memandang keduanya saling
menentukan satu sama lain, Terakhirr, Buckley beralih ke organisasi masyarakat
berskala besar, khususnya peran dan institusi, yang dia lihat dari sudut
sistemik dan berhubungan dengan level realitas sosial lainnya.
Buckley menarik kesimpulan
dengan mendiskusikan beberapa prinsip umum dari teori sistem sebagaimana
diaplikasikan pada domain sosiokultural. Pertama, teoritisi sistem menerima ide
bahwa ketegangan adalah normal, senantiasa hadir, dan merupakan realitas yang
diperlukan sistem sosial. Kedua, ada fokus pada sifat dan sumber dari variasi
dalam sistem sosial. Penekanan pada ketegangan dan variasi membuat perspektif
sistem menjadi dinamis. Ketiga, ada perhatian pada proses seleksi di tingkat
individual maupun interpersonal di mana beragam alternatif yang terbuka untuk
sistem akan disortir dan disaring.
Ini memperbesar
dinamismenya. Keempat, level interpersonal dipandang sebagai basis pengembangan
dari struktur yang lebih besar. Proses transaksional dari pertukaran,
negosiasi, dan tawar-menawar (bargaining) adalah proses-proses yang memunculkan
struktur sosial dan kultural yang relatif stabil. Terakhir, kendati
ada dinamisme di dalam pendekatan sistem, ada pengakuan terhadap proses pengekalan (perpetuation) dan transmisi. Seperti dikatakan oleh Buckley, “dari transaksi yang terus-menerus muncullah penyesuaian dan akomodasi yang relatif stabil” (1967:160).
ada dinamisme di dalam pendekatan sistem, ada pengakuan terhadap proses pengekalan (perpetuation) dan transmisi. Seperti dikatakan oleh Buckley, “dari transaksi yang terus-menerus muncullah penyesuaian dan akomodasi yang relatif stabil” (1967:160).
Ada
catatan menarik : ada sejumlah kesamaan yang agak mencolok antara teori sistem
dan pendekatan dialektika, meski mereka diturunkan dari sumber yang sangat
berbeda (yang satu ilmiah, yang satunya lagi filosofis) dan mempunyai
perbendaharaan yang sangat berbeda (Ball, 1978). Kesamaan-kesamaan antara
keduanya itu adalah fokusnya pada relasi, proses, kreativitas, dan ketegangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar