Peter M. Blau
lahir di Wina, Austria, 7 Februari 1918. ia bermigrasi ke AS tahun 1939 dan
menjadi warga AS tahun 1943. tahun 1942 ia menerima gelar BA dari Elmhrst
College di Elmhurst,Illionis. Pendidikannya terganggu karena perang dunia ke II
dan ia bergabung dengan AD dan menerima penghargaan the Browzer Star. Setelah
perang ia kembali ke sekolah dan menyeledaikan pendidikannya, menerima Ph.D.
dari universitas Columbia tahun 1952. Blau mendapatkan penghargaan luas pertama
dalam sosiologi karena sumbangannya dalam studi tentang organisasi formal.
Hasil studi empirisnya tentang organisasi dan buku ajar yang di tulisnya
tentang organisasi formal masih tetap di kutip secara luas dan ia terus
memberikan sumbangan yang berarti terhadap kajian tentang organisasi formal
ini. Ia pun menulis bersama Otis Dudley Ducan, the American Occupational
Structure yang memenangkan hadiah bergengsi Sorokin Award. Dari the American
Sociological Assosiations tahun 1968. buku itu merupakan konstribusi yang
sangat penting studi sosiologi tentang stratifikasi sosial. Meskipun ia
terkenal berbagai karya, yang menjadi sasaran perhatian kita di sini adalah
kontribusi Blau terhadap sosiologi. Yang menarik adalah ia telah memberikan
kontribusi penting terhadap dua orientasi teoritis yang berbeda.
Bukunya
Exchange and Power ini sicial live (1964) merupakan komponen utama teori
pertukaran masa kini. Kontribusi utama Blau tentang teori pertukaran pada
kelompok primer pada berskala kecil di cobadi terapkan pada kelompok besar,
meski mengandung beberapa kelemahan, karya itu merupakan upaya penting untuk
mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi berskala luas dan berskala
kecil. Blau pun berada di barisan terdepan pakar struktural. Selama masa
jabatannya selaku presiden The American Sociological Association (1973-1974).
Ia menjadi teori struktural ini sebagai tema pertemuan tahunan asosiasi
sosiologi itu. Sejak itu ia telah menerbitkan buku dan artikel yang di
rencanakan untuk menjelaskan dan mengembangkan teori struktural. Karya dibidang
ini adalah the Struktural Contexts of Opportunities(1994) dan crosscutting
Social Circles edisi ke dua (Blau dan Schwartz, 1997). Peter Blau meninggal
pada 12 Maret 2002.
Peter M. Blau
adalah tokoh dari Teori Pertukaran sosial. Namun, tidak seperti George C.
Homans yang membatasi analisisnya pada jenjang sosiologi mikro, Peter M. Blau
berupaya menjembatani pada jenjang sosiologi makro dan mikro dari jenjang
analisis sosiologi. Perlu diketahui bahwa baik C. Homans maupun Peter M. Blau
menilai analisisnya pada proses interaksi, namun Peter M. Blau melanjutkan
analisisnya dengan membahas struktur yang lebih besar. Dalam hal ini, Peter M.
Blau menunjukkan bahwa dalam proses pertukaran dasar menghadirkan fenomena yang
berupa struktur sosial yang lebih kompleks. Dalam teori pertukaran sosial
menekankan adanya suatu konsekuensi dalam pertukaran baik yang berupa ganjaran
materiil, misal yang berupa barang maupun spiritual yang berupa pujian.
Selanjutnya
untuk terjadinya pertukaran sosial harus ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Syarat itu adalah (1) suatu perilaku atau tindakan harus berorientasi pada
tujuan-tujuan yang hanya dapat tercapai lewat interaksi dengan orang lain; (2)
suatu perilaku atau tindakan harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi
pencapaian tujuan-tujuan yang dimaksud. Adapun tujuan yang dimaksud dapat
berupa ganjaran atau penghargaan intrinsik yakni berupa pujian, kasih sayang,
kehormatan dan lain-lainnya atau penghargaan ekstrinsik yaitu berupa
benda-benda tertentu, uang dan jasa.
Harapan-harapan
yang akan diperoleh dalam pertukaran sosial menurut Peter M. Blau, yaitu (a)
ganjaran atau penghargaan; (b) lahirnya diferensiasi kekuasaan; (c) kekuasaan
dalam kelompok; dan (d) keabsahan kekuasaan dalam kelompok.
Untuk jelasnya
dapat dikemukakan bahwa interaksi sosial dapat digolongkan dalam dua kategori,
yaitu didasarkan pada ganjaran atau penghargaan yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik. Peter M. Blau berpendapat bahwa (1) individu-individu dalam
kelompok-kelompok yang sederhana (mikro) satu sama lain dalam pertukaran sosial
mempunyai keinginan untuk memperoleh ganjaran ataupun penghargaan; dan (2)
tidak semua transaksi sosial bersifat simetris yang didasarkan pada pertukaran
sosial yang seimbang.
Pertukaran
sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan diferensiasi
kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang merasa lebih berkuasa
dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai serta
merasa ditekan. Kekuasaan menurut Peter M. Blau adalah kemampuan orang atau
kelompok untuk memaksakan kehendaknya pada pihak lain.
Adapun
strategi atau cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap
orang lain yaitu memberikan sebanyak mungkin kepada pihak lain yang
membutuhkan, sebagai suatu upaya menunjukkan statusnya yang lebih tinggi dan
berkuasa, agar mereka yang dikuasai merasa berutang budi dan mempunyai
ketergantungan.
Dalam
pertukaran sosial menunjukkan adanya gejala munculnya kekuasaan yang terjadi
pula dalam suatu kelompok. Dalam kelompok akan terjadi persaingan
antarindividu, dan tiap individu akan berusaha memperoleh kesan lebih menarik
jika dibanding dengan yang lain. Agar orang itu terkesan lebih menarik dari
orang lain syaratnya dapat menarik perhatian orang lain. Dalam persaingan itu
nantinya akan nampak adanya pihak atau orang yang dapat menarik perhatian
orang-orang yang dalam kelompok yang bersangkutan. Kelebihan orang yang
bersangkutan dapat menarik perhatian orang lain kemungkinan karena
kepandaiannya, kejujurannya, kesopanannya ataupun kebijaksanaannya. Dari
tiap-tiap kelompok akan ada yang menonjol dan yang menonjol itu akhirnya akan
muncul satu orang yang paling menarik perhatian orang dalam kelompok-kelompok
tersebut maka muncullah kekuasaan, dalam arti ada pemimpin dan ada yang
dipimpin. Dalam hal ini, pemimpin (pemegang kekuasaan) akan memperoleh
penghargaan sebagai akibat tanggung jawab yang dapat dipenuhinya. Sementara
orang yang dipimpin akan mendapat penghargaan karena ketaatannya, baik karena
tugas yang diselesaikan maupun kesediaannya mematuhi peraturan-peraturan yang
ada.
Perintah yang dipatuhi
adalah perintah yang diberikan oleh pemimpin yang sah. Agar perintah dipatuhi
maka pemimpin (pemegang kekuasaan) harus mempunyai wewenang. Wewenang yang
dimiliki oleh pemegang kekuasaan digunakan untuk merekrut anggota dalam
kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar