Konflik
selalu timbul di tempat kerja, dan itu tidak bisa dihindarkan. Namun pemimpin
harus mengelolanya secara luwes agar irama kerja sehari-hari tidak terganggu. Sebagai
pemimpin ada berbagai strategi manajemen konflik, yaitu:
Teknik 1: Ajak
orang-orang yang sedang konflik pada tujuan yang lebih tinggi. Contoh, bagian
anda terlibat konflik dalam menentukan kuota penjualan. Bagian keuangan
menuntut penjualan setinggi-tingginya, sedangkan bagian anda menuntut dukungan
biaya promosi besar-besaran. Begitu orang-orang itu kita ajak bicara pada
tataran corporate, untuk tujuan yang lebih besar, mereka akan cenderung untuk
berpikir lebih jernih.
Teknik 2:
Memperluas sumber daya yang ada. Konflik bisa terjadi karena sumber daya yang
langka yang dibutuhkan banyak orang. Contoh, hanya ada satu saluran telpon
untuk dua bagian. Ketika mereka akan menggunakannya, mereka saling berebut.
Cara manajemen konfliknya? Ya, tambah saja pesawat telponnya. Ini adalah contoh
yang sangat menggampangkan, namun saya harapkan anda menangkap gagasannya.
Teknik 3:
Penghindaran. Ini yang sering dilakukan oleh orang pada umumnya. Daripada ribut
dan konflik terus dengan tetangganya, orang itu kemudian menghindar dan
berusaha untuk tidak bertatapan dengan tetangganya itu. Ini memang bukan cara
manajemen konflik yang efektif, namun kadang, dengan penghindaran ini, pihak
yang ingin konflik akan berkurang ‘semangat’ untuk konfliknya.
Teknik 4:
Mencari titik temu. Ketika anda sebagai pemimpin dan menemui orang yang
konflik, anda dapat memakai teknik ini. Teknik ini berusaha mencari persamaan
yang ada antara pihak yang terlibat konflik, sekaligus juga diperkecil
perbedaan yang ada. Contoh ada konflik antara bagian pemasaran dan produksi.
Daripada berdebat perbedaan fungsi kedua bagian itu, manajemen konflik dapat
mencari persamaan kedua bagian itu. Misalnya, mereka sama-sama fungsi yang sangat
penting dalam perusahaan, karena tanpa keduanya, perusahaan tidak akan bisa
hidup…
Teknik 5:
Kompromi. Ketika anda melakukan kompromi terhadap pihak yang terlibat konflik,
mungkin masing-masing pihak tidak merasa puas terhadap keputusan itu. Namun
manajemen konflik ini efektif jika topik/barang yang dikonflikkan bisa dibagi
dua secara adil.
Teknik 6: Pakai
Power. Ini adalah cara paling kuno untuk manajemen konflik. Ketika orang yang
konflik tidak mau menyudahi konfliknya, sebagai pemimpin anda gunakan kekuasaan
anda untuk menyudahi konflik itu. Walau mereka tidak puas, namun karena mereka
adalah bawahan anda, mau tidak mau mereka harus patuh kepada anda.
Teknik 7:
Mengubah sifat-sifat orang yang konflik. Mengubah sifat orang sangatlah sukar.
Namun, ini adalah manajemen konflik yang efektif untuk jangka panjang. Contoh,
di kantor anda dijumpai karyawan yang sering bertengkar dengan karyawan
lainnya. Sebagai pemimpinnya, anda ajak pelan-pelan karyawan itu untuk mengubah
perilakunya. Dengan sabar anda bimbing karyawan itu, dan akhirnya, ia mampu
menjadi karyawan yang baik. Ketika karyawan itu sudah berubah sikapnya, konflik
yang sering terjadi di bagian anda akan sangat berkurang.
Teknik 8: Ubah
strukturnya. Agar bagian promosi dan bagian produksi tidak saling menyalahkan,
ubahlah strukturnya. Contoh, bagian pemasaran mengeluhkan betapa sulitnya
mereka menjual karena produknya desainnya jelek, dan kualitasnya meragukan.
Keluhan itu ditanggapi oleh bagian produksi dengan cara mereka membuat produk
begitu karena memang tidak ada masukan dari bagian pemasaran. Sedang produk
yang buruk, mereka mengeluh karena terjadi pemotongan anggaran produksi
besar-besaran dari bagian keuangan. Agar mereka tidak saling konflik, gabung
saja dua bagian itu dibawah satu departemen. Sekali lagi contoh manajemen
konflik yang saya tulis ini hanya untuk menggampangkan, dan bukannya ‘resep’
yang harus diikuti secara membabi buta.
Teknik 9:
Ciptakan musuh bersama. Agar mereka tidak usreg saling konflik, ciptakan saja
musuh bersama. Musuh ini dapat berupa pesaing agresif yang harus dihadapi
dengan bersatu, dan bukannya terpecah belah seperti sekarang ini. Musuh
‘ciptaan’ dapat pula berupa ‘kunjungan’ pimpinan puncak ke bagian itu, yang
‘terpaksa’ mereka harus bersatu padu untuk bersama-sama ‘menyambut’ pimpinan
itu.
Bagaimana pembaca, cukup membantu uraian tadi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar