Sebagai
awalan perjumpaan ini lebih baik jika saya me-refresh pemahaman dasar sosiologi, terkait pengertian, definisi dan
kajian disiplin ilmu sosiologi. Termasuk juga, pengertian tentang masyarakat, interaksi
social, proses sosial dan lembaga social, yang nantinya pemahaman dasar ini
digunakan sebagai pijakan elaborasi dan analisis masyarakat kota dan desa.
Sebagai langkah awal, mari kita pelajari dulu sosiologi dan masyarakat karena
keduanya terkait erat (sosiologi kan mempelajari masyarakat, ok…)…
- Sosiologi
memiliki banyak sekali definisi dan pengertian, yang dirumuskan oleh para
ilmuwan social. Dan tidak ada
paradigma tunggal dalam ilmu social, artinya, cara pandang ilmu social
khususnya sosiologi dapat mengikuti perspektif dan definisi ilmu yang mana
saja yang diberikan oleh para pakar sosiologi. Namun dari ragam definisi
tersebut, dapat ditarik suatu rumusan pengertian umum, bahwa sosiologi, atau ilmu tentang
masyarakat, merupakan bagian dari ilmu social, yang mempelajari kehidupan
social atau kehidupan manusia secara bersama-sama dengan manusia lainnya. Kehidupan
manusia secara bersama-sama ini kemudian disebut dengan istilah
‘masyarakat’ (bahasan tentang ‘masyarakat’ akan saya berikan dalam sub
bahasan tersendiri, nanti di bawah ya...). Ini bicara ‘sosiologi’ dulu ya…
- Beberapa
definisi SOSIOLOGI yang perlu diketahui:
Pitirim Sorokin, sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala- gejala social.
Alvin Bertrand, sosiologi
adalah ilmu yang Ilmu yang mempelajari dan menjelaskan tentang hubungan antar
manusia.
J.A.A Van Doorn
dan C.J Lammers, sosiologi adalah ilmu
pengetahuan tentang struktur sosial, proses sosial yang bersifat stabil.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari struktur social dan proses-proses social termasuk
perubahan social.
Hassan Shadily, sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki
ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan. Sosiologi mencoba
memahami sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan hidup, kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat
tersendiri pada cara hidup bersama tersebut.
Max Weber
mendefinisikan sosiologi sebagai studi tentang aksi social (Haralambos, Sociology,
Themes and Perspectives). Sebagai studi aksi social, ia banyak berbicara
mengenai hubungan social dan motivasi, yang menurut Weber banyak dipengaruhi
oleh rasionalitas formal.
Rasionalitas formal, meliputi proses berpikir actor dalam membuat pilihan
mengenai alat dan tujuan (Ritzer,2005). Dalam konteks ini, hubungan sosial,
berkaitan dengan motivasi dan rasionalitas formal mengenal 3 sifat hubungan,
yakni:
-
Hubungan sosial yang bersifat atau didasarkan pada tradisi. Yakni hubungan sosial yang terbangun atas dasar kebiasaan
/ tradisi di masyarakat.
-
Hubungan sosial yang bersifat atau didasarkan pada koersif/ tekanan. Yakni hubungan sosial yang terbangun dari
rekayasa social dari pihak yang memiliki otiritas (kekuasaan) terhadap yang powerless.
-
Hubungan sosial yang bersifat atau didasarkan pada rasionalitas. Sedangkan ciri dari hubungan rasional adalah
hubungan sosial yang bersifat asosiatif dan orientasi tindakan sosial
berdasarkan pada sebuah penyesuaian kepentingan-kepentingan yang di motivasi
secara rasional atau persetujuan yang di motivasi secara sama.
Dalam hubungan sosial selalu ada pengorganisasian
dan pengorganisasian tersebut dipertahankan melalui wewenang. Weber menjelaskan
hubungan sosial ini berdasarkan atas rasional formal, karenanya terdapat
suatu pengorganisasian. Dan pengorganisasian tersebut dipertahankan melalui
wewenang (otoritas, legitimasi). Weber membagi 3 tipe otoritas / legitimasi,
yaitu:
o
Otoritas Tradisional
Berasal dari kepercayaan dan faktor keturunan atau
garis keluarga atau kesukuan. Otoritas tradisional ini berdasarkan pada
penerimaan kesucian aturan-aturan karena aturan-aturan itu telah lama ada dan
dalam legitimasi mereka yang telah mewariskan hak untuk memerintah dengan
aturan-aturan ini. Di dalam tatanan tradisional individu merupakan loyalitas
dari masa lalu dan mereka mewakili masa lalu itu, sebuah loyalitas yang
seringkali berakar dalam sebuah kepercayaan akan kesakralan peristiwa-peristiwa
sejarah tertentu. Misalnya seorang kyai, maka anak dan keturunan kyai akan
cenderung menjadi kyai pula karena tradisi yang diterima oleh masyarakatnya. Walaupun seringkali sang
kyai muda (kadang dadakan) ini tidak
memiliki ilmu agama yang mumpuni. Tetapi tidak ada orang yang memprotes karena
mereka (terlanjur) percaya.
o
Otoritas Karismatik
Berasal dari anggapan atau keyakinan bahwa seorang
pemimpin (pemegang otoritas) itu memiliki kelebihan yang luar biasa (linuwih, Jawa). Contohnya, empu yang
punya kesaktian (dia sekaligus memiliki otoritas karismatik), Soekarno yang
dianggap (minimal oleh pemujanya) kekuatan “supra”, dsb.
o
Otoritas Legal-Rasional
Berasal dari peraturan (legal-rasional) yang
diberlakukan secara hukum dan rasional. Dan pemimpin yang lahir dari otoritas
ini berdasarkan atas kemunculan yang legal dan rasional pula.
Misalnya pemimpin organisasi modern, Ketua RT, RW,
dsb yang dipilih secara langsung oleh musyawarah warga RT, RW, dsb. Mereka
memperoleh otoritas tertinggi dari hukum masyarakat.
- Ruang
lingkup sosiologi lebih luas daripada ilmu-ilmu pengetahuan social
lainnya, karena ia mencakup semua interaksi antara individu-individu dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Ia mengemuka-kan sifat atau kebiasaan
manusia dalam kelompok dengan segala kegiatan dan kebiasaan serta
lembaga-lembaga penting sehingga masyarakat dapat berkembang terus dan
berguna bagi kehidupan manusia (Kata kunci: interaksi, kelompok, masyarakat, proses
social, struktur social, gejala social, ikatan social).
- Individu-individu
yang berkumpul membentuk suatu masyarakat, memiliki aturan, tata nilai (value) yang diyakini dan dianut
sebagai perekat hubungan antar individu tersebut. Mereka menyepakati suatu
konsensus (consensus, code of
ethics, ‘code of conduct’).
- Dalam
kehidupan bersama-sama di masyarakat, terdapat berbagai aspek aktivitas,
misalnya: aspek social itu
sendiri seperti interaksi antar individu, antar kelompok (group), konflik social; aspek ekonomi misalnya yang
menyangkut produksi, distribusi, konsumsi atau penggunaan jasa/ layanan; aspek hukum misalnya yang
menyangkut norma dan peraturan yang dipakai untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat; aspek politik
misalnya menyangkut wewenang dan kekuasaan untuk mengatur kehidupan
bersama tersebut, dsb.
- Beberapa
aspek aktivitas manusia (individu) dalam masyarakat tersebut saling
berkaitan satu sama lain dan semuanya ada dalam suatu masyarakat. Hal ini
yang menurut Emile Durkheim dijelaskan
dalam “Division of Labor in Society”
(‘pembagian kerja’ dalam masyarakat), bahwa interaksi antar individu dalam
masyarakat yang kompleks didasarkan pada pembagian kerja, dan saling
tergantung yakni tergantung pada perbedaan individual –perbedaan yang
berkembang seiring spesialisasi
bidang kerja. Spesialisasi,
menurut Durkheim, merupakan syarat bagi berkembangnya perbedaan personal
dan menciptakan wilayah aksi yang tidak tunduk pada control kolektif,
tetapi pada saat yang sama meningkat pula ketergantungan pada masyarakat
karena dengan adanya spesialisasi
bidang kerja maka pertukaran pelayanan menjadi syarat bagi kelangsungan
hidup.
- Interaksi
antar individu dalam masyarakat, menurut Durkheim, didasarkan pada keyakinan dan nilai-nilai bersama serta
kontrol komunal yang ketat (disebut solidaritas
mekanik) dan ketergantungan mutual antar individu yang relatif otonom yang
diciptakan oleh pembagian kerja (disebut solidaritas organik).
Objek
sosiologi adalah: masyarakat, yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan
proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Numpang Lapak gan terima kasih...
BalasHapusAGEN POKER ONLINE TERPERCAYA DAN TERBESAR DI INDONESIA,BONUS JACPOTNYA TERBESAR
Domino Online
Judi Domino
Agen Judi Terpercaya
Domino Online Indonesia
Agen Poker Online