1.
PENGERTIAN SISTEM POLITIK
Sistem Politik berasal dari dua suku kata: sistem dan politik.
Sistem dapat diartikan sebagai keseluruhan bagian-bagian (unsur-unsur) yang
berhubungan satu sama lain secara fungsional. Artinya ada hubungan interaksi,
interrelasi dan interdependensi antar unsur satu sama lain. Sedang Politik
dapat diartikan sebagai (jelaskan secara rinci satu persatu):
(a) kepentingan bersama/umum (klasik: Plato, Aristotle)
(b) penyelenggaraaan negaAra (kelembagaan: Weber)
(c) kekuasaan (Robson)
(d) policy/kebijaksanaan (fungsional: Easton,
Lasswell)
(e) konflik (behaviorialism: Paul Conn)
Namun
demikian dalam memahami Sistem Politik tidak dapat diartikan sendiri-sendiri
secara terpisah, melainkan sebagai satu kesatuan.
Ada banyak pengertian, diantaranya adalah David Easton memberi batasan tentang sistem politik yang terdiri tiga komponen,
yakni: (1) The political system allocates values (by means of policies); (2)
its allocations are authoritative; and (3) its authoritative allocations are
binding on the society as a whole.
Artinya, sistem politik merupakan (1) alokasi nilai-nilai, dengan
cara kebijaksanaan, (2) pengalokasian/penetapan nilai-nilai tersebut bersifat
paksaan atau dengan kewenangan, dan (3) pengalokasian/ penetapan yang bersifat
paksaan tadi mengikat masyarakat secara keseluruhan.
Lebih jauh dinyatakan bahwa sistem politik dapat pula di-
perkenalkan sebagai seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari seluruh
tingkah laku sosial, melalui mana nilai-nilai dialokasikan secara otoritatif
kepada masyarakat.
Berbeda dengan Easton, Robert A Dahl misalnya, ia menyatakan: a
political system as any persistent pattern of human relationships that
involves, to a significant extent, control, influence, ower or authority. Jadi sistem politik adalah
sebagai pola yang tetap dari hubungan-hubungan antar manusia yang melibatkan --
sampai dengan tingkat yang berarti -- kontrol, pengaruh, kekuasaan atau
wewenang.
Sedangkan Gabriel A Almond menyatakan:
the political system is that system of interactions to be found in all
independent societies which performs the functions of integration and
adaptation (both internally and vis-a-vis other societies) by means of the
employment, or threat of employment, of more or less legitimate physical
compulsion.Ini berarti bahwa sistem politik adalah
merupakan sistem interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang merdeka. Bagi
masyarakat yang belum merdeka, tidak terdapat sistem politik, yang ada adalah
sistem politik pemerintah penjajah.
Sistem politik itu menjalankan fungsi
integrasi dan adapatasi. Fungsi integrasi dimaksudkan untuk mencapai kesatuan
dan persatuan dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedang fungsi adaptasi adalah
merupakan fungsi penyesuaian terhadap lingkungan, baik lingkungan masyarakat
sendiri maupun masyarakat lain.
Dalam konteks pemahaman ini Almond mempergunakan istilah
"more or less” (sedikit banyak) bersifat legitimate (sah). Hal ini untuk
menerangkan bahwa paksaan fisik yang dilakukan oleh sistem politik keabsahannya
diragukan. Keragu-raguan ini
terutama ditujukan kepada sistem politik yang otoriter atau totaliter. Dengan
mempergunakan istilah "more or less" maka bagi Almond, segala macam
bentuk/jenis sistem politik dapat dapat dimasukkan dalam batasan ini.
Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah
sistem interaksi atau hubungan yang terjadi di dalam masyarakat, melalui mana
dialokasikan nilai-nilai kepada masyarakat, dan pengalokasian nilai-nilai itu
dengan mempergunakan paksaan fisik yang sedikit banyak bersifat sah.
Ilustrasi:
Beri ulasan dan ilustrasi tentang: Pertama, sistem interaksi. Interaksi yang berlangsung dalam sistem
politik dapat berujud interaksi antar individu, individu dengan
organisasi/lembaga, atau dapat juga antar organisasi/lembaga. Kedua, pengalokasian nilai-nilai kepada
masyarakat. Nilai-nilai yang dimaksud (Lasswell) adalah power, enlightenment,
wealth, well-being (or health), skill, afection, rectitude (involve
righteousness and justice), and deference (or respect), yang oleh Deutsch
ditambahi security dan liberty. Jadi nilai-nilai yang terdapat dan dibutuhkan
tersebut dialokasikan kepada masyarakat dengan mempergunakan paksaan fisik yang
sedikit banyak bersifat sah. Ketiga,
paksaan fisik yang sedikit banyak bersifat sah. Memberikan gambaran bahwa
paksaan fisik yang dilakukan oleh sistem politik tersebut keabsahannya masih
diragukan, terutama sistem politik yang totaliter dan atau sistem politik yang
tidak mendapatkan legitimasi.
Mata Kuliah: Sistem Politik Indonesia
FISIP-UNAIR, Kuliah tgl. 2 Okt 2009
Drs. Sutrisno, MS.
2. CIRI-CIRI SISTEM POLITIK
Menurut Gabriel A Almond Sistem Politik, baik yang
modern maupun primitif sekalipun memiliki ciri-ciri sbb.:
a.
Semua sistem politik
termasuk yang paling sederhana pasti memiliki kebudayaan politik. Dalam
pengertian bahwa masyarakat paling sederhanapun memiliki tipe struktur politik
yang terdapat dalam masyarakat yang paling komplek. Tipe-tipe struktur politik
tersebut dapat diperbandingkan satu sama
lain menurut tingkat dan bentuk pembidangan kerja yang teratur.
b. Semua sistem politik baik modern maupun
primitif menjalankan fungsi yang sama, walaupun tingkatannya berbeda-beda, yang
disebabkan oleh perbedaan struktur. Model
pelaksanaan maupun cara/gaya dari fungsi-fungsi tersebut dapat diperbandingkan.
c.
Semua struktur politik baik yang terdapat
dalam masyarakat modern maupun primitif betapapun terspesialisasikannya, tetap
mempunyai sifat multi fungsional (menjalankan banyak fungsi). Oleh karena itu sistem politik dapat
dibandingkan menurut tingkat kekhususan tugas.
d. Semua sistem politik adalah merupakan sistem
campuran dalam pengertian kebudayaan. Secara rasional tidak ada struktur dan kebudayaan yang
semuanya modern atau semuanya primitif. Dalam
pengertian tradisional semuanya adalah campuran antara unsur modern dan
tradisional.
Simpulan: Ciri-ciri sistem politik demikian
sifatnya sangat umum.
Menurut David Easton ciri utama
dari sistem politik adalah sbb.:
a.
Ciri Identifikasi. Untuk membedakan antara sistem politik dan
sistem-sistem sosial lain, maka harus dapat mengidentifikasi atau mengenali
dengan cara mendeskripsikan unit-unitnya yang fundamental. Dan dapat menetapkan
batas-batas yang memisahkan nya dari unit-unit yang berada di luar sistem.
a1.
Unit-unit suatu sistem politik. Unit-unit ini merupakan elemen-elemen
atau unsur-unsur yang membentuk suatu sistem, berwujud tindakan-tindakan atau
aktivitas-aktivitas politik. Ilustrasi: Bedakan antara aktivitas politik
dan aktivitas sosial lainnya, misal: kegiatan kampanye, penjual obat/jamu,
pasar krempyeng, kerumunan orang adu ayam, kecelakaan, dsb.
a2.
Batas-batas. Batas suatu sistem politik dapat dinyatakan dengan tindakan
atau aktivitas yang sedikit banyak berhubungan langsung dengan pembuatan
keputusan-keputusan yang mengikat masyara- kat. Sehingga setiap tindakan yang
tidak mengandung ciri tersebut akan dikeluarkan dari sistem politik, dan secara
otomatis akan dipandang sebagai variabel ekternal dalam lingkungan.
Ilustrasi:
Apakah setiap aspirasi masyarakat yang disalurkan melalui (Pikiran pembaca:
Redaksi YTH, Radio Suara Surabaya, dsb.) selalu berhubungan dengan proses
pembuatan keputusan politik, atau sebaliknya tidak semua aspirasi masyarakat
berkait langsung dengan proses pembuatan keputusan politik. Artinya ada
batas-batas yang membedakan dengan kegiatan di luar politik, misal kegiatan
bakti sosial, dsb.
b. Input dan Output
Sistem politik memiliki
konsekuensi-konsekuensi penting bagi masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi inilah
yang disebut sebagai output.
c. Diferensiasi dalam suatu sistem.
Di asumsikan lingkungan memberikan enerji dan informasi tentang cara penggunaan
enerji tersebut untuk mengaktifkan suatu sistem. Dengan cara itu sistem dapat
melakukan aktivitasnya dan menghasilkan suatu jenis output yang berbeda dengan
input yang diperoleh dari lingkungan tersebut. Dengan demikian akan dapat
diketahui apabila suatu sistem politik
harus menjalankan pekerjaan yang beranekaragam dalam waktu yang terbatas, maka
struktur-strukturnya harus mengenal deferensiasi (pembagian tugas) minimal.
Karena secara empirik tidak pernah dijumpai bahwa unit-unit suatu sistem
politik mampu mengerjakan pekerjaan yang berbeda dalam waktu bersamaan pula.
d. Integrasi dalam suatu sistem.
Kekuatan-kekuatan yang selalu berubah dalam suatu sistem secara potensial dapat
merusak integrasi sistem dimaksud. Jika
unit-unit dalam suatu sistem politik sedang melakukan kegiatan-kegiatan yang
berbeda pada waktu yang bersamaan, maka perlu ada deferensiasi struktural dan
suatu mekanisme yang bisa mengintegrasikan atau memaksa anggota-anggotanya
(unit-unitnya) agar dapat dibuat suatu keputusan yang otoritative.
Simpulan: Ada tiga
ciri yang selalu melekat dalam suatu sistem:
a. Antara bagian yang satu dengan yang lain terdapat hubungan
fungsional dan saling mempengaruhi (interaksi, interrelasi dan
interdependensi).
b. Sistem itu bekerja dalam suatu lingkungan (environment) yang lebih
luas, dan ada perbatasan antara sistem yang satu dengan lainnya.
c.
Pola-pola hubungan
fungsional tersebut ditentukan oleh budaya politik tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar