Bagaimana suatu kota menjadi besar, terutama pengaruhnya
terhadap daerah sekitarnya, akan menjadi pembicaraan pokok dalam Diskripsi
Kota. Untuk melihat keadaan yang demikian, terlebih dahulu akan dibicarakan
mengenai Pola Lokasi Kota berdasarkan luas dan ruang dari daerah perkotaan.
Setiap Pola Lokasi Kota, timbul akibat perbedaan dari fungsi kota yang
bersangkutan. Pola-pola yang ada, pada dasarnya ditandai dengan tersebarnya
kota-kota itu di suatu wilayah yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun Pola
Lokasi Kota, pada umumnya dibedakan menjadi :
1.
Pola Liniair, yaitu kota-kota yang tersebar di sepanjang jalur transportasi.
2.
Pola Cluster, pola ini menunjukkan adanya ciri-ciri di mana terdapat pengelompokan kota
dalam jumlah yang relatif besar.
3.
Pola Hirarkhi, pola ini mempunyai ciri-ciri di mana kota diatur berdasarkan kesamaan
wilayah.
Di dalam pengembangan wilayah, pengaruh dari daerah
perkotaan terhadap daerah sekitarnya tidak dapat diabaikan begitu saja. Semakin
berkembang wilayah suatu kota, maka semakin luas pula wilayah pengaruhnya.
Pengaruh kota terhadap daerah sekitarnya, biasanya tidak terlepas dari kegiatan
atau fungsi yang ada di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teori-teori yang
berkaitan dengan pembangunan wilayah perkotaan, mencoba untuk menjelaskan
bagaimana pengaruh kegiatan yang ada pada kota terhadap daerah sekitarnya
(wilayah atau daerah pengrauhnya).
Berbicara mengenai Diskripsi Kota, ada empat teori yang
saling berkaitan satu sama lain. Artinya, teori yang pertama akan menjelaskan
teori yang kedua, yang kedua menjelaskan yang ketiga, dan teori ketiga
menjelaskan teori yang keempat. Adapun teori-teori tersebut, adalah :
1.
ECONOMIC BASE THEORY
2.
LABOUR BASE THEORY
3.
CENTRAL PLACE THEORY\
4.
GROWTH POLE THEORY
ECONOMIC BASE THEORY
Teori ini sangat tepat untuk membicarakan mengenai
perencanaan pertumbuhan kota yang potensial dalam jangka panjang, terutama pada
kota-kota yang mempunyai fungsi tunggal. Pada pokoknya, teori ini membicarakan
tentang majunya perekonomian kota yang diakibatkan oleh sektor industri. Akibat
lebih lanjut, menyebabkan arus urbanisasi yang semakin besar. Pada akhirnya,
akan mendorong perluasan perencanaan pertumbuhan kota ke daerah sekitranya,
terutama yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan jasa dari bidang industri.
Menurut THOMPSON, perkembangan kota yang
awalnya mempunyai fungsi tunggal, berubah menjadi kota dengan fungsi ganda
akibat dari pertumbuhan ekonomi kota yang didukung oleh kegiatan industri.
Perkembangan kota itu sendiri terbagi dalam 5 (lima) tahapan, di mana
masing-masing tahapan menjelaskan bagaimana peran industri dalam mendukung
perekonomian kota, sehingga kota menjadi kota metropolitan pada tahap yang ke 5
(lima). Dengan semakin majunya perekonomian kota, baik yang didukung dari
sektor industri maupun sektor pelayanan bidang industri, pada tahap selanjutnya
terjadilah perluasan industri ke daerah pedesaan.
LABOUR BASE THEORY
Pada
saat kegiatan industri di daerah perkotaan sudah tidak lagi mapu menampung
pembangunan industri akibat mahalnya harga tanah di daerah perkotaan serta
tingginya upah buruh, maka terjadilah perluasan kegiatan industri ke daerah
pedesaan. Di mana kegiatan, ini mempunyai hubungan yang erat dengan perluasan
perekonomian kota yang menuju pada pembangunan industri di daerah pedesaan.
Pembangunan industri di daerah pedesaan, pada pokoknya bukan merupakan
pembangunan perekonomian daerah pedesaan. Hal ini disebabkan, kegiatan di
bidang industri merupakan pekerjaan utama bagi masyarakat pedesaan, sedangkan
kegiatan pelayanan di bidang industri tidak dimiliki oleh masyarakat pedesaan.
Dengan demikian, secara normal dapat dikatakan bahwa, kegiatan industri di
pedesaan menarik ”income in elastic
industry”, di mana industri tidak menggunakan seluruh waktunya seperti di
daerah pedesaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar