Masyarakat
Informasi adalah sebuah konsep luas yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an
untuk merujuk pada berbagai perubahan sosial dan ekonomi yang terkait dengan
meningkatnya dampak dan peran teknologi informasi. Konsep ini menonjolkan peran
yang dimainkan oleh teknologi informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
mulai dari tempat kerja, perjalanan dan sarana hiburan yang tersedia.
Masyarakat
Informasi oleh banyak negara maju (sejak tahun 1970-an) juga diartikan sebagai
suatu bentuk kehidupan yang akan dituju dan diraih (bukan terjadi dengan
sendirinya). Di Jepang, negara-negara Eropa dan Amerika misalnya, masyarakat
informasi dipromosikan sebagai suatu visi abad 21 yang oleh para pembuat
kebijakan digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan sektor informasi pada
perekonomian tingkat lokal, regional dan nasional. Pada tahun 1990-an, Amerika
Serikat dan negara-negara maju lainnya mulai meluncurkan program pengembangan
infrastruktur informasi modern atau apa yang disebut sebagai "information
super highway" yang sebenarnya dilandasi pada visi tersebut.
PERKEMBANGAN KONSEP MASYARAKAT INFORMASI
MASYARAKAT PASCA INDUSTRI : DANIEL BELL
Konsep
Masyarakat Informasi sebenarnya dikembangkan oleh sosiolog Amerika Daniel Bell
(1974), yang berfokus pada prediksinya akan adanya "Masyarakat Pasca
Industri". Bell, ketika itu melihat informasi sebagai input teknologi
informasi merupakan kekuatan utama pada masa seusai Perang Dunia Kedua,
sedangkan bahan-bahan mentah (sumber daya alam) merupakan kekuatan utama bagi
masyarakat agraris, mesin/teknologi menjadi energi dalam masyarakat industri
(yang merupakan bentuk-bentuk masyarakat sebelum masyarakat industri).
Bell
mengidentifikai berbagai kecenderungan yang meninjol dalam masyarakat pasca
industri, dengan fokus Amerika Serikat sebagai contoh kasusnya. Kecenderungan
utama yang mengiringi proses terbentuknya masyarakat pasca industri meliputi
pesatnya berbagai jenis lapangan kerja yang berhubungan dengan informasi,
meningkatnya bisnis dan industri dengan produksi, transmisi dan analisis
informasi, serta meningkatnya sentralitas peran para teknolog, yaitu para
manajer dan profesional terdidik yang memiliki keahlian khusus dalam mengolah
dan memanfaatkan informasi untuk keperluan pembuatan keputusan.
Kecenderungan
terpenting adalah bergesernya sebagian besar angkatan kerja dari sektor
pertanian (sektor primer) dan manufaktur (sektor sekunder) ke sektor-sektor
jasa (sektor tersier). Pengembangan lapangan kerja informasi, khususnya yang
bersifat kerah putih ikut menopang pesatnya pertumbuhan sektor-sektor jasa
tersebut. Pekerjaan informasi itu sendiri sangat beragam, mulai dari
pemrograman dan pembuatan perangkat lunak komputer hingga ke pengajaran dan
penelitian berbagai hal yang berkaitan. Industri-industri informasi seperti
penyedia jaringan data, dan jasa-jasa komunikasi termasuk di dalamnya dan semua
itu membuat pekerjaan informasi sebagai pilar perekonomian, di mana sebelumnya
sektor pertanian dan manufaktur yang semula dominan. Dalam hal ini, bergesernya
jenis-jenis pekerjaan dalam masyarakat informasi ini tidak harus diartikan
bahwa sektor primer dan sekunder telah merosot terutama bagi erekonomian
nasional dan perekonomian global. Yang perlu dicermati adalah telah terjadi
berkurangnya kebutuhan ketenaga kerjaan bagi sektor-sektor tersebut, karena
sebagian aspeknya telah ditopang oleh berbagai teknik manajemen komputasi dan
telekomunikasi dalam meredesain setiap prosedur pelaksanaan pekerjaan dalam
sektor-sektor tadi.
Kecenderungan
yang kedua yang mengiringi munculnya masyarakat pasca industri adalah
meningkatnya arti penting pengetahuan termasuk pengetahuan teoritis dan
metodologis serta kodifikasinya yang menjelma dalam manajemen
institusi-institusi sosial dan ekonomi. Dalam masyarakat pasca industri yang
terpenting adalah penyusunan prediksi, perencanaan dan pengelolaan organisasi.
Lebih jauh menurut Bell, kompleksitas dan besarnya skala sistem-sistem sosial
dan ekonomi menuntut adanya perencanaan dan peramalan sistematik yang lebih
baik yang tidak bisa lagi diperoleh dari survei dan eksperimen biasa.
Kecenderungan
yang ketiga adalah bergesernya kekuasaan, di mana kalangan profesional dan
kelas manajerial (para pekerja pengetahuan) kian dominan. Mereka adalah
individu-individu yang memahami bagaimana bekerja dengan pengetahuan,
sistem-sistem informasi, simulasi dan berbagai teknik analitis yang terkait.
Posisi mereka akan semakin vital dalam proses pembuatan keputusan.
NETWORK SOCIETY (MASYARAKAT JARINGAN) : MANUEL
CASTELLS
Salah satu
kontribusi terbaru untuk teori sosial modern adalah sebuah trilogi yang ditulis
oleh Manuel Castells (1996, 1997, 1998) dengan judul Information Age:
Economy, Society and Culture, Castell mengutarakan pandangannya tentang
kemunculan masyarakat, kultur dan ekonomi yang baru dari sudut pandang revolusi
teknologi informasi (televisi, komputer dsbnya).
Revolusi
yang dimulai di Amerika pada tahun 1970an ini mengakibatkan restrukturisasi
fundamental terhadap sistem kapitalis yang memunculkan apa yang disebut oleh
Castells sebagai “kapitalisme informasional”. Yang memunculkan istilah
"Masyarakat Informasi". Munculnya kapitalisme informasional dan
masyarakat informasi ini didasarkan pada "informasionalisme" (sumber
utama produksi terletak pada kapasitas dalam penggunaan dan pengoptimalan
faktor produksi berdasarkan informasi dan pengetahuan).
Kemunculan 2
fenomena tersebut didasarkan pada “informasionalisme” yaitu sebuah mode
perkembangan di mana sumber utama produktivitas terletak pada optimalisasi
kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi berbasis pengetahuan dan informasi.
Dalam
analisisnya, Castell memberikan pemikirannya tentang paradigma teknologi
informasi dengan 5 karakteristik dasar :
1) Teknologi
informasi bereaksi terhadap informasi.
2)
Karena informasi adalah bagian dari aktivitas manusia,
maka teknologi ini mempunyai efek pervasif.
3)
Semua sistem yang menggunakan teknologi informasi
didefinisikan oleh “logika jaringan”.
4)
Teknologi baru sangatlah fleksibel, bisa beradaptasi.
5) Teknologi
informasi sangatlah spesifik, dengan adanya informasi maka bisa terpadu dengan
suatu sistem yang terintegrasi.
Pada tahun
1980-an muncul ekonomi informasional global baru yang semakin menguntungkan dan
ekonomi ini bersifat informasional karena produktivitas dan daya saing dari
unit-unit dan agen-agen dalam ekonomi ini secara mendasar tergantung pada
kapasitas mereka untuk menghasilkan, memproses dan mengaplikasikan pengetahuan
dan informasi secara efisien.
Ekonomi ini
bersifat menglobal karena mempunyai kapasitas untuk bekerja sebagai unit
secara real time pada skala dunia (planetary). Dan
semua ini terjadi karena adanya teknologi komunikasi dan informasi.
Fungsi-fungsi
dan proses dominan pada jaman informasi semakin terorganisir dalam
"jaringan" yang didefinisikan sebagai serangkaian "simpul yang
terkait satu sama lain". jaringan tersebut bersifat terbuka, mampu
melakukan ekspansi tanpa batas, dinamis dan mampu berinovasi tanpa
merusak sistem. Dengan "jaringan" ini, telah memungkinkan kapitalisme
dapat mengglobal dan terorganisir berdasarkan aliran keuangan global.
Mengiringi
bangkitnya ekonomi informasional global ini muncullah bentuk organisasional
baru yaitu perusahaan jaringan (network enterprise). Yang dimaksud
perusahaan jaringan adalah bentuk spesifik perusahaan yang sistem sarananya
dibangun dari titik temu sejumlah segmen sistem tujuan otonom. Perusahaan
jaringan ini adalah perwujudan dari kultur ekonomi informasional global yang
memungkinkan transformasi tanda-tanda ke komoditas.
Berseiring
dengan tumbuhnya masyarakat informasional, muncul pula perkembangan kebudayaan
virtual riil, yaitu satu sistem di mana realitas itu sendiri sepenuhnya
tercakup dan sepenuhnya masuk ke dalam setting citra maya, di dunia fantasi,
yang di dalamnya tampilan tidak hanya ada di tempat dikomunikasikannya
pengalaman. Dunia memasuki era masa tanpa waktu, di mana masyarakat menjadi
didominasi oleh proses daripada lokasi fisik. Dalam kaitan ini, kita memasuki
era "masa tanpa waktu" yang di dalamnya (sebagai contoh, informasi
segera tersedia di manapun di muka bumi ini)
MASYARAKAT INFORMASI DALAM KONSTELASI PERKEMBANGAN
TEORI SOSIAL
Munculnya
gagasan tentang Masyarakat Informasi (oleh Castells disebut sebagai Network
Society atau Masyarakat jaringan) dalam peta perkembangan Teori Sosial terletak
pada peralihan dari Teori Sosial Modern ke Teori PostModern, yang disebut
dengan Teori Modernitas Kontemporer.
Sebelum
munculnya gagasan tentang Masyarakat Informasi, terbangun teori-teori
Modernitas Kontemporer lainnya: Modernitas dari Anthony Giddens, Ulrich Beck,
George Ritzer, Zygmunt Bauman, Jurgen Habermas, yang semuanya diantaranya
terkait dengan ide tentang Globalisasi.
Giddens melihat modernitas sebagai Juggernaut yang
menawarkan sejumlah keuntungan namun juga sejumlah bahaya. Beck menawarkan
bahaya-bahaya dalam masayarakat modern yaitu berupa Masyarakat Risiko. Ritzer
melihat rasionalitas sebagai ciri utama masyarakat kontemporer dengan konsep
McDonalisasi. Bauman menaawarkan konsep Holocaust yang
mengindikasikan irasionalitas. Habermas memusatkan perhatiannya pada
rasionalitas sistem dan keterbelakangan rasionalitas dunia kehidupan. Castells
dengan karyanya yang membahas tentang pertumbuhan informasionalisme dan
masyarakat jaringan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar