Setidaknya terdapat 3
pendekatan untuk mendefinsikan konsep kesehatan :
- Pendekatan Biomedik
“ Kesehatan didefinisikan sebagai ketiadaan penyakit (disease)
atau
malfungsi fisik”
Menurut Wolinsky (1988) model
biomedik menampilkan 4 asumsi dalam memberikan pemahaman tentang health dan
illness.
(a). Kehadiran penyakit;
diagnosisnya dan treatment merupakan fenomena obyektif yang menyeluruh. Gejala
dan tanda-tanda menampilkan informasi yang akurat dan diagnosis yang valid.
Ada kritik : asumsi ini bisa keliru. Sebab studi
menemukan bahwa latar belakang budaya individu memberikan pengaruh tidak hanya berkaitan
dengan reaksi terhadap gejala tetapi juga bagaimana gejala tersebut dilaporkan
pada tenaga medis. Akhirnya gejala yang nampak juga memberikan pengaruh
terhadap diagnosa (Zola dan Mechanic :1980).
(b). Hanya orang professional
kedokteran yang mampu/ capable mendefinisikan health dan illness. Tapi
kenyataan menunjukkan bahwa pasien/
significant others juga turut terlibat dalam proses penentuannya. Termasuk juga
dalam memperoleh diagnosis dan treatment.
(c). Health dan Illness
seharusnya tidak hanya didefinisikan dalam term malfungsi dari fisik semata. Sebab manusia tidak
hanya makhluk biologis/ fisik tetapi makhluk sosial dan memiliki perasaan
(psikologis) dan konsep kesehatan melibatkan seluruh aspek tersebut.
(d). Kesehatan tidak hanya
ketiadaan penyakit. Artinya definisi hanya terpaku pada malfungsi dari organ
tubuh dan penyakit saja tapi mengesampingkan perhatian pada masalah
kesehatannya. Banyak studi dilakukan hanya konsentrasi pada penyakitnya bukan
masalah kesehatannya.
- Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini memfokuskan
perhatian pada individu yang secara subyektif membuat evaluasi terhadap
kesehatan mereka sendiri. Pendekatan ini mencakup:
(a). Pleasureable involvement :
(the good feelings related with personal accomplishments and interesting daily
activites)
(b). Longterm satisfaction :
(the longer lasting happiness related with positive personal; familial; and
work situations)
(c). The absence of negative
affect : (unhappiness; loneliness; and critism from others)
- Pendekatan Sosiologis/ sosio cultural
Pendekatan ini mengembangkan definisi alternative tentang
kesehatan dengan menitikberatkan pada aspek sosio cultural berkaitan dengan
kesehatan dan rasa sakit.
Pendekatan ini menitik beratkan
pada : (a) kemampuan seseorang menampilkan peran dan tugas secara baik dan (b).
adanya perbedaan masyarakat dalam mendefinisikan health dan illness.
(a). Kemampuan menampilkan
peran dan tugas
Talcott Parson : kesehatan
dipandang sebagai kemampuan mengikuti norma sosial. Parson
(1972) mendefinisikan kesehatan sebagai kemampuan optimal individu untuk
menampilkan secara efektif tugas dan peran yang telah disosialisasikan.
Definisi lebih pada aspek
sosial daripada malfungsi fisik. Kesehatan juga didefinisikan sebagai kemampuan
mengisi peran dan semua aspek yang terdapa pada individu yang berpengaruh
terhadap partisipasi sosial.
(b). Perbedaan masyarakat
dalam mendefinisikan kesehatan
Twadle (1974) melihat
definisi kesehatan lebih ke arah criteria sosial dibandingkan fisik.
Menurut Twadle : health dan
illness dalam masyarakat sangat relative definisinya, artinya menurut seseorang
sehat tapi orang lain mempersepsi tidak sehat. Persepsi tentang sakit akan
berbeda menurut culture dan struktur sosial dalam masyarakat.
Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa faktor sosial mempengaruhi individu
dalam mendefinisikan status kesehatan. Artinya definisi kesehatan bisa
dipengaruhi oleh jenis kelamin (aspek gender), usia dan sebagainya.
Definisi Health menurut WHO
(1986):
“Health
as a state of complete physical, social, and mentall well-being”.
Menurut WHO kesehatan mencakup kemampuan seseorang
untuk mengatasi/menyelesaikan kegiatan sehari-hari dan menjadi manusia yang
berfungsi secara baik/ penuh baik secara fisik, sosial maupun emosi. Kesehatan
merupakan sumber bagi kehidupan sehari-hari.
Pengukuran Status Kesehatan.
John Ware (1986) menyebutkan
adanya 6 dimensi untuk mengukur status kesehatan:
(a). Physical Fungtioning :
memfokuskan pada keterbatasan fisik berkaitan dengan kemampuan perawatan diri
sendiri; mobilitas dan partisipasi fisik serrta kemampuan melakukan aktivitas/
tugas sehari-hari.
(b). Mental Health : Fokus pada
perasaan cemas (anxiety) dan depresi (depression); kondisi psikologis dan
control terhadap emosi dan perilaku.
(c). Social well beings : focus
pada faktor interaksi sepertti; kunjungan dengan atau berbicara melalui telepon
dengan teman dan familiy.
(d). Role functioning : focus
pada situasi kebebasan dari keterbatasan
berkaitan dengan aktivitas peran yang dilakukan sehari-hari seperti pekerjaan
atau sekolah.
(e). General health
perceptions: focus pada persepsi dan kondisi kesehatan diri secara umum dan sejumlah
rasa sakit yang pernah dialami.
(f).
Symptoms memfokuskan pada catatan fisik dan psikis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar