Pendekatan konstruktivis Alexander Wendt yang
identik dengan relasi structure-agent (dan semua pakar Konstruktivis mengawali
dari relasi tersebut) relevan untuk menjelaskan fenomena arab spring di timur
tengah.
Saya melihat bahwa penjelasan Wendt ttg teori
konstruktivisnya tak terlepas dari perdebatan klasik filsafat atau sosiologi
dibarat, antara idea (platon) atau material (aristoteles) yang perdebatan itu
terus berkembang sampai masuk ke ranah ilmu hubungan internasional terkait
bagaimana interaksi sebuah negara dengan negara yang lain.
Dari titik ini semua pemikir HI abad 17-19
(saya kira) masih berkutat pada interaksi negara yang anarki, dan karena anarki
itulah akhairnya membentuk 3 relasi hubungan internasional utama menurut Wendt
(Hobbesian, Lockean dan Kantian).
Disini Wendt mengawali kritiknya, dia
mengkritik bahwa perdebatan tentang anarki antara yang realisme dan
liberalisme/idealisme itu masih tendensi pada satu lokus saja, apakah negara
(structure) atau individu (agent), dan pendekatan konstruktivis (yang memang
berusaha menjembatani perdebatan binary model) bahwa sebenarnya structure-agent
itu saling mempengaruhi satu sama lain.
Wendt mencoba mengkritik anarki model
realisme dan neo-realisme yang tendensinya kepada tekanan material seperti
self-help, power politics, national interest, dsb. dibantah oleh wendt bahwa
kondisi anarki itu bukanlah sesuatu yang empty (hampa/kosong), melainkan
dibentuk oleh struktur sosial, dan yang membentuk struktur ini adalah share
ideas, bukan tekanan material, tapi Wendt menekankan bukan berarti idea lebih
dominan dari materi, namun ideas adalah constitute bagaimana perilaku agent
terhadap structure.
Nah, bagaimana dengan kondisi arab spring
sendiri, teori yang dikemukakan Wendt menurut saya relevan dlm hal ini bahwa
kondisi anarki yang terjadi di timur tengah dengan arab spring nya terbentuk
dari social structure (relasi agent-structure) di timur tengah itu sendiri.
Memang analogi wendt dgn menggunakan revolusi
di eropa tidaklah tepat dengan kondisi di Timur Tengah, dan ini bisa menjadi
falsifikasi (sebagaimana kritik Popper dan Nasim Taleb), tapi wendt menyadari
hal itu menurut saya, dalam tulisan terakhirnya dia menjelaskan bahwa para
teoritikus HI jgn lagi mengawali penelitiannya dari method-driven tapi
question-driven, sehingga setiap permasalahan bisa diselesaikan sesuai dengan
kondisi dimana kejadian dan siapa agent nya itu sendiri.
Jika di Eropa Agent nya adalah para
Filsuf/Pemikir (konteks abad 17-19), maka di timur tengah kini agent nya
bertambah, mulai dari para mahasiswa/pemuda melalui media sosial internet,
gerakan Ikhwanul muslimin, kubu militer, dan nasional (contoh: Mesir), kalau di
Suriah lebih kompleks lagi (ada masyarakat, pasukan pemberontak asing, negara-negara
penyokong pasukan pemberontak vis a vis negara-negara penyokong Pemerintah Bassar)
dan semua agent itu bertarung utk membentuk bagaimana structure negara
kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar