Lahirnya kota menyebabkan kota memiliki 3 (tiga) fungsi,
yaitu :
-
fungsi melancarkan pengawasan (administratif-politis)
-
fungsi sebagai pusat pertukaran (komersial)
-
fungsi memproses bahan sumber daya (industrial).
Untuk lebih mendapatkan gambaran yang nyata mengenai
akibat perluasan ekonomi daerah perkotaan, khususnya mengenai kegiatan
pelayanan yang diberikan oleh penduduk kota kepada penduduk daerah sekitarnya (hinterland), teori ini cocok untuk
melihat kegiatan tersebut. Secara garis besar, teori ini menggambarkan tentang
cara kerja yang secara konsepsi serasi untuk pengertian kota sebagai pusat
pelayanan. Oleh karena itu, teori CENTRAL
PLACE ini disusun untuk menjawab 3 (tiga) pertanyaan utama yang berkaitan
dengan pengertian kota sebagai pusat pelayanan, yaitu :
Apakah yang menentukan
(a)
banyaknya,
(b)
besarnya, dan
(c)
persebaran kota.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka digunakan konsep
Range (jangkauan) dan Threshold (ambang). Oleh karena itu,
perkembangan suatu pusat pelayanan akan sangat tergantung pada konsumsi barang
dari penduduk sekitar kota. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi
barang tersebut, adalah :
-
Penduduk (distribusi, kepadatan dan struktur).
-
Permintaan dan penawaran serta harga barang.
-
Kondisi wilayah dan transportasi.
Lebih jauh digambarkan bahwa, kota sebagai pusat wilayah
yang komplementari dari daerah sekitarnya, sehingga kota merupakan pusat yang
menyediakan dan melayani (goods and
services) daerah sekitarnya (hinterland).
Agar kota dan daerah sekitarnya benar-benar merupakan suatu sistem yang saling
berhubungan, maka semuanya itu tergantung pada batas sampai di mana aliran
pertukaran uang yang dikeluarkan penduduk daerah sekitar kota untuk mendukung
penyediaan kebutuhan dan pelayanan yang diberikan oleh penduduk kota. Di sini,
teori CENTRAL PLACE berhubungan
dengan Lokasi, Luas dan Fungsi dari pusat-pusat pelayanan.
WALTER CHRISTALLER, mengakui adanya hubungan ekonomi antara kota dan daerah
sekitarnya, di mana fasilitas pertukaran penyediaan kebutuhan dan pelayanan
adalah menguntungkan. Pendapat tersebut, adalah merupakan pelengkap dari teori Lokasi yang dikemukakan oleh von
THUNEN, di mana lahan pertanian mengelilingi pusat-pusat pasar ; dan
teori WEBER, mengenai lokasi pabrik yang mengelilingi pusat-pusat
pasar. Pada dasarnya, teori WALTER CHRISTALLER ini ditujukan
pada kegiatan tersier dari segmen perekonomian yang dikembangkan oleh penduduk
kota itu sendiri (segi pelayanan jasa). Dengan demikian, maka teori CENTRAL PLACE tidak lain adalah, daerah yang berbentuk atau berwujud
penyediaan kebutuhan dan pelayanan untuk penduduk di sekitar kota.
Untuk mendukung teorinya itu, WALTER CHRISTALLER
mengemukakan 4 asumsi guna memperjelas konsepsi mekanis mengenai pengertian
tentang peran kota sebagai pusat pelayanan. Di samping itu, untuk mengetahui
urutan pengertian teori CENTRAL PLACE,
dikemukakan adanya beberapa elemen sebagai berikut :
1.
THRESHOLD
2.
RANGE OF GOODS AND SERVICES
3.
COMPLEMENTARY REGION
4.
CONTENT HIRARCHY
5. CENTRAL GOODS AND
CENTRAL SERVICES.
Perlu
diketahui bahwa, tidak semua wilayah perkotaan dapat disebut dengan CENTRAL PLACE. Tetapi, untuk mengetahui
bagaimana bentuk distribusi dari pelayanan, harus diperhatikan berbagai faktor
lokasi yang mempengaruhi lokasi kota .
Pada umumnya, faktor lokasi berpengaruh terhadap berbagai macam aktivitas
manusia di perkotaan. Apabila CENTRAL PLACE
ini dihubungkan dengan penyebaran penduduk suatu daerah sekitar kota ; jika dasar
populasinya melebar, maka distribusi penyediaan kebutuhan dan pelayanan juga
akan melebar. Apabila karena sesuatu sebab penyebaran populasinya tak sama,
maka melebarnya penyediaan kebutuhan dan pelayanan juga tidak sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar