Dalam hubungan
antara kerja dengan sifat dasar manusia terdapat hubungan inheren, akan tetapi
hubugan tersebut dapat diselewengkan oleh kapitalisme, yang kemudian di kenal
dengan aliensi. Marx menganalisis bentuk yang aneh bahwa hubungan kita dengan
kerja kita berada di bawah kapitalisme. Kita tidak lagi melihat kerja kita
sebagai sebuah ekspresi dan tujuan kita. Tidak ada obyektivasi. Malah, kita
bekerja berdasarkan tujuan kapitalis yang menggaji dan mengubah kita. Di dalam
kapitalisme, kerja tidak lagi menjadi tujuan pada dirinya sendiri (sebagai
ungkapan dari kemampuan dan potensi kemanusiaan ) melainkan tereduksi menjadi
sarana untuk mencapai tujuan, yaiu memperoleh uang. Marx menggunakan konsep
aliensi untuk menyatakan pengaruh produksi kapitalis terhadap manusia dan
masyarakat. Hal terpenting yang perlu di catat adalah sistem dua kelas di mana
kapitalis menggunakan dan memperlakukan para pekerja sebagaimana produk produk
akhir dan para pekerja dipaksa menjual waktu kerja mereka kepada kpitalis agar
mereka bisa bertahan.
Aliensi
terdiri dari empat unsur dasar. Pertama, para pekerja di dalam masyarakat
kapitalis teraliensasi dari aktivitas produktif mereka. Kaum pekerja tidak
memproduksi obyek berdasarkan ide mereka sendiri, melainkan bekerja kepada
kapitalis untuk menyambung hidup mereka dengan menerima imbalan. Kedua, pekerja
tidak hanya teraliensasi dari aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan
aktivitas aktivitas tersebut ( produk). Produk kerja mereka tidak menjadi milik
mereka, melainkan menjadi milik para kapitalis. Ketiga, para pekerja di dalam
kapitalisme teralienasi dari semua pekerja. Asumsi marx adalah bahwa manusia
pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja secara kooperatif untuk
mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus bertahan. Namun, di
dalam kapitalisme kooperasi ini dikacaukan, dan manusia dipaksa untuk bekerja
untuk kapitalis dan tidak saling kenal walaupun mereka bekerja berdampingan.
Terakhir, para pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi
kemanusiaan mereka sendiri. Kerja tidak lagi menjadi transformasi dan
pemenuhan sifat dasar manusia, akan tetapi membuat kita merasa kurang menjadi
manusia dan kurang menjadi diri kita sendiri.
Pemikiran Karl Marx dapt dikatakan telah bergeser dari
politik ke bidang ekonomi, menurutnya keterasingan yang dialami manusia
merupakan hasil pekerjaan kapitalis. Secara samar Karl Marx memiliki keyakinan
moral, dia memiliki pandangan tentang hakikat manusia dan bagaimana seharusnya
manusia diperlakukan. Menurutnya pekerjaan adalah tindakan manusia yang paling
dasar yang membuat manusia menjadi nyata sebagai makhluk sosial yang
menunjukkan hakikatnya yang bebas dan universal namun juga menjadi penyebab
utama keterasingan manusia. Bekerja merupakan tindakan manusia mengambil bentuk
alami dan menambahkan bentuk yang dinginkan. Namun yang terjadi adalah manusia
bekerja semata-mata karena terpaksa sehingga menyebabkannya terasing. Karl Marx
membagi manusia ke dalam dua kelompok, kaum proletar (buruh) dan kaum borjuis
(pemilik modal) yang semuanya memiliki kepentingan-kepentingan sendiri. Kaum
proletar bekerja untuk mendapatkan upah, sedangkan para borjuis menekan para
buruh untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Karl Marx kaum proletar memiliki
tiga dimensi keterasingan, yang pertama adalah terasing dari dirinya sendiri,
yang kedua adalah terasing dari produknya, dan yang ketiga adalah terasing
karena memperalat dirinya sendiri untuk mencari nafkah. Dan menurut Karl Marx
jika seseorang sudah terasing dari hakikatnya maka dia akan terasing dari
sesama manusia lainnya, karena setiap orang memiliki kepentingan yang berbeda,
dan semua itu saling berkontradiksi. Sudah jelas bahwa buruh dan pemilik modal
saling bertentangan, dan menurutnya di antara sesama buruhpun terjadi pertentangan
dalam merebut tempat bekerja sedangkan di antara pemilik modal terjadi
pertentangan memperebutkan pasar.
Namun baginya hubungan manusia yang
tidak terasing hanya ada pada hubungan antara pria dan wanita yang saling
mencinta, hal tersebut dapat dilihat dari sifat Karl Marx yang digambarkan
sangat mencintai keluarganya. Bagi Karl Marx pada hakikatnya keterasingan dalam
pekerjaan disebabkan oleh sistem hak milik pribadi antara yang menguasai alat
kerja dan yang menguasai tenaga kerja semua itu terwujud oleh sistem pembagian
kerja dalam masyarakat. Dan bagi Karl Marx ini hanyalah tahap kedua bagi
perkembangan manusia, yang pada tahap pertama adalah manusia purba tanpa
pembagian kerja sedangkan di tahap ketiga adalah tahap kebebasan apabila sistem
hak milik pribadi telah dhapuskan.
Sehingga di bab enam Karl Marx menjelaskan
tentang teori kelas dimana yang disebabkan oleh sistem pembagian kerja. Di
dalam masyarakat terdapat kelas yang menguasai dan kelas yang dikuasai. Namun
Karl Marx lebih mengkritik keadaan pada masyarakat kapitalis, yang menurutnya
terdapat tiga kelas yaitu, kaum buruh (yang hidup dari upah), kaum pemilik
modal (hidup dari laba), dan para tuan tanah yang kemudian menjadi pemilik
modal. Pemilik modal dan buruh sebenarnya saling membutuhkan namun saling
bertentangan karena keduanya memiliki ketergantungan yang tidak seimbang.
Menurut Karl Marx buruh adalah kaum yang lemah sedangkan pemilik modal adalah
kelompok yang kuat. Buruh bisa hidup hanya jika memiliki pekerjaan yang
dberikan oleh pemilik modal, sedangkan pemilik modal hidup dari hasil kerja
buruh, sehingga bagi Karl Marx hal ini merupakan sistem kerja eksploitasi,
pemilik modal dianggap sebagai penindas dan kaum buruh dianggap sebagai kaum
tertindas. Dalam pandangan Karl Marx hubungan kerja dalam sistem kapitalis
tidak stabil, karena pemilik modal yang menguasai ekonomi mereka dapat
memenangkan kepentingan mereka atas kepentingan buruh, tetapi apabila kekuatan
kelas atas berkurang dan buruh mampu memenangkan kepentingan mereka maka akan
terjadi revolusi dan hak milik dihapuskan. Menurut Karl Marx perubahan hanya
bisa dilakukan dengan revolusi.
Hal ini dapat dibagi ke dalam tiga unsur yaitu,
pertama segi struktural lebih besar perannya dibandingkan kesadaran dan
moralitas, kedua kepentingan yang berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda
terhadap perubahan, dan ketiga bagi Karl Marx kemajuan dalam susunan masyarakat
hanya dapat dilakukan dengan jalan kekerasan, yaitu revolusi. Selanjutnya Karl
Marx mengkritik negara dan agama yang baginya tidak memihak pada kaum buruh.
Negara menurut Karl Marx merupakan alat bagi pemilik modal yang merupakan
penguasa dan pengendali ekonomi untuk melegalkan hubungan kerja yang tidak adil
dan tidak stabil sehingga kaum pemilik modal diuntungkan, perwujudannya berupa
ideologi-ideologi. Ideologi kapitalis yang membuka kesempatan yang sama bagi
siapapun untuk berusaha maju dan mendapatkan prestasi telah mengabaikan
kenyataan bahwa semua manusia tidak memiliki kekuatan yang sama termasuk dalam
aspek ekonomi, sehingga pamilik modal yang diilustrasikan sebagai kaum yang
kuat akan selalu menang dan menindas kaum buruh yang lemah. Sedangkan agama
hanyalah candu manusia, agama mengajarkan manusia yang “sabar” dan sanggup
memikul “salibnya” (keadaan saat itu dimana gereja sangat berpengaruh) telah
mengakibatkan manusia menjadi enggan untuk berjuang tetapi memilih untuk
menerima kenyataan hidupnya yang tertindas. Dan kritiknya terhadap sejarah yang
dianggapnya juga sebagai salah satu bentuk penipuan, diamana para raja dan
orang besar lainnya yang kisahnya ditulis dalam buku-buku sejarah, secara
terselubung semua itu juga ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan kelompok
tertentu.
Dalam hal ini mereka yang memiliki
modal, dan pengaruh yang kuat.
Karl Marx mengklaim bahwa sosialismenya adalah
sosialisme ilmiah karena sosialismenya berdasarkan pengetahuan tentang hukum
objektif perkembangan masyarakat, pengetahuan itulah yang disebut pandangan
materialis sejarah. Asusmsi dasar pandangan materialis sejarah adalah ”bukan
kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, namun keadaan sosial
merekalah yang menentukan kesadaran mereka”. Bagi Karl Marx keadaan manusia
adalah tentang cara manusia menghasilkan sesuatu untuk hidup, oleh karena itu
untuk memahami sejarah dan arah perkembangannya kita tidak perlu memperhatikan
apa yang dipikirkan oleh manusia tetapi bagaimana manusia bekerja, bagaimana ia
berproduksi. Singkatnya sejarah manusia ditentukan oleh syarat-syarat produksi
material, yang menentukan sejarah adalah materialisme.
Pertentangan kelas sosial merupakan
jawaban ata segalanya, kesadaran dan cita-cita manusia ditentukan oleh
kedudukannya dalam kelas sosial.
Karl Marx membagi lingkup kehidupan manusia
dalam dua bagian besar yaitu dasar nyata atau basis dan bangunan atas. Basis
adalah bidang produksi kehidupan material dan bangunan atas adalah proses
kehidupan sosial, politik dan spiritual, namun kehidupan bangunan atas
ditentukan oleh kehidupan dalam basis. Basis ditentukan oleh dua faktor yaitu,
tenaga-tenaga produktif (alat-alat kerja, manusia dengan kecakapannya, dan
pengalaman dalam produksi/teknologi), dan hubungan-hubungan produksi (pembagian
kerja antara manusia yang terlibat dalam proses produksi). Sedangkan Bangunan
atas terdiri dari tatanan institusional (lembaga yang mengatur sistem pasar,
pendidikan, kesehatan, hukum dan negara), dan tatanan kolektif (sistem
kepercayaan, norma, dan nilai-nilai termasuk pandangan dunia, agama, filsafat,
moralitas, budaya, seni dan sebagainya).
Bertolak dari dua hal tersebut maka Karl Marx
berpandangan bahwa perubahan masyarakat terjadi akibat adanya dinamika dalam
basis bukan dalam bangunan atas. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa akibat
ketidakseimbangan dalam sistem produksi dimana kaum buruh yang tertindas
(akibat penindasan membuat orang menjadi progresif dan menginginkan perubahan)
apabila mereka semakin kuat maka akan terjadi perubahan berupa revolusi. Karena
pertentangan dalam masyarakat akibat adanya sistem hak milik maka Karl Marx
berpendapat bahwa bangunan atas bisa berubahapabila struktur hak milik berubah.
Perubahan sosial menurutnya
haruslah bersifat revolusioner bukan perubahan secara perlahan-lahan karena
jika secara perlahan, kita tahu bahwa pemilik modal tidak menginginkan
perubahan, mereka akan berusaha untuk menghentikan perubahan agar mereka selalu
bisa menjadi pengendali atas buruh yang berujung pada dominasi ekonomi oleh
kelompok pemilik modal. Pada akhirnya, dari semua hasil pemikiran Karl
Marx muncul berbagai pertanyaan dari penulis sendiri, apakah ketika hak milik
dihapuskan dan semua manusia sama secara ekonomi?. Bukankah pasti ada manusia
yang memiliki kelebihan dalam hal ini, karena semua manusia memiliki kemampuan
yang berbeda-beda sejak dilahirkan?, jika hak milik dihapuskan dan tidak ada
yang menguasai dan yang dikuasai bukankah akan menimbulkan kekacauan? Karena
manusia yang ada adalah manusia yang telah terbentuk pola pikirnya oleh sistem
yang sebelumnya ada yaitu sistem kapitalis (karena yang ditentang oleh Karl
Marx adalah kapitalis), kecuali manusia dilahirkan kembali, itupun susah karena
jika ditilik dari sejarah agama dari awal manusia diciptakan
keinginan-keinginan manusia akan rasa memiliki sesuatu telah muncul, hal inilah
yang menjadi bukti bahwa sekarang ini di seluruh dunia telah mengalami kegagaglan
dari teori dan pemikiran Karl Marx, kecuali dihilangkan rasa iri, dengki, dan
sebagainya. Saat manusia berusaha untuk bertahan hidup di situlah sebagian
besar pemikiran Karl Marx dianggap gagal, binatang saja yang tidak memiliki
akal budi bisa saling bunuh hanya untuk mendapatkan makanan. Namun seperti yang
saya katakan bahwa tidak sepenuhnya pemikiran Karl Marx tidak bermanfaat bagi
manusia, Karl Marx telah menyadarkan kita bahwa sistem kapitalis telah membawa
kita pada ketidakadilan dalam segala aspek kehidupan, namun pada hakikatnya
dari semua yang dihasilkan oleh manusia termasuk pemikiran manusia tidak ada
yang sempurna.
Analisis marx
tentang alienasi merupakan respons terhadap perubahan ekonomi, sosial, dan
politis yang dia lihat disekelilingnya. Marx tidak ingin memahami alienasi
sebagai sebuah filosofis, melainkan marx ingin memahami perubahan semacam apa yangdibutuhkan
untuk membuat suatu masyarakat bisa mengekspresikan potensi kemanusiaannya
secara memadai. Mrx mengembangkan suatu pengertian penting: sistem ekonomi
kapitalis adalah sebab utama alienasi. Kapitalisme adalah sistem ekonomi di
mana sejumlah besar pekerja, hanya memiliki sedikit hak milik, memproduksi
komoditas komoditas demi keuntungan sejuklah kecil kapitalis yang memiliki hak
berikut: komoditas komoditas, alat produksi, dan bahkan waktu kerja para
pekerja karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji. Namun salah
satu pengertian sentral Marx adalah bahwa kapitalisme lebih dari sekedar sistem
ekonomi, melainkan sebuah sistem kekuaksaan. Rahasia kapitalisme adalah bahwa
kekuatan kekuatan politis telah diubah menjadi relasi relasi ekonomi. Para
kapitalis bisa memaksa para pekerja dengan kewenangan mereka untuk memecat dan
menutup pabrik pabrik. Karena hal inilah para kapitalis bebas untuk menggunakan
paksaan yang kasar. Maka kapitalisme tidak hanya menjadi sekedar sistem
ekonomi, di samping itu, kapitalisme juga merupakan sistem politis, suatu cara
menjalankan kekuasaan, dan suatu proses eksploitasi atas para pekerja. Selain
itu, marx memiliki tujuan untuk memperjelas aspek sosial dan politis dari
ekonomi dengan memperlihatkan” hukum gerak ekonomi masyrakat modern “ serta
memperlihatkan kontradiksi kontradikasi internal yang dia perkirakan akan
mengubah kapitalisme.
Komoditas
Pandangan marx
tentng komoditas berakar dari orientasi materialisnya, dengan fokus pada aktivitas
aktivitas produktif para aktor. Sebagaimana yang telah kita lihat di awal,
pandangan marx bahwa di dalam interaksi interaksi mereka dengan alam dan para
actor lain, orang orang memproduksi obyek obyek yang mereka butuhkan untuk
bertahan hidup. Obyek-obyek ini di produksi untuk digunakan oleh dirinya
sendiri atau orang lain di dalam lingkingan terdekat. Inilah yang disebut marx
sebagai nilai guna komoditas,
namun proses ini di dalam kapitalisme merupakan bentuk baru sekaligus
berbahaya. Para actor bukannya memproduksi memproduksi untuk dirinya atau
asosiasi langsung mereka, melainkan untuk orang lain (kapitalis). Produk-produk
memiliki nilai tukar, artnya bukan digunakan langsung, tapi dipertukaran di
pasar demi uang atau demi obyek obyek lain. Nilai guna dihubungkan dengan
relasi kuat antara kebutuhan kebutuhan manusia dan obyek obyek actual yang bisa
memenuhi kebutuhan kebutuhan tersebut.
Fetisisme komoditas komoditas
Komoditas
menjadi suatu realitas eksternal yang marx menyebut ini sebagai fetisisme
komoditas. Marx tidak memaksudkan bahwa komoditas komoditas berada pada makna
makna seksual, karena dia menulis sebelum freud memberiakn nuansa pengertian
seksual pada fetish. Akan tetapi amrx
merujuk pada cara cara di mana penganut agama tertentu, seperti kaum zuni,
memahat patung yang kemudian menyembahnya. Inilah yang dimaksud marx dengan
fetish, sesuatu yang kita buat untuk diri kita sendiri, akan tetapi sekarang
kita sembah, yang seolah dia dewa. Di dalam kapitalisme, produk produk yang
kita buat, dan eonomi yang terbentuk dari pertukaran pertukaran yang kita
lakukan, semuannya terlihat memiliki kehidupan sendiri. Mereka teriash dari
kebutuhan maupun keputusan manusia. Menurut marx ekonomi dapat berfungsi jika
dijlankan oleh produksi nilai. Bagi marx, nilai sebenarnya dari sesuatu muncul
karena ada kerja untuk membuatnya dan ada orang yang membutuhkannya. Nilai
tersebut mempresentasikan relasi relasi sosial manusia, akan tetapi di dalam
kapitalisme mrx menyatakan bahwa, “suatu relasi sosial yang jelas
antarmanusia…, di mata mereka, terlihat seolah olah menjadi relasi antarbenda”.
Karena menyandarkan realitas pada komoditas dan pasar, individu dalam
kapitalisme lambat laun kehilangan control atas keduanya.
Oleh karena
itu suatu komoditas adalah sesuatu yang misterius, karena di dalamnya karakter
sosial dari kerja seseorang akan dia lihat sebagai karakter obyektif yang tecap
pada produk kerja tersebut: karena relasi para produser dengan seluruh kerja
mereka dihadirkan kepada mereka sebaga sebuah relasi sosial, relasi yang tidak
eksis diantara mereka, melainkan di antara produk produk kerja mereka itu
sendiri.
Fetisisme
komoditas memberi ekonomi suatu realitas obyektif independen yang berada di
luar actor dan paksaan terhadapnya. Dilihat dari sudut ini, fetisisme komoditas
kemudian di terjemahkan menjadi konsep reifikasi. Konsep reifikasi
mengimplikasikan bahwa orang percaya kalau struktur struktur sosial berada di
luar control mereka dan tidak bisa mereka ibah. Reifikasi muncul ktika
kepercayaan ini telah menjadi ramaalan yang membenarkan dirinya sendiri. Ketika
orang mereifikasi komoditas komoditas lainnya, mereka juga bisa mereifikasi
struktur strukutr religious, politik, organisasi. Kapitalisme terbentuk dari
tipe tipe relasi sosial partilular yang cenderung mengambil bentuk bentuk yang
terlihat, dan pada akhirnya, independen dari orang orang.
Kapital, kapitalis, dan proletariat
Marx menemukan
inti masyarakat kapitalis di dalam komoditas, dua tipe yang menjadi perhatian
marx yaitu proletar dan boruis ( kapitalis). Proletar adalah para pekerja yang
menjual kerja mereka dan tidak memiliki alat alat produksi sendiri. Walaupun
mereka tidak memiliki sarana dan pabrik sendiri, marx percaya bahwa proletariat
bahkan akan kehilangan keterampilan mereka seiring dengan meningkatnya mesin mesin
yang menggantikan keterampilan mereka. Kerena proletar hanya memiliki sarana
untuk memproduksi kebutuhan kebutuhan mereka sendiri, maka mereka harus
menggunakan upah yang mereka peroleh untuk membeli apa yang mereka butuhkan (
yang mereka buat). Maka dapat disimpulkan bahwa proletariat sepenuhnya
bergantung pada upahnya untuk bertahan hidup.
Orang yang
member upah adalah kapitalis. Jelas, kapitalis adalah orang orang yang memiliki
alat alat produksi. Bagaimanapun, sebelum kita mengerti apa itu kapitalis, maka
kita harus mengerti dahulu apa itu capital. Capital adalah uang yang
menghasilkan lebih banyak uang. Dengan kata lain, capital lebih merupakan uang
yang diinvestasiakn ketimbang uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan manusia. Dalam hal ini munculah kemudian teori sirkulasi
komoditas.
Marx membagi
teori tersebut menjadi dua yaitu cirri sirkulasi yang pertama adalah ciri
capital : sedangkan cirri yang kedua yaitu bukan ciri capital dalam sirkulasi
komoditas non kapitalis, sirkuit C1- M –C2 yang menonjol. Sebagai contoh
misalnya nelayan yang menjual tangkapannya (C1) dan kemudian menggunakan uang
(M) untuk membeli roti (C2). Dengan kata lain, tujuan utama pertukaran di dalam
sirkulasi nonkapitalis adalah komoditas yang bisa kita gunakan dan nikmati.
Sedangkan sirkulasi komoditas kapitalis (M1- C- M2) memiliki tujuan untuk
mendapat keuntungan, bukan untuk digunakan. Misalnya seorang pemilik took akan
membeli (M1) ikan (C) untuk menjualnya kembali demi lebih banyak uang (M2).
Jadi dapat disimpulkan bahwa, capital adalah uang yang menghasilkan lebih
banyak uang, namun marx mengungkapkan kepada kita bahwa capital bukan hanya
itu: capital juga merupakan seluruh relasi sosial tertentu. Dengan kata lain,
uang hanya akan menjadi capital karena ada relasi sosial antara proletar yang
bekerja dan harus membeli produk dengan orang yang menginvestasikan uangnya (
kapitalis). Sistem kapitalis adalah struktur sosial yang muncul dari dasar
hubungan eksploratif tersebut. Para kapitalis adalah orang orang yang hidup
dari keuntungan capital mereka, dan kita bisa melihat bahwa mereka adalah
pewaris eksploitasi proletariat.
Eksploitasi
Bagi marx,
eksploitasi dan dominasi lebih dari sekedar distribusi kesejahteraan dan
kekuasaan yang tidak seimbang. Eksploitasi merupakan suatu bagian penting dari
ekonomi kapitalis. Tentu saja, semua masyarakat memiliki sejarah eksploitasi,
tetapi yang unik dalam kapitalisme adalah bahwa eksploitsi dilakukan oleh sistem
ekonomi yang impersonal dan obyektif.
Hal ini
kemudian kurang menjadi persoalan kekuasaan dan lebih menjadi persoalan grafik
dan gambar gambar para ekonom. Kemudian, paksaan jarang dianggap sebagai
kekerasan, malah menjadi kebutuhan pekerja itu sendiri, yang sekarang bisa
terpenuhi hanya melalui upah, marx menggambarkan kebebasan upah kerja ini : Untuk
mengubah uangnya menjadi kapital… pemilik uang harus bertemu di pasar dengan
buruh buruh yang bebas, bebas dalam dua pengertian, di satu sisi sebagai
seseorang yang bebas dia bisa mengatur tenaganya sebagai komoditasnya sendiri,
dan di sisi lain sebagai seseorang yang tidak memiliki komoditas lain untuk
dijual, dia kekurangan segala sesuatu yang penting untuk merealisasikan
tenaganya.
Konflik dan teori kelas sosial
Marx sering
menggunakan istialh kelas di dalam tulisan tuisannya, tetapi dia tidak pernah
mendefinisikan seara sistematis apa yang dimaksud dengan istilah ini.
Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau
stratifikasi) antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya.
Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak semua
masyarakat memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan
karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas
atau golongan dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional
pemburu-pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan seringkali tidak memiliki
pemimpin tetap pula. Oleh karena itu masyarakat seperti ini menghindari
stratifikasi sosial.. Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya
mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.
Pada
masyarakat Romawi,tepatnya Ketika para penguasa Romawi pertama kali
memperkenalkan istilah kelas (classis) untuk membagi penduduk ke dalam
kelompok-kelompok pembayaran pajak, mereka tidak membayangkan akibat lanjut
dari kategorisasi demikian. Kategori yang mereka buat setidaknya mengandung
perbedaan penilaian terhadap penduduk. Di satu pihak adalahassidui, yakni orang yang
termasuk ke dalam 100.000 penduduk yang mereka hormati; di lain pihak adalah proletarii,
yakni orang yang memeiliki kekayaan yang terdiri dari sejumlah anak cucu
(proles) dan yang menang atas lumpenproletariat, hanya
karena dihitung menurut jumlah kepala (capita censi) mereka belaka. Seperti
istilah golongan pendapatan orang Amerika, walau semula tak lebih dari sekedar
kategori statistik, namun menyentuh sebagian besar persoalan peka mengenai
ketimpangan sosial; begitu pula kelas-kelas Romawi kuno, membagi-bagi penduduk
lebih dari sekedar unit-unit statistika belaka. Jika anak-anak muda itu
mengatakan sebuah film itu hebat, itu berarti termasuk film kelas utama atau
kelas tinggi. Begitu pula jika dikatakan: orang Romawi adalah classis atau
classicus, itu berarti bahwa ia termasuk ke dalam kelas utama atau kelas
tinggi, kecuali jika secara explisit ia dinyatakan sebagai orang dari kelas ke
lima atau proletar.
Dalam makna
istilah kelas dapat ditemukan di semua bahasa-bahasa Eropa di penghujung abad
ke-18. di abad ke-19, konsep kelas secara bertahap memperoleh corak yang makin
pasti. Adam Smith telah berbicara mengenai “si miskin” atau “kelas pekerja”. Di
dalam karya Ricardo dan Ure, Saint Simon dan Fourier, dan tentu saja di dalam
karya Marx dan Engels, “kelas kapitalis” muncul di sepanjang “kelas pekerja”,
“kelas si kaya” di samping “kelas si miskin”, “kelas borjuis” disamping “kelas
proleratiat” (yang telah menyertai semua konsep kelas yang yang semula berasal
dari Romawi). Sejak konsep kelas khusus in diterapkan petama kali di abad
ke-19, sejarah konsep ini telah menjadi sangat pentingnya dalam masyarakat yang
dibentuknya.
Pada umumnya,
marx menggunakan istilah kelas untuk menyatakan sekelompok orang yang berada di
dalam situasi yang sama dalam hubungannya dengan kontrol mereka terhadapa alat
alat produksi. Namun, pada hal ini belumlah merupakan deskripsi yang sempurna
dari istilah kelas sebagaimana yang digunakan marx. Kelas bagi marx, selalu
didefinisiakn berdasarkan potensinya terhadap konflik. Individu individu
membentuk kelas sepanjang mereka berada di dalam suatu konflik biasa dengan
individu individu lain tentang nilai surplus. Karena kelas didefinisikan
sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik, maka konsep ini berbeda
beda, baik secara teoristis maupun historis. Bagi marx, sebuah kelas benar
benar eksis hanya ketika orang menyadari kalau dia sedang berkonflik dengan
kelas kelas lain. Tanpa kesadaran ini mereka hanya akan membentuk apa yang
disebut marx dengan suatu kelas di dalam dirinya. Ketika mereka menyadari
konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya. Dalam kapitalisme,
marx menganalisis dua macam kelas, yaitu kelas borjuis dan kelas proletar.
Kelas borjuis
merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka
memiliki alat alat produksi dan mempekerjakan pekerja upahan. Konflik antara
kelas borjuis dan kelas proletar adalah contoh lain dari kontradiksi material
yang sebenarnya. Kontradiksi ini berkembang sampai menjadi kontradiksi antara
kerja dan kapitalisme. Tidak satupun dari kontradiksi kontradiksi ini yang bisa
diselesaikan kecuali dengan mengubah struktur kapitalis. Bahkan sampai
perubahan tersebut tercapai, kontradiksi makin memburuk. Masyarakat akan
semakin berisi pertentangan dua kelas besar yang berlawanan. Karena kapitalis
telah mengganti para pekerja dengan mesin mesin yang menjalankan serangkaian
operasi yang sederhana, maka mekanisasi menjadi semakin mudah. Sebagaimana
berjalannya mekanisasi, maka akan banyak orang yang kemudian keluar dari
pekerjaan dan berpindah dari proletariat ke “tentara cadangan” industri. Marx
pun berpendapat suatu situasi di mana masyarakat akan terdiri dari minoritas
kalangan kapitalis eksploitatif dan kelas proletariat serta “tentara cadangan”
industri yang sangat besar. Dengan hal ini, kapitalisme menciptakan massa yang
akan membawanya kepada keruntuhan. Hubungan pabrik pabrik dan pasar pasar
menganjurkan para pekerja untuk menyadari lebih dari sekedar kepentingan lokal
mereka sendiri, yang kemudian akan membawa pada revolusi. Revolusi tersebut
jelas dicegah oleh kapitalis itu sendiri, namun menurut pandangan marx, usaha
usaha seperti itu pasti akan gagal, karena kapitalis dan para pekerja sama sama
dikontrol oleh aturan ekonomi kapitalis. Di samping itu, kapitalis sendiri
berada di bawah tekanan untuk selalu berkompetisi satu sama lain.
Mau tidak mau
para kapitalis harus tetap menggerkakan pabriknya dengan memberi upah rendah
pada para pekerja, karena jika tidak maka dia tidak akan mampu untu bersaing
dengan kapitalis lainnya yang melakukan hal serupa. Logika sistem kapitalis ini
memaksa kapitalis menghasilkan lebih banyak proletariat yang tereksploitasi dan
orang orang inilah yang akan mengakhiri kapitalisme dengan teori mereka. “oleh
karena itu, kaum birjuis sedang menggali kuburan mereka sendiri” (Marx dan
Engels, 1848/1948).
Pada akhirnya,
kontradiksi kapitalisme memnyebabkan beberapa krisis yang dialami oleh individu
maupun masyarakat, misalnya pada sisi individu, marx berpendapat bahwa alienasi
sebagai penyebab timbulnya rasa tidak berarti yang dirasakan oleh banyak orang
di dalam kehidupannya. Pada level ekonomi, marx memprediksikan suatu ledakan
dan deperesi yang disebabkan oleh produksi yang berlebihan oleh kapitalis. Pada
level politis, marx memprediksikan adanya peningkatan ketidakmampuan masyarakat
untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan persoalan sosial. Dan bahkan
kita dapat melihat pertumbuhan suatu wlayah yang hanya bertujuan untuk
melindungi milik pribadi kapitalis dan suatu intervensi yang kadang kadang
brutal ketika kekerasan ekonomi oleh kapitalis mengalami kegagalan.
Pandangan materialis sejarah adalah teori Karl Marx
tentang hukum perkembangan masyarakat. Inti pandangan ini ialah bahwa
perkembangan masyarakat ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah
basis, sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya, institusi-institusi
sosial, terutama negara, dan bentuk-bentuk kesadaran sosial merupakan bangunan
atas. Oleh karena faktor penentu adalah basis, maka harus memperhatikan dahulu
bidang ekonomi. Ciri yang menurut Marx paling menentukan bagi semua bentuk
ekonomi sampai sekarang adalah pemisahan antara para pemilik dan pekerja.
Masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu sama lain
berdasarkan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses produksi yaitu
kelas-kelas pemilik dan kelas-kelas pekerja. Disini kelas pemilik begitu
berkuasa. Misalnya para pemilik tanah mengontrol para buruh tani. Itu berarti
bahwa para pemilik dapat menghisap tenaga kerja para pekerja. Kelas-kelas
pemilik merupakan kelas-kelas atas dan kelas-kelas pekerja merupakan
kelas-kelas bawah dalam masyarakat. Jadi menurut Marx ciri khas semua pola
masyarakat sampai sekarang ialah, bahwa masyarakat dibagi ke dalam kelas-kelas
atas dan bawah. Struktur ekonomi tersusun sedemikian rupa hingga yang pertama
(pemilik) dapat hidup dari penghisapan tenaga kerja yang kedua (pekerja).
Bangunan atas mencerminkan keadaan itu. Negara adalah
alat kelas-kelas atas untuk menjamin kedudukan mereka sedangkan “bangunan atas
idealis” istilah Marxis bagi agama, filsafat, pandangan-pandangan moral, hukum,
estetis dan lain sebagainya berfungsi untuk memberikan legitimasi pada hubungan
kekuasaan itu. Jadi Marx menolak paham bahwa negara mewakili kepentingan
seluruh masyarakat. Negara dikuasai oleh dan berpihak pada kelas-kelas atas, meskipun
kadang-kadang juga menguntungkan kelas-kelas bawah. Walaupun negara mengatakan
ia adalah milik semua golongan dan bahwa kebijaksanaannya demi kepentingan
seluruh masyarakat namun sebenarnya negara melindungi kepentingan kelas atas
ekonomis. Maka negara menurut Marx termasuk lawan kelas-kelas bawah. Negara
bukan milik dan bukan kepentingan mereka. Dari negara mereka tidak dapat
mengharapkan sesuatu yang baik. Seperti halnya negara, begitu pula agama,
filsafat, pandangan tentang norma-norma moral dan hukum dan sebagainya menurut
Marx tidak mempunyai kebenaran pada dirinya sendiri, melainkan hanya berfungsi
untuk melegitimasikan kepentingan kedudukan kelas atas.
Seperti halnya negara, begitu pula agama, filsafat,
pandangan tentang norma-norma moral, serta hukum dan sebagainya menurut Marx
tidak mempunyai kebenaran pada dirinya sendiri, melainkan hanya berfungsi untuk
melegitimasikan kepentingan kedudukan kelas atas. Cara suatu masyarakat
berfikir, apa yang dianggapnya sebagai baik, bernilai, dan masuk akal, menurut
Marx ditentukan oleh kelas-kelas yang menguasai masyarakat. “Bangunan atas
ideologis” itu menciptakan kesan bahwa kesediaan masing-masing kelas untuk
menerima kedudukannya dalam masyarakat adalah sesuatu yang baik dan rasional.
Jadi fungsinya ialah membuat kelas-kelas bawah bersedia untuk menerima
kedudukan mereka sebagai kelas-kelas bawah.
Materialisme Historis atau sejarah materialisme (istilah
yang tidak digunakan Marx) sangat berguna untuk memberinya nama pada
asumsi-asumsi dasar mengenai teorinya, dan memberinya suatu pemahaman yang
tepat. Dari The Coomunist Manifesto dan Das Kapital, secara tradisional sudah
diasumsikan bahwa tekanan utama Marx adalah pada kebutuhan materil dan
perjuangan kelas sebagai akibat dari usaha-usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan
ini. Dalam pandangan ini, ide-ide dan kesadaran manusia tidak lain daripada
refleksi yang salah tentang kondisi-kondisi materil. Tambahan pula, perhatian
dipusatkan pada usaha Marx untuk meningkatkan suatu revolusi sosialis sehingga
kaum proletariat dapat menikmati sebagian besar kelimpahan materil yang
dihasilkan oleh indurteialisme. Asumsi-asumsi tradisional ini sedikit
menyimpang (bias), dimana Marx sangat menekankan pentingnya kondisi-kondisi
materil yang bertentangan dengan idealisme Hegel, tetapi dia tidak menyangkal
kenyataan kesadaran subyektif atau peranan penting yang mungkin ikut menentukan
dalam perubahan sosial.
Kelemahan-kelemahan Filsafat Abstrak Tradisional
Tekanan materialisme Marx harus dimengerti sebagai
reaksi terhadap interpretasi idealistik Hegel mengenai sejarah. Filsafat
sejarah ini menganggap bahwa suatu peranan yang paling menentukan adalah yang
berasal dari evolusi progresif ide-ide. Marx menolak filsafat sejarah Hegel,
dimana teori idealistik Hegel mengabaikan kenyataan yang jelas bahwa ide-ide
tidak ada yang secara terlepas dari orang-orang yang benar hidup dalam
lingkungan materil dan sosial yang sungguh-sungguh riil.
Konsepsi materialis Marx yang diterapkan pada
perubahan sejarah untuk pertama kalinya dijelaskan dalam The German
Ideology yang disusun bersama Engels. Tema pokok dalam karya ini
adalah bahwa perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk kesadaran,
ideologi-ideologi, atau asumsi-asumsi filosofis mencerminkan, bukan meyebabkan
perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial dan materil manusia. Kondisi-kondisi
materil manusia bergantung pada sumber-sumber alam yang ada dan kegiatan
manusia yang produktif. Manusia tidak seperti binatang, dimana kebutuhan
manusia itu tak pernah terpuaskan. Manusia juga tidak menyesuaikan dirinya
dengan alam atau mengolah lingkungan materilnya sebagai manusia yang terisolasi
sebaliknya mereka masuk dalam hubungan-hubungan sosial dengan orang lain dalam
usaha mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
Dalam kehidupan masyarakat yang terus berlangsung,
kondisi-kondisi materil dan hubungan-hubungan sosial yang menyertainya ada
terlebih dahulu dari individu dan independen dari setiap kemauan individu atau
kemauan maksud-maksud yang sadar. Seperti yang berulang-ulang kali ditekankan
Marx, bahwa kesadaran tidak terpisah dari pengalaman aktual orang dalam dunia
riil ini dan tak satupun dari berbagai aspek kebudayaan ini yang terlepas dari
dasarnya dalam dunia materil. Namun demikian, dunia kesadaran subyektif dan
ide-ide budaya tidak hanya suatu cerminan lingkungan materil dan sosial.
Penjelasan Materialistik tentang Perubahan Sejarah
Diterapkan pada pola-pola perubahan sejarah yang luas,
penekanan materialistis ini berpusat pada perubahan-perubahan cara atau
teknik-teknik produksi materil sebagai sumber utama perubahan sosial dan
budaya. Hal ini akan mencakup perkembangan teknologi baru, penemuan
sumber-sumber baru, atau perkembangan beru lain apapun dalam bidang kegiatan
produksi.
Dalam The German Ideology, Marx dan Engels
menelusuri perubahan-perubahan utama kondisi-kondisi material dan cara-cara
produksi di satu pihak dan hubungan-hubungan sosial serta norma-norma pemilikan
di lain pihak, mulai komunitas suku bangsa primitif sampai ke kapitalisme
modern. Maksud dari The German Ideology adalah untuk
menunjukkan bahwa manusia menciptakan sejarahnya sendiri selama mereka berjuang
menghadapi lingkungan metirilnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial
yang terbatas dalam proses ini. Tetapi kemampuan manusia untuk membuat
sejarahnya sendiri dibatasi oleh keadaan lingkungan materil dan sosial yang
sudah ada itu.
Pandangan sejarah Marx merupakan pandangan sejarah
yang dinamis dan oleh karena itu dia percaya bahwa kekuatan-kekuatan produksi
akan berubah menjadi lebih baik dalm menyediakan kebutuhan-kebutuhan material.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar