Alienasi dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai keterasingan.
Tokoh sosiologi yang mengetengahkan konsep ini adalah Karl Marx. Menurut Marx,
alienasi merupakan proses historis dimana manusia semakin terasing dari alam
dan produk dari aktivitas mereka sendiri yang kemudian oleh generasi
selanjutnya dipandang sebagai kekuatan yang lepas dan tertindas, yakni realitas
yang teralienasi. Padangan ini didasarkan pada dampak dari proses produksi
dalam industri kapitalis.
Pandangan kedua tentang alienasi
adalah sebuah gambaran tentang perasaan terasing dari masyarakat, kelompok,
kultur, atau diri sendiri yang umumnya dirasakan oleh orang yang tinggal di
masyarakat industrial yang kompleks, terutama kota besar.
Dalam konteks masyarakat Indonesia
proses alienasi sering terjadi pada masyarakat disekitar perusahaan. Bagaimana
proses alienasi tersebut dapat terjadi?.
Alienasi terjadi pada
proses rekrutmen tenaga kerja dimana perusahaan sering menggunakan tenaga kerja
terampil yang tidak dapat dipenuhi oleh komunitas dimana perusahaan itu berada.
Proses rekrutmen yang terus menerus menyebabkan jumlah pendatang lebih banyak
dibandingkan dengan komunitas asli. Dalam proses yang lebih lanjut, maka
komunitas asli akan teralienasi oleh para pendatang.
Kata
dialektika berasal dari bahasa Yunani “dialego” artinya pembalikan,
perbantahan. Dengan istilah dialektika, dia (Marx) mengacu pada kondisi-kondisi
fundamental eksistensi manusia. Di dalam pengertian lama dialektika bermakna
seni pencapaian kebenaran melalui cara pertentangan dalam perdebatan dari satu
pertentangan berikutnya.
Sedangkan
dialektika dalam terminologi adalah Pada mulanya menunjuk pada debat dengan
tujuan utama menolak argument lawan atau membawa lawan kepada
kontradiksi-kontradiksi, dilema atau paradoks. Dalam dialog-dialog Plato, ada
upaya untuk menggali hakikat halhal melalui proses pernyataan dan kontradiksi.
Karl Marx tidak
pernah menggunakan istilah materialisme historis atau materialisme dialektis;
dia memakai istilahnya sendiri, yakni metode dialektika yang berkebalikan
dengan metode dialektika milik Hegel dan metode dialektika dari dasar
materialistisnya. Dengan istilah metode dialektika, dia mengacu pada
kondisi-kondisi fundamental eksistensi manusia.
Ajaran
filsafat Marx disebut juga materialisme dialektik, dan disebut juga
materialisme historis. Disebut sebagai materialisme dialektika karena peristiwa
ekonomis yang didominir oleh keadaan ekonomis yang meteriil itu berjalan
melalui proses dialektika: teses, antitesis dan sisntesis.
Mula-mula
manusia hidup dalam keadaan komunistis asli tanpa pertentangan kelas, dimana
alat-alat produksi menjadi milik bersama (tesis). Kemudian timbul milik pribadi
yang menyebabkan adanya kelas pemilik (kaum Kapitalis) dan kelas tanpa milik
(kaum proletar yang selalu bertentangan), disebut antitesis. Jurang antara kaum
kaya (kapitalis) dan kaum miskin (proletar) semakin dalam. Maka timbullah
krisis yang hebat. Akhirnya kaum proletar bersatu mengadakan revolusi perebutan
kekuasaan. Maka timbullah diktaktur proletariat dan terwujudlah masyarakat
tanpa kelas dimana alat-alat produksi menjadi milik masyarakat atau Negara
(sintesis).
Dengan
demikian, pengertian dialektika menurut Karl Marx, suatu metode diskusi
tertentu dan satu cara tertentu dalam berdebat yang didalamnya ide-ide
kontradiktif dan pandangan-pandangan yang bertentangan dilontarkan.
Masing-masing pandangan itu berupaya menunjukan titik-titik kelemahan dan
kesalahan yang ada pada lawannya, berdasarkan pada pengetahuan-pengetahuan dan
proposisi-proposisi yang sudah diakui. Dengan demikian berkembanglah
pertentangan antara penafian dan penetapan dilapangan pembahasan dan
perdebatan, sampai berhenti pada kesimpulan yang di dalamnya salah satu
pandangan yang bertentangan itu dipertahankan, atau sampai munculnya cara
pandang baru yang merujukkan kelemahan masing-masingnya.
Marx menganut dialektika tersebut dan menempatkan
filsafat materialismenya dalam bentuk dialektika murni. Jadi, dialektika
modern, menurut klaim-klaim kaum dialektiawan, adalah hukum berfikir dan
sekaligus realitas. Karena itu, dialektika modern adalah metode berfikir dan
prinsip yang menjadi dasar eksistensi dan perkembangan realitas. Gerak pikiran
tidak lain hanyalah cermin gerak realitas yang dipindahkan dan
ditransformasikan di dalam benak manusia.
Metode Dialektis dalam filsafat, dialektika
mula-mula berarti metode tanya jaujab untuk mencapai kejernihan filsafat.
Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Pidato mengartikannya diskusi logika.
Kini dialekta berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metode-metode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide untuk
mencapai apa yang terkandung dalam dan metode peraturan, juga analisis
sistematika tentang ide mencapai apa yang terkandung dalam pandangannya.
Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti
kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan
bentuk pemikiran yang tidak terasa dan satu pikiran tetapi pemikiran itu
seperti dalam percakapan. bertekak paling kurang dua kutub. Hegel menggunakan
metode dialektis untuk menjelaskan filsafatnya, lebih luas dari itu. Menurut
Hegel dalam realitas ini berlangsung dialektika. Dan dialektika di sini berarti
hal-hal yang berlainan seperti : 1) Diktator. Di sini manusia diatur dengan
baik, tapi eka tidak punya kebebasan (tesis). 2) Keadaan di atas menamakan
lainnya yaitu negara anarki (anti tesis) dan negara-negara tanpa batas, tetapi
hidup dalam, kekacauan. 3) Tesis dan anti tesis ini disintesis yaitu, negara
demokrasi. Dalam bentuk ini kebebasan warga negara dibatasi oleh undang-undang
dan hidup masyarakat tidak kacau.
Perkembangan Ilmu Pada masa Modern dan Kontemporer
secara Epistemologis sebagai ciri yang patut mendapat perhatian dalam
epistemologis pembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru
mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan
Aristoteles.
Pada abad-abad berikutnya bahwa kemajuan yang dicapai
oleh pengetahuan manusia khususnya ilmu-ilmu alam, akan membawa perkembangan
manusia pada masa depan yang semakin gemilarg dan makmur sebagai akibatnya,
ilmu pengetahuan masa modern sangat mempengaruhi dan menrubah manusia dan
dunianya. Terjadilah Revolusi Industri I sekitar tahurn 1900 dengan pemakaian
mesin-mesin mekanis lalu Revolusi Industri II (mulai sekitar tahun 1900 dengan
pemakaian listrik dan titak awal pemakaian sinar-sinar, dan kemudian Revolusi
III yang ditandai dengan penggunaan kegiatan alam dengan penggunaan komputer
yang sedang kita saksikan dewasa ini.
Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang
ilmu pengetahuan mempiunyai peran pentang dalaram membentuk peradaban dan
kebudayaan manusia, dan dengan itu pula dampaknya, muncul semacam kecenderungan
yarng pada jantung setiap ilmu pengetahuan juga para ilmuwan untuk lebih
berinovasi untuk berikutnya.
Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk
selalu menerapkan apa yang difiasilkan oleh pengetahuan, baik dalam dunia
teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju
pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, dan membabi
buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya menjadi tidak manusiawi lagi,
bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan
menghasilkannya. Kedua kecenderungan ini secara nyata paling rnenampakkan din dan
paling mengancarn keamanan dan kehidupan manusia dalam bidang lomba
persenjataan, dalam memakai senjata menghabiskan banyak kenyamana bumi yang
tidak dapat diperbaharui kembali.
Pengetahuan dan teknologi modern sebab-sebab yang
menimbulkan krisis-krisis di atas ialah kesat dan pistemologi yang mendasari
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dalam hubungan ini banyak orang bahwa
telah mulai berbagi sebagai akibat kesalahan epistemologi Barat. Ini semua dari
insektisida sampai polusi, jarahan radioaktif dan kemungkinan mencairnya es di
antartika.
Metode ini amat dominan dalam epistemologi modern.
khususnya dalam metode keilmuan, ketiga objek yang dikaji adalah realitas,
empirs, inderawi, dan dapat dipikirkan dengan rasio. Dalam kaitan ini, Herman
Khan menyebutkan budaya yang dihasilkan dari epistemologi di atas adalah budaya
inderawi yaitu budaya yang bersifat empiris, duniawi, sekular, tentang tujuan
ilmu pengetahuan dalam ilmu pengetahuan Modern ialah bahwa ilmu pengetahuan
bertujuan menundukkan alam dipandan sebagai sesuatu untuk dimanfaatkan dan
dinikmati semaksimal mungkin. Dalam hubungan ini Nasr Mengemukakan bahwa akibat
yang akan terjadi dari pandangan alam diperlakukan oleh manusia modern seperti
mengambil manfaat dan kepuasan darinya tanpa rasa kecewa dan tanggung jawab apa
pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar