Ketika
banyak sosiolog abad 19 mengembangkan teori mereka berlawanan dengan Marx,
terjadi upaya serentak sejumlah Marxis untuk menjernihkan dan as teori Marxian.
Antara 1875 dan 1925 terdapat sedikit tumpang tindih antara Marxisme dan
sosiologi (kecuali Weber). Kedua aliran pemikiran ini dan Weberian) berkembang
secara pararel dengan sedikit atau tak ada pertukaran pemikiran antara
keduanya.
Setelah
kematian Marx, teori Marxian mula-mula didominasi oleh orang yang melihat
adanya determinisme ekonomi dan ilmiah di dalam teorinya. Wallerstein
menyebutkan era ini sebagai era “Marxisme ortodoks” (1986:1301). Friedrich
Engels, kolaborator dan donator bagi Marx yang masih hidup setelah dapat
dilihat sebagai eksponen utama perspektif Marxisme ortodoks. Pada dasarnya
Marxisme ortodoks ini adalah teori ilmiah Marx yang telah membuka kedok hukum
ekonomi yang menguasai dunia kapitalis. Hukum itu menunjukkan keruntuhan sistem
kapitalis yang tak terelakkan. Pemikir Marxian awal seperti Karl Kautsky
berupaya mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai cara berperannya hukum
ekonomi itu. Ada beberapa masalah berkenaan dengan perspektif ini. Pertama,
perspektif ini mengesamping tindakan politik, padahal ini adalah salah satu
landasan teori Marx. Artinya, individu terutama buruh dipandang tak perlu
melakukan apa pun. Menurut pandangan ini, tanpa terelakkan sistem kapitalis
akan hancur. Pada tingkat teori, Marxisme deterministis ini mengesampingkan
hubungan dialektika antara individu dan struktur sosial yang lebih luas.
Masalah
ini menimbulkan reaksi di kalangan teoritisi Marxian dan mendorong perkembangan
Marxisme Hegelian di awal 1900-an. Marxis Hegelian menolak untuk menurunkan
Marxisme menjadi teori ilmiah yang mengabaikan pemikiran dan tindakan individu.
Mereka dinamakan Marxis Hegelian karena mereka mencoba menyatukan pemikiran
Hegel tentang kesadaran dengan determinisme ekonomi Marx yang memusatkan
perhatian pada struktur ekonomi masyarakat. Sederhananya, pemikiran Marxis
Hegelian ini menekankan pada pentingnya tindakan individu dalam melaksanakan
revolusi sosial.
Eksponen
utama pandangan ini adalah Georg Lukacs (Fisher, 1984). Menurut Martin Jay,
Lukacs adalah “bapak pendiri Marxisme Barat” dan bukunya yang berjudul Class
and Class Consciousness “secara umum diakui sebagai piagam Marxisme Hegelian”
(1984 :84). Lukacs telah mulai menggabungkan Marxisme dengan sosiologi sejak
awal 1900-an (khususnya menggabungkan teori Weberian dan Simmelian). Integrasi
ini dipercepat dengan perkembangan teori kritis di tahun 1920-an dan 1930-an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar