Senin, 29 Oktober 2012

Indikator Pembangunan Ekonomi dan Non-ekonomi


Pada dasarnya indikator pembangunan ekonomi yang digunakan di Indonesia relatif baik, tetapi masih ditemui beberapa kekurang, baik dari segi indikatornya sendiri maupun dari segi pelaksanaannya, antara lain:


Pendapatan Per Kapita. Secara lebih khusus, nilai pendapatan perkapita sebagai indeks untuk menunjukan perbandingan tingkat kesejahteraan dan jurang tingkat kesejahteraan antar masyarakat.
Pemerataan dan Kemiskinan. Pemerataan dan kemiskinan tidak dapat dipisahkan, dan kalau dibaratkan keduanya diibarat dua sisi mata uang. Apabila dalam suatu negara pemerataan tersebut betul-betul tersebar secara merata mustahil kemiskinan akan terjadi, dan sebaliknya kemiskinan akan terjadi apabila tidak terdapat pemerataan dalam pembangunan ekonomi, seperti distribusi pendapatan serta hasil-hasil pembangunan. Dari berbagai indikator pembangunan ekonomi untuk melihat pemerataan dan kemiskinan ini hanya bersifat kuantitatif, tetapi aspek kualitatifnya seperti masalah sosial sering terabaikan, dan hal inilah yang sering membuat pembangunan terkendala.
Kerusakan Lingkungan. Sebuah negara yang tinggi tingkat produktivitasnya, dan merata pendapatan penduduknya, biasa saja berada dalam sebuah proses untuk menjadi semakin miskin. Hal ini, misalnya karena pembangunan yang menghasilkan produktivitas yang tinggi tidak memperhatikan dampak terhadap lingkungannya, mengakibatkan lingkungan semakin rusak, sumberdaya alamnya semakin terkuras, sementara kemampuan bagi alam untuk melakukan rehabilitasi lebih lambat dari kecepatan sumberdaya alam tersebut. Mungkin juga pabrik-pabrik yang menghasilkan berbagai limbah disamping merusak sumberdaya alam, akan berdampak kepada kesehatan penduduk, maupun makhluk hidup yang berada disekitarnya. Padahal sumberdaya alam dan manusia adalah faktor utama yang menghasilkan pertumbuhan yang sangat tinggi terssebut. Oleh karena itu sering terjadi bahwa pembangunan yang dianggap berhasil ternyata tidak memiliki daya kelestariaan yang memadai. Akibatnya pembangunan ini tidak bisa berkelanjutan (sustainable). Karena itu dalam kriteria pembangunan, faktor kerusakan lingkungan sebagai faktor yang menentukan. Apa gunannya sebuah pembangunan yang saat ini tinggi produktivitasnya, merata pembagian kekayaannya tetapi dalam jangka sepuluh tahun mendatang akan terjadi degradasi sumberdaya alam yang menjadi tumpuan utama pertumbuhan, tetapi faktor lingkungan ini secara relatif belum diterapkan di Indonesia. Dari berbagai kondisi diatas sudah selayaknyalah faktor kerusakan lingkungan dijadikan sebagai indikator keberhasilan pembangunan disuatu negara, terutama sekali bagi negara berkembang, seperti negara Indonesia.
Keadilan Sosial dan Kesinambungan. Salah satu keberatan terhadap konsep pembangunan dalam arti pertumbuhan ekonomi adalah kemungkinan terjadinya pertumbuhan ekonomi tanpa didukung oleh perubahan sosial, sehingga pada suatu saat akan terjadi stagflasi. Tanpa adanya dukungan perubahan sosial, pertumbuhan ekonomi dapat membawa dampak negatif terhadap bidang sosial, seperti pengangguran dan kerawanan sosial. Indikator dari keberhasilan pembangunan selalu menekankan kepada peningkatan produktivitas, sebetulnya faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan saling berkaitan erat. Yang pertama, keadilan sosial, bukanlah faktor yang dimasukan atas dasar pertimbangan moral, yaitu demi keadilan saja. Tetapi faktor ini berkaitan dengan kelestarian pembangunan juga. Bila terjadi kesenjangan yang mencolok antara orang-orang kaya dan miskin, masyarakat yang bersangkutan akan semakin rawan secara politis. Orang-orang miskin akan cenderung menolak status quo yang ada. Mereka akan memperbaiki diri dengan merubah keadaan. Oleh karena itu, bila konfigurasi kekuatan-kekuatan sosial memungkinkan akan terjadi gejolak politik yang bisa menghancurkankan pembangunan yang sudah dicapai. Dengan demikian, seperti juga masalah kerusakan alam yang dapat mengganggu kesinabungan pembangunan, faktor keadilan sosial juga merupakan suatu kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan kerusakan dampak yang sama.

Sedangkan indikator pembangunan ekonomi yang digunakan di Indonesia relatif baik, tetapi masih ditemui beberapa kekurang, baik dari segi indikatornya sendiri maupun dari segi pelaksanaannya, antara lain:

Indikator Sosial. Oleh Backerman dibedakan 3 kelompok : Usaha membandingkan tingkat kesejahteraan  masy. di dua negara dengan memperbaiki cara   perhitungan pendapatan nasional, dipelopori oleh  Collin Clark dan Golbert dan Kravis. Penyesuaian pendapatan masy. dibandingkan  dengan mempertimbangkan tingkat harga  berbagai negara. Usaha untuk membandingkan tingkat  kesejahteraan dari setiap negara berdasarkan  data yg tdk bersifat moneter (non monetary  indicators). Indikator non moneter yg  disederhanakan (modified non-monetary indicators). Kesehatan, rata-rata hari sakit, fasilitas kesehatan
Perumahan
, sumber air bersih & listrik, sanitasi & mutu rumah.
Angkatan Kerja
, partisipasi tenaga kerja, jml jam kerja, sumber  penghasilan utama, status pekerjaan. Keluarga Berencana dan Fertilisasi, penggunaan ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga  kesehatan pada kelahiran, penggunaan alat  kontrasepsi. Kriminalitas, jumlah pencurian pertahun, jumlah pembunuhan  pertahun, jumlah perkosaan pertahun. Perjalanan wisata, frekuensi perjalanan wisata pertahun. Akses di media massa, jumlah surat kabar, jumlah radio dan jumlah televisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar