BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Geriatri (Ilmu
Kesehatan Lanjut Usia) yang dianggap penting adalah usia biologik seseorang bukan
usia kronologiknya (Agate,1970). Sering kita melihat seorang yang muda usianya
tetapi kelihatan sudah tua dan sebaliknya orang yang usianya tua terlihat masih
segar bugar jasmaninya. Perlu sekali kita menyoroti bertambahnya jumlah lanjut
usia (lansia) dalam beberapa tahun ke depan yang perlu mendapatkan perhatian
dari pemerintah. Skema penanganan jelas dibutuhkan agar lansia sebagai satu
masalah kependudukan utama bisa teratasi.
Oleh karena itu denga
berjalannya waktu yang tak dapat terelakkan manusia berupaya dengan segala
macam cara agar sedapat mungkin dapat menunda atau melambatkan jalannya “jam
waktu” ini dengan begitu mortalitas akan menurun.
Angka mortalitas pada lansia tidak
begitu mempengaruhi harapan hidup waktu lahir, karena ternyata menurut
angka-angka yang terkumpul, harapan hidup waktu usia 60 tahun, dinegara-negara
kurang berkembang (14,9 tahun) dan negara-negara yang sudah berkembang (18,5
tahun), tidaklah berselisih banyak (World Population, United Nations, 1980).
Jadi tegasnya disuatu negara sedang berkembang seperti di Indonesia ini. Angka
harapan hidup seseorang yang dapat mencapai usia 60 tahun adalah rata-rata 15
tahun, berarti ia dapat rata-rata mencapai usia 75 tahun.
Bahwa jumlah orang lansia akan naik
lebih cepat dari pada anak atau jumlah pertumbuhan penduduk keseluruhan, dapat
pula di hitung dengan rumus geometrik, ini menghasilkan bahwa golongan lansia
di Indonesia akan naik 3,96% setahunnya, sedangkan angka pertumbuhan anak di
bawah 15 tahun hanya angka naik 0,49 % per tahun. Angka pertumbuhan lansia yang
berumur 70 tahun ke atas bahkan akan naik 5,6% setahunnya dalam kurun waktu
1985-1995 (angka-angka dihitung dari BPS, Supas 1985).
BAB II
LANSIA DALAM
KEPENDUDUKAN
A. DEFINISI
Demografi
merupakan studi kependudukan dan mencakup berbagai hal seperti jumlah,
persentase kenaikan, jemns kelamin, umur harapan hidup, lokasi distribusi dan
perpindahan, anagka kelahiran dan kematian, pekerjaan dan penghasilan, status
perkawinan, pendidikan gaya hidup danlain-lain hal tentang penduduk.
Yang dimaksud
dengan kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas. Kelompok ini memerlukan perhatian khusus diabad 21 nanti, mengingat bahwa
jumlahnya meningkat dengan pesat, mereka juga secara potensial dapat menimbulkan
permasalahan yang akan mempengaruhi kelompok penduduk lainnya.Bila masyarakat
terlebih negara tak sanggup menghadapinya, tidak mustahil akan menimbulkan
berbagai dampak negatif. Sebaliknya jika langkah antisipasif yang tepat
djilankan, timbulnya hal negatif tadi dapat dicegah, bahkan dapat diatasi
dengan baik. Dengan demikian, aspek demografik dari kelompok penduduk Lanjut
Usia dan pihak-pihak yang akan mengatasi permasalahan lanjut usia tersebut.
JUMLAH DAN
PROSENTASE PENDUDUK
Jumlah dan prosentase Lanjut Usia yang berusia 60 tahun ke atas di
Indonesi senantiasa meningkat dari tahun ke tahun dan besarnya dapat dilihat
dalam angka-angka di bawah ini:
Tahun
|
Jumlah
|
Persentase
|
1980
1985
1990
1995
2000
|
7,99 juta
9,44 juta
11,28 juta
13,60 juta
15,88 juta
|
5,5 % dari jumlah penduduk
5,8 % dari jumlah penduduk
6,3 % dari jumlah penduduk
6,9 % dari jumlah penduduk
7,6 % dari jumlah penduduk
|
Sumber : sensus penduduk Indonesia Tahun
1971,1980, dan 1990
Abad ke-21 kelak sebagai kurun penduduk menua atau era
population ageing dan keadaan ini dapat diukur dengan berbagai indikator,
seperti media ageing, ageing index, aged dependency ratio, dan perbandingan
proporsi 75+/65.
UMUR HARAPAN HIDUP
Menurut Ananta, Aris wongkaren, Cicih, dalam kurun waktu 1990-1995, umur
hharapan hidup pria 61,25 tahun dan wanita 66.07 tahun. Dalam kurun waktu
1995-2000, umur harapan hidup pria maningkat menjadi 63.33 tahu dan wanita 69.0 tahun
L0KASI, DISTRIBUSI, DAN
PERPINDAHAN
Menurut penelitian Biro Pusat Statistik pada tahun 1990 didapatkan bahwa:
Ø Penduduk lanjut usia yang
hidup didesa sebanyak 74% dari seluruh penduduk Lansia
Ø Penduduk lanjut usia yang
hidup di kota sebanyak 26% dari seluruh penduduk lansia
Ø Penduduk lanjut usia 75:
yang hidup didesa dan menjadi kepala keluarga 45.3%
Ø Penduduk lanjut Usisa 75%
yang hidup di kota dan menjadi kepala keluarga 42.9%.
Angka Urbanisasi, yaitu
proporsi jumlah penduduk Lanjut Usia yang tinggal di perkotaan terhadap
penduduk keseluruhan, senantiasa meningkat. Hal ini terlihat dari data sebagai
berikut :
Tahun 1971. Propordi penduduk lansia diperkotaan terhadap penduduk
17.29%.
- Tahun 1980, proporsi penduduk
lansia diperkotaan terhadap seluruh penduduk 22,38%.
- Tahun 1990, proporsi penduduk
lansia diperkotaan terhadap seluruh penduduk 30.93%.
- Tahun 2000, proporsi penduduk
lansia diperkotaan terhadap seluruh penduduk 41.80%.
- Tahun 2015, proporsi penduduk lansia diperkotaan terhaadap seluruh penduduk 52.00%.
Peningkatan angka urbanisasi akan menimbulkan dampak
pada persebaran jumlah penduduk termasuk penduduk lansia.
ANGKA KELAHIRAN KASAR
(CRUDE BIRTH RATE)
Menurut data yang diproyeksi yang ditetapkan dalam Garis-Garis Besar haluan Negara 1998-2003, angka
Kelahiran kasar dari pelita ke pelita selanjutnya selalu menurun, seperti
terlihat berikut ini :
- Pada akhir pelita VI (1998)
sebesar 22.6 per 1000 penduduk
- Pada akhir pelita VII (2003)
sebesar 20.9 per 1000 penduduk
- Pada akhir pelita VII (2008)
sebesar 19.0 per 1000 penduduk
- Pada akhir pelita IX (2013)
sebesar 17.2 per 1000 penduduk
- Pada akhir pelita X (2018)
sebesar 16.1 per 1000 penduduk
ANGKA KEMATIAN KASAR (CRUDE
DEATH RATE)
Menurut data yang diproyeksi yang ditetapkan dalam Garis-Garis Besar haluan Negara 1998-2003, Angka Kematian
Kasar dari pelita VI ke pelita X seperti terlihat berikut ini:
- Pada akhir pelita VI (1998)
sebesar 7.5 per 1000 penduduk
- Pada akhir pelita VII (2003)
sebesar 7.2 per 1000 penduduk
- Pada akhir pelita VII (2008)
sebesar 7.1 per 1000 penduduk
- Pada akhir pelita IX (2013)
sebesar 7.1 per 1000 penduduk
- Pada akhir pelita X (2018)
sebesar 7.4 per 1000 penduduk
B.
PEKERJAAN
DAN PENGHASILAN
Menurut biro pusat statistik (1990), tingkat partisipasi angkatan kerja pada Lanjut Usia 60 hinga 64 tahun besarnya 59,9%
dan pada usia 65 tahun 40,5%. Di
perkotaan bahkan tingkat pengangguran penduduk lanjut usia yang berusia 65
tahun ke atas hanya 2.2%. Tingkat partisipasi angkatan kerja di pedesaan lebih
tinggi darin pada diperkotaan dan pada penduduk lanjut usia pria, tingkatnya
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Tingginya tingkat partisipasi angkatan
kerja penduduk lanjut usia ini disebakan oleh beberapa faktor, antara lain
proses penuaan, struktur penduduk tingkat sosial ekonomi masyarakat yang
membaik, umur harapan hidup penduduk lanjut usia yang bertambah panjang,
jangkauan pelayanan kesehatan serta status kesehatan penduduk lanjut usia yang
bertambah baik.
Alasan penduduk lanjut usia untuk bekerja antara lain
adalah karena disebabkan oleh jaminan sosial dan kesehatan yang masih kurang.
Disamping hal itu, desakan ekonomi merupakan hal yang mendorong untuk bekerja
dan mencari pekerjaan.Hal ini dimungkinkan karena pada umumnya keadaan
kesehatan fisik, mental dan emosional mereka masih baik. Banyak diantara mereka
bekerja untuk aktualisasi diri.
Menurut
Departemen Sosial Republik Indonesia (1996), jenis sektor pekerjaan yang
dipilih penduduk lanjut usia diperkotaan adalah sebagai berikut :
·
Perdagangan :38,4%
·
Pertanian : 27,1%
·
Jasa : 17,3%
·
Industri : 9,3%
·
Angkutan : 3,3%
·
Bangunan : 2,8%
Sedangkan di desa sebagai berikut :
·
Pertanian : 78,9%
·
Perdagangan : 9,1%
·
Industri ; 6,3 %
·
Jasa: 4,1 %
Penghasilan yang diterima oleh angkatan kerja lanjut
usia, sayangnya tidaklah tinggi. Berdasarkan data yang dikumpulkan sakernas
(1991), ternyata masih banyak amhkatan kerja lanjut usia yang menerima gaji
atau upah sebanyak Rp. 10 ribu sebulan dan lebih dari separo angkatan kerja
lanjut usia diperkotaan dan pedesaan menerima gaji atau upah sebesar Rp. 50
ribu hingga Rp. 100 ribu. Secara rinci hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah
ini,
Jumlah dan Persentase angkatan
kerja lanjut usia menurut
upah/gaji sebulan menurut tempat tinggal
di indonesia
Upah/gaji
|
Total
|
Perkotaan
|
Pedesaan
|
|||
Jumlah
|
persentase
|
Jumlah
|
persentase
|
Jumlah
|
persentase
|
|
<30 ribu
|
159851
|
27.15
|
40939
|
16.89
|
128912
|
33.61
|
30-99 ribu
|
937884
|
53.53
|
124867
|
51.59
|
210017
|
54.76
|
100-200 ribu
|
92663
|
14.81
|
57867
|
23.89
|
34796
|
9.08
|
>200 ribu
|
28292
|
4.52
|
18525
|
7.65
|
9769
|
2.55
|
Sumber: biro
pusat Statistik, 1993
Dimasa
mendatang akan terjadi struktur angkatan kerja yang menua. Jumlah mereka
semakin meningkat. Sebaliknya, angkatan kerja muda akan lebih sedikit. Dengan
tingkat pendidikan angkatan kerja muda lebih baik, mereka akan lebih mudah
mendapatkan pekerjaan. Tetapi di pasar kerja, mereka akan berhadapan dengan
angkatan kerja yang lebih tua dan lebih berpengalaman. Hal ini akan menimbulkan
konflik bila tidak diantisipasi dan diatasi dengan tepat.
C.
STATUS
PERKAWINAN
Mengingat umur harapan hidup pada penduduk lanjut usia
wanita lebih tinggi dari pada pria, junlah penduduk lanjut usia wanita yang mempunyai
status menikah lebih kecil darpada penduduk lanjut usia pria. Menurut Emil
Salim (1984), jumlah penduduk lanjut usia wanita yang berstatus menikah hanya
25%, dibandingkan dengan penduduk lanjut usia pria yang besarnya 84%. Karenatingkat pendidikan mereka
rendah dan partisipasi angkatan kerja golongan ini tidak tinggi, mereka harus
menanggung beban ekonomi berat setelah suaminya meninggal. Banyak diantara
mereka tidak dapat hidup secara mandiri lagi dan mereka terpaksa menjadi
tanggunggungan anak serta keluarganya.
D.
PENDIDIKAN
Menurut
data yang dikumpulkan departemen
Sosial Republik Indonesia (1996), tingkat pendidikan penduduk lanjut usia di
Indonesia masih belum baik. Hal ini terlebih-lebih terlihat pada penduduk
lanjut usia wanita yang tidak bersekolah, seperti dapat dibaca berikut :
Tabel 7
Penduduk lanjut usia
|
Persentase
|
Pria
|
Wanita
|
Bersekolah
|
60.0%
|
40.3%
|
72.8%
|
Tidak lulus sd
|
23.3%
|
31.7%
|
16.5%
|
Tamat SD
|
14.1%
|
20.8%
|
8.1%
|
Di atas SD
|
<5.0%
|
Rendahnya tingkat pendidikan ini
mengakibatkan merreka sulit menerima penyuluhan yang diberikan oleh tenaga
penyuluh.Disamping itu, hal ini akan menyulitkan mereka manakala mereka bekerja
atau mencari pekerjaan.
E. GAYA HIDUP
Gaya hidup penduduk lanjut usia terpaksa berubah. Karena
harus menyesuaikan diri dengan mundurnya secara alamiah fungsi alat indera dan
anggota tubuh mereka, baik secara fisik, mental maupun emosional. Kemampuan
mereka juga lambat laun menurun akibat adanya cacat tubuh dan berbagai penyakit
degeneratiof yang diderita, sehingga mereka mempunyai ketergantungan yang besar
pada keluarga dan orang lain. Gaya hidup yang berubah ini terlihat pada keadaan
sebagai berikut :
- Perubahan
karena penghasilan dan pendapatan yangmenurun.
- Terpaksa
terus bekerja, karena beban ekonomi.
- Perubahan
gaya hidup karena kemampuan menurun akibat cacat tubuh dan penyakit.
- Perubahan
gaya hidup karena mereka kini memerlukan pertolongan dan nasehat dalam
bidang kesehatan dan bidang sosial, seperti perawatan di rumah, katering
makanan atau dikenal sebagai meal on
wheel serta pelayanan terminal di saat lansia menghadapi ajalnya.
- Ketergantungan
pada keluarga , akibat cacat dan penyakit degeneratif yang diderita.
- Ketergantungan
pada negara.
- Mempunyai
waktu luang untuk berekreasi , olahraga, kesenian, mengembangkan hobi dan
manfaat serta melakukan kegiatan kesenian dan budaya.
- Mempunyai
kesempatan untuk menempuh pelajaran lagi.
- Lebih
bertaqwa kepada tuhan yang maha kuasa dan menambah kegiatan ibadah dan
keagamaan.
- Bergabung
dengan perkumpulan lanjut usia untuk meningkatkan aktualisasi diri dan
menambah sosialisasi dengan sesama lanjut usia.
- Berkiprah
dalam kegiatan sosial atau bergabung di lembaga swadaya masyarakat.
- Perubahan
peran lanjut usia dalam keluarga dan bertindak bukan sebagai kepala
keluarga lagi.
- Terpaksa
hidup sendiri dalam Panti sosial Tresna Wredha atau Sasana Tresna Wredha.
F. INDIKATOR DEMOGRAFIS
Berbagai indikator demografis yang lazim dipergunakan
adalah sebagai berikut :
a. Besar
dan Proporsi Penduduk Lanjut Usia
(The relative weight of elderly)
Angka
10% merupakan tanda transisi struktur penduduk muda ke arah tua
b. Usia
Median
(Median Age)
Membagi
sama penduduk muda dan tua
c. Penuaan
penduduk tua
(The ageing of the elderly
population)
Proporsi
penduduk lanjut usia di atas 75 tahun di banding lanjut usia di atas 60 tahun.
d. Komposisi
penduduk lanjut usia pria-wanita
(The sex composition of the elderly
population)
Ratio
penduduk lannjut usia pria-wanita
e. Indeks
penuaan
(The ageing index)
Ratio
penduduk lanjut usia terhadap 100 penduduk usia kurang dari 15 tahun
f.
Angka ketergantungan penduduk
lanjut usia
(The aged dependency ratio)
Jumlah
penduduk lanjut usia terhadap 100 penduduk usia kerja yang berusia 15-59 tahun
G.
DETERMINAN
PENUAAN PENDUDUK
(DETERMINANTS
OF POPULATION AGEING)
Angka-angka kelahiran yang lazim dipergunakan adalah :
- Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate).
- Angka kematian kasar (Crude Death Rate).
- Umur harapan hidup saat lahir (Life Expectancy)
H. KESEHATAN PADA LANJUT USIA INDONESIA
Membicarakan mengenahi
status kesehatan para lanjut usia: penyakit atau keluhan yang umum diderita
adalah penyakit reumatik, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru
(bronkitis/dyspnea), diabetus mellitus, jatuh (falls), paralisis/lumpuh separuh
badan, TBC paru, patah tulang dan kanker. Lebih banyak wanita yang mmenderita/mengeluhkan
penyakit-penyakit tersebut dari kaum pria, kecuali untuk bronkitis(pengaruh
rokok pada pria). Di pedesaan
masalah-masalah kesehatan ini kurang begitu berpengaruh nyata pada
aktivitas keseharian pada responden dibandingkan dengan mereka yang hidup di
kota.
Kesehatan dan status
fungsional seorang lanjut usia ditentukan oleh resultante dari faktor-faktor fisik,
psikologik dan sosioekonomik orang tersebut. Faktor-faktor tersebut tidak
selalu sama besar peranannya sehingga selalu harus diperbaiki bersama secara total patient care. Apalagi
dinegara-negara yang sedang berkembang faktor sosio ekonimik/ finansial ini
hampir selalu merupakan kendala yang penting. Maka dari itu kendala pelayanan
yang baik dari golongan lanjut usia tidaklah hanya merupakan tindakan
perikemanusiaan dan balas budi saja, tetapi juga penghematan sosio
ekonomik/finansial bagi kehidupan , dan kebahagiaan lanjut usia tadi
dipertahankan dan ditingkatkan.
I.
SIFAT-SIFAT PENYAKIT PADA LANJUT USIA
Sifat penyakit pada usia
lanjut usia ini perlu sekali untuk dikenali supaya kita tidak salah ataupun
terlambat menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lainnya yang
mengikutinya dengan segera dapat dilaksanakan. Hal ini akan menyangkut beberapa
aspek, yaitu etiologi, diagnosis, dan perjalanan penyakit.
1.
Etiologi
Sebab
penyakit pada orang lanjut usia ini pada umumya lebih bersifat endogen dari
pada eksogen. Hal ini umpamanya disebabkan karena menurunnya fungsi berbagai
alat tubuh karena proses menjadi tua. Sel-sel parenkim banyak diganti dengan
sel-sel penyagga (jaringan fibrotik), produksi hormon yang menurun, produksi
enzimmenurun dan sebagainya.
Dalam rangka ini juga produksi zat-zat untuk daya tahan tubuh seseorang
yang tua akan mengalami penurunan. Maka dari itu faktor penyebab infeksi
(eksogen) akan lebih mudah hinggap. Di negara-negara maju karena faktor infeksi
ini secara keseluruhan telah jarang ditemui, penyakit infeksi pada penderita
lanjut usia pun juga jarang dijumpai. Dinegara-negara yang sedang berkembang
justru masih banyak penyakit infeksi pada golongan anak-anak dan orang lanjut
usia.
Selain dari pada itu etiologi penyakit pada lanjut usia ini
seringkali tersembunyi, sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif.
Seringkali untuk menegakkan diagnosis kita memerlukan mengobservasi penderita
agak lama sambil mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-gejala
penyakitnya, yang juga memang seringkali tidak nyata. Dalam hal ini
allo-anamnesis dari pihak keluarga perlu digali secara sadar.
Seringkali penyebab penyakit tadi bersifat ganda (mulitple) dan
komulatif, terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya,
terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya. Dapat diharapkan
bahwa dinegara berkembang patologi multiple ini lebih menonjol lagi, karena
berpengaruhnya faktor endogen dan eksogen secara bersama-sama.
2.
Diagnosis
Diagnosis
penyakit pada lanjut usia ini pada umumnya lebih sukar dari pada usia
remaja/dewasa, karena seringkali tidak khas gejalanya. Selain itu
keluhan-keluhannya pun tidak khas dan tidak jelas, atipik dan tidak jarang
asimtopmatik. Umumnya appendicitis acuta pada orang lanjut usia seringkali
tidak disertai nyeri pada titik McBurney yang khas, tatapi umpamany hanya
dengan tanda-tanda perut kembung ataupun diare.
Demam seringkali tidak
ditemui. Serangan miokard infark akut pada orang lanjut usia jarang sekali
disertai rasa nyeri (silent infarction), seringkali ditemukan tanda-tanda syok dan atau tanda-tanda
dekompensasi jantung kiri ataupun hanya rasa tak enak dan lemah mendadak saja.
3.
Perjalanan penyakit
Pada
umumnya perjalanan penyakit geatrik ini adalah kronik, diselingi dengan
eksaserbasi akut. Selain daripada itu penyakitnya bersifat progresif, dan
sering menyebabkan kecacatan (invalalide) lama sebelum akhirnya penderita
meninggal dunia. Di Amerika angka-angka penyakit kronik mempunyai prevalensi
tertinggi pada dekade usia 35-54 tahun sedang invaliditas mencapai puncak pada
golongan umur 50-74 tahun (Stieglitz, 1954).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
- Semakin lama penduduk lanjut
usia berusia 60 tahun ke atas semakin banyak, dalam kaitan inilah, abad
ke-21 kelak adalah sebagai kurun penduduk menua.
- Persentase penduduk lanjut usia
wanita lebih banyak dari pada pria, banyak penduduk berbanding lurus
dengan umur harapan hidup dalam kurun waktu 1995-2000 umur harapan hidup
pria meningkat menjadi 63.33 tahun dan wanita 69.0 tahun.
- Tingkat pendidikan penduduk
lanjut usia di Indonesia masih belum ada kenaikan yang signifikan, oleh
karena itu mengakibatkan mereka sulit menerima penyuluhan yang diberikan
oleh tenaga penyuluh.
- Pada waktu sekarang ini golongan
lansia indonesia masih berkualitas rendah sebagai akibat sisa-sisa
penjajahan. Banyak dari mereka masih tergantung pada anak atau keluarga
lain dan kurang produktif. Keadaan ini akan mengalami peningkatan dengan
naiknya tingkat pendidikan mereka. Meskipun begitu kesehatannya tidak
seburuk yang diperkirakan, seperti terbukti dari penulis dkk. Yang
menemukan 95% dari mereka masih dengan ADL bidang fisik yang cukup baik,
sedangkan ADL-instrumental berkisar antara 70-80%.
- Penyakit-penyakit yang diderita
golongan lansia ini kebanyakan bersifat endogenik, multiple, dan kronik,
bersifat/ bergejala atipik, tanpa
menyebabkan imunitas malahan menjadi lebih rentan terhadap
penyakit/komplikasi yang lain. Maka dari itu diagnosis haruslah ditegakkan
dengan sangat cermat dan hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi,et al.2000.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah
penyakit pada Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Haryono ,Suyono.1994. Pokok-pokok Pikiran Menteri Negara
Kependudukan.Kepala BKKBN. Simposium Nasional Gerontologi dan Geriatri .
Serpong: Dewan Riset Nasional
Setyo, Tony, dan
Hardywinoto.1999.Panduan Gerontologi
Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar