Simmel memusatkan perhatiannya pada bentuk interaksi
sosial dan tidak terlalu memerhatikan masalah individu. Simmel berpikiran bahwa
setiap orang harus memiliki kesadaran kreatif. Baginya basis kehidupan
sosial adalah individu dan kelompok yang sadar dan berinteraksi satu sama lain
untuk berbagai tujuan, motif dan kepentingan. Kesadaran memiliki peran lain dalam karya Simmel.
Sebagai contoh, meskipun Simmel percaya bahwa struktur sosial dan budaya
memiliki hidupnya sendiri. Ia sadar setiap orang harus mengkonsepkan atau
merefleksikan struktur-struktur tersebut agar bisa memiliki pengaruh pada
dirinya.
Adanya kesadaran individu yang
dikemukakan oleh Georg Simmel menjadi sumber awal Simmel dalam mengkaji lebih
jauh tentang interaksi sosial, ia telah melakukan teoretisasi masalah
modernitas dengan penekanan pada perkembangan pesat dari ilmu, teknologi,
pengetahuan obyektif, berikut diferensiasinya di satu sisi dan erosi budaya
subyektif di sisi lain. Konflik dan krisis kebudayaan modern dilukiskan Simmel
dalam bentuk pemiskinan-subyektivitas yang disebutnya endemi atrophy
(terhentinya pertumbuhan budaya subyektif) karena hypertrophy (penyuburan
budaya obyektif). Simmel berusaha menjelaskan adanya ketimpangan budaya
individu atas manusia sebagai subjeknya dibandingkan dengan perkembangan media
atau sarana kehidupan yang mengurangi peran aktif manusia dalam berkarya.
Sehubungan dengan fenomena endemi antrophy interaksi menjadi salah satu pokok
pemikiran dalam teori Simmel.
Masyarakat kemudian dapat
didefinisikan sebagai sejumlah individu yang dihubungkan dengan interaksi.
Interaksi ini dapat menjadi mengkristal sebagai bidang permanen. Hubungan ini,
atau bentuk sociation, sangat penting karena mereka menunjukkan bahwa
masyarakat bukan merupakan substansi, tetapi sebuah peristiwa, dan karena
bentuk-bentuk sociation mengatasi individu atau dualisme sosial (individu
terlibat dengan satu sama lain dan dengan demikian merupakan sosial). Sedangkan
interaksi sosial menurut Georg Simmel memiliki poin-poin tersendiri yang menurutnya
merupakan hal yang perlu untuk disertakan dalam teori-teorinya, Simmel
mengungkapkan bahwa interaksi :
1. Menurut bentuk, meliputi :
ü Subordinasi (ketaatan)
ü Superordinasi (dominasi)
ü Hubungan seksual
ü Konflik
ü Sosiabilita (interaksi yang terjadi
demi interaksi itu sendiri dan bukan untuk tujuan lain)
2. Menurut tipe, meliputi :
ü interaksi yang terjadi antar
individu-individu
ü interaksi yang terjadi antar
individu-kelompok
ü interaksi yang terjadi antar
kelompok-individu
Pada keadaan yang sama yaitu kehidupan
dengan interaksi dan komunikasi dapat menumbuhkan kemungkinan-kemungkinan
tertentu, dimana memiliki dampak positif dan negatif, ada pada suatu saat
seseorang merasakan kedekatan, kekompakan, dan kebersamaan baik secara pribadi
maupun kelompok. Adanya kontak merupakan faktor yang mendorong terjadinya
komunilkasi, kontak tersebut terdiri dari kontak secara langsung maupun secara
tidak langsung (melalui media), dan komunikasi itu sendiri adalah gambaran dari
adanya interaksi dalam hidupnya dengan orang lain. Simmel juga memusatkan
pemikirannya mengenai relasi, khususnya interaksi antar pemeran sadar dan
tujuannya adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang mungkin sepele namun
pada saat lain sangat penting. Menurut Simmel interaksi timbul karena
kepentingan-kepentingan dan dorongan tertentu (Soerjono Soekanto, 405:2003).
Salah satu bentuk interaksi yang dibicarakan Simmel adalah gaya (fashion). Gaya
adalah bentuk relasi sosial yang menginginkan orang menyesuaikan diri dengan
keinginan kelompok. Gaya bersifat dialektis yang berarti keberhasilan dan
persebaran gaya akan berujung pada kegagalan. Hal positif yang muncul dari
adanya interaksi bisa terjadi melalui terjalinnya solidaritas masyarakat, dan
hal negatif adalah berupa adanya konflik. Minat Simmel pada bentuk interaksi
menuai banyak kritikan. Ia dituduh memaksa suatu tatanan yang sebenarnya tidak
ada dan menghasilkan studi yang tidak saling terkait yang akhirnya sama sekali
tidak menerapkan tatanan yang lebih baik pada realitas sosial. Menurut
bentuknya terdapat konsep yang disebut dengan Subordinasi (ketaatan) dan
Superordinasi (dominasi), jika kita ulas lebih lanjut tentang kedua hal
tersebut ada beberapa kata kunci untuk memahaminya yaitu antara lain :
1. Dominasi merupakan suatu bentuk
interaksi. Bahkan dalam bentuk paling ekstrim subordinasi, ada beberapa
kebebasan pribadi.
2. Otoritas berwibawa menunjukkan
perilaku yang dapat menjadi tujuan atau supra-individu, serta fakta bahwa
kekuatan supra-individu mungkin rompi seseorang dengan penuh wibawa. Prestige adalah
individu dan tidak memiliki objektivitas supra-individual.
3. Para pemimpin dan yang dipimpin saling
terkait dalam sociation dengan cara timbal balik, mereka tidak mengecualikan
satu sama lain, sebaliknya, mereka menyiratkan satu sama lain.
4. Interaksi adalah penting bagi gagasan
hukum. Tidak akan ada timbal balik antara penguasa dan yang dikuasai ketika
penguasa dipilih berdasarkan kontrak bersama antara yang diperintah.Dalam kasus
ini tidak ada timbal balik.
Superordinasi dan subordinasi memiliki
hubungan timbal balik. Pemimpin tidak ingin sepenuhnya menginginkan dan
mengarahkan tindakan orang lain. Justru pemimpin member kesempatan kepada yang
tersubordinasi agar dapat berprilaku positif atau negatif. Superordinat sering memperhitungkan kebutuhan dan
keinginan subordinat dengan tujuan untuk mengontrolnya. Simmel menganggap subordinasi dibawah prinsip obyektif
sebagai sesuatu yang paling menyakitkan, mungkin karena hubungan antarmanusia
dan interaksi sosial tereliminasi.
Interaksi yang terjadi baik antar
individu maupun antar kelompok kadang menimbulkan konflik, dan konflik
merupakan pokok bahasan tersendiri yang diuraikan oleh Simmel,menurut Simmel
masalah mendasar dari setiap masyarakat adalah konflik antara kekuatan-kekuatan sosial
dan individu, karena, pertama, sosial melekat kepada setiap individu dan,
kedua, sosial dan unsur-unsur individu dapat berbenturan dalam individu,
meskipun pada sisi lain dari konflik merupakan sarana mengintegrasikan
individu-individu. Karena setiap individu meiliki kepentingan yang berbeda-beda
dan adanya benturan-benturan kepentingan tersebut mencerminkan dari sikap-sikap
individu tersebut dalam usahanya memenuhi kebutuhannya, dari sikap yang nampak
ini Simmel memiliki sebuah pemikiran yang menghasilkan konsep individualisme
ini (dari kepribadian yang berbeda) terwujud dalam prinsip-prinsip ekonomi,
masing-masing, persaingan bebas dan pembagian kerja.
Dalam
pembagian-pembagian kerja, individu terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil,
kelompok ini menurut Simmel memiliki analisa tersendiri dimana terdiri dari
satu, dua, dan tiga orang. Satu orang atau singkatnya individu berada dalam
posisi sendirian, tidak terjadi interaksi dan ia akan mendapat penolakan dari
masyarakat, maka itu Simmel menghadirkan konsep dyad dan triad dimana menurut
pandangan Simmel bahwa kebebasan tidak akan terjadi jika seseorang itu
sendirian, tetapi jika ia ada dalam kelompok. Simmel memiliki filosofi tentang
angka 2 dan 3, angka dua adalah bentuk yang paling sederhana sociation, antara
dua orang atas mana hal itu sepenuhnya tergantung, angka dua adalah
sepele dan intim, perkawinan terjadi antara dua orang dan setelah lahir anak
diantara mereka konsep dyad ini sepenuhnya berubah menjadi triad dan hadirnya
orang ketiga menjadi penghancur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar