PENDAHULUAN
Informasi merupakan
sebuah entitas yang berpotensi untuk menjadi sebuah kekuatan sekaligus sumber
kebingungan bagi banyak orang. Setiap hari kita ditantang untuk berhadapan
dengan informasi yang melimpah ruah dan melaju dengan kencang, dalam berbagai
format yang terhitung pula jumlahnya. Keterampilan dasar dalm melek informasi
yang tidak lain adalah kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan menggunakan
informasi dari berbagai sumber secara efektif, menjadi sebuah keahlian yang
teramat penting dan harus dikuasai oleh semua pihak baik pustakawan maupun
penggunna.
Konsep
“literasi informasi” diperkenalkan pertama kali oleh Paul Zurkowski, presiden information industry association dalam
proposalnya yang ditujukan pada Natioanal
Commision on Libraries and Information Science (NCIS) di Amerika Serikat
pada 1974. Proposal tersebut merekomendasikan tentang dimulainya sebuah program
nasional untuk pencapaian masyarakat yang melek informasi pada masa yang akan
datang yang telah diprediksikan.
Menurut Zurkowski, “masyarakat yang mampu dan
terampil dalam menggunakan sumber informasi dalam bidang pekerjaan mereka dapat
dikatakan sebagai masyarakat yang melek informasi. Mereka telah mempelajari
dengan terampil bagaimana caranya menggunakan sejumlah alat informasi untuk
memecahkan masalah mereka”. Dua tahun kemudian Burchinal mengemukakan satu
definisi yang lebih kompleks, “Untuk menjadi orang yang melek informasi
dibutuhkan penguasaan sejumlah keterampilan baru, antara lain kemampuan untuk
menempatkan dan menggunakan informasi untuk keperluan memecahkan masalah dan
mengambil keputusan secara lebih efektif”.
Pentingnya information literacy memunculkan
kesadaran baru yang telah mendorong banyak professional informasi dan
organisasi-organisasi yang menaunginya untuk berlomba-lomba memberikan definisi
information literacy yang paling tepat. State University of New York memberikan
definisi literasi informasi sebagai kemampuan untuk mengenali saat informasi
dibutuhkan, ditempatkan, dievaluasi untuk kemudian digunakan secara efektif dan
sekaligus mengkomunikasikannya kedalam berbagai bentuk dan jenis.
PEMBAHASAN
Masyarakat Informasi
Banyak kalangan termasuk
para ahli komunikasi meyakini bahwa peradaban masa depan adalah masyarakat
informasi (information society) yaitu peradaban di mana informasi sudah
menjadi komoditas utama dan interaksi antar manusia sudah berbasis teknologi
informasi dan komunikasi. Dengan teknologi saat ini informasi dapat diperoleh
dan dipublikasikan dengan mudah. Di sisi lain, kemudahan ini membuat masyarakat
mengalami kebingungan dalam memilih informasi mana yang dapat dipercaya, atau
siapa sumber yang layak dikutip. Masyarakat informasi juga memunculkan adanya
kekuatiran akan pemanfaatan informasi itu sendiri.
Informasi bukan lagi sebatas
kata-kata atau kalimat. Informasi bagaikan pisau bermata tajam di mana jika
sampai ke pembaca yang salah dapat berakibat fatal. Tak dapat dipungkiri
informasi apapun, kini dengan mudah dapat diakses oleh siapa saja dan dengan
mudah pula dipergunakan untuk tujuan apa saja. Teknologi informasi yang
berkembang demikian pesat telah menjadikan masyarakat sebagai konsumen yang
rakus informasi. Dapat dipastikan bahwa sebagian besar warga masyarakat di
dunia ini telah tersentuh oleh yang namanya teknologi informasi. Entah itu
dalam bentuk elektronik, multimedia, atau virtual. Radio, telepon, faksimili,
televisi, internet merupakan media yang jamak sekali ditemukan di tengah-tengah
masyarakat desa maupun kota. Masalahnya adalah sulit sekali membendung arus
informasi. Yang dapat dan harus dilakukan adalah meningkatkan literasi
masyarakat dengan mendidik berpikir kritis terhadap informasi yang diterima.
Budaya Literasi
Secara sederhana, literasi
dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya
dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki
arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan
mengandung beragam arti (multi literacies). Ada bermacammacam
keberaksaraan atau literasi , misalnya literasi komputer (computer literacy),
literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology
literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information
literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Seorang
dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi
yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan
tersebut.
Literasi Informasi
Literasi informasi (information
literacy) telah menjadi fokus perhatian utama dunia pendidikan, khususnya
perpustakaan Amerika sejak era delapan puluhan. Menurut American Library
Association (ALA), information literacy merupakan salah satu komponen
penting yang harus dimiliki setiap warga dan berkontribusi dalam mencapai
pemelajaran seumur hidup. Kompetensi dalam information literacy bukan hanya
sekedar pengetahuan di kelas formal, tetapi juga praktek langsung pada diri sendiri
dalam lingkungan masyarakatnya. Literasi informasi juga sangat diperlukan dalam
setiap aspek kehidupan manusia, dan itu berlangsung seumur hidup. Literasi informasi
menambah kompetensi masyarakat dengan mengevaluasi, mengorganisir dan
menggunakan informasi.
Elemen – Elemen Informasi Literasi
Menggunakan informasi dalam berbagai bentuk untuk
“berliterasi” diluar kemampuan dasar seperti menulis dan membaca. Beberapa
jenis berliterasi yang berperan dalam elemen literacy information:
- Visual
Literacy, yaitu didefinisikan sebagai kemampuan memahami dan menggunakan
gambar termasuk pula kemampuan untuk berfikir, belajar, serta
mengekspresikan gambar tersebut. Visual Literacy dibedakan menjadi 3 yaitu
visual learning, visual thinking, dan visual communication.
- Media
Literacy, yaitu kemampuan warga negara untuk mengakses, menganalisa, dan
memproduksi informasi untuk hasil yang spesifik menurut National
Leadership Conference on Media Literacy.
- Computer
Literacy, yaitu kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi dokumen dan
data menggunakan perangkat lunak pengolah kata, pangkalan data dan
sebagainya.
- Digital
Literacy, yaitu keahlian yang berkaitan dengan penguasaan sumber dan
perangkat digital. Mereka yang mamapu mengejar dan menguasai perangkat –
perangkat digital mutakhir dicitrakan sebagai penggenggam masa depan, dan
sebaliknya yang tertinggal akan semakin sempit kesempatannya untuk meraih
kemajuan.
- Network
Literasi, yaitu satu istilah yang masih berkembang (evolving). Untuk dapat
mengakses, menempatkan, dan menggunakan informasi dalam dunia berjejaring
misalnya internet, dalam berinternet pengguna harus menguasai keahlian
ini. Menurut Eisenberg (2004), karakteristik orang yang melek jaringan
adalah:
·
Memiliki kesadaran akan
luasnya penggunaan jasa dan sumber informasi berjejaring
·
Memiliki pemahaman bagaimana
sistem informasi berjejaring diciptakan dan dikelola.
·
Dapat melakukan temu balik
informasi tertentu dari jaringan dengan menggunakan serangkaian alat temu balik
informasi.
·
Dapat memanipulasi informasi
berjejaring dengan memadukannya dengan sumber lain dan meningkatkan nilai informasinya
untuk kepentingan tertentu.
·
Dapat menggunakan informasi
berjejaring untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang terkait dengan
pengambilan keputusan, baik untuk kepentingan tugas maupun pribadi, serta
menghasilkan layanan yang mampu meningkatkan kualitas hidup.
·
Memiliki pemahaman akan
peran dan penggunaan informasi berjejaring untuk memecahkan masalah dan
memperingan kegiatan dasar hidup.
Information Literacy merupakan
satu term yang bersifat inklusif. Dengan menguasainya maka sejumlah keahlian
diatas dapat dicapai dengan lebih mudah. Hubungan antara informasi literasi
dengan elemen – elemennya adalah saling melengkapi dan tidak terpisahkan
namun bukan merupakan suatu prosedur.
PENUTUP
Literasi informasi merupakan
kompetensi mutlak yang harus dimiliki setiap anggota masyarakat di era
informasi. Literasi informasi menuntut kemampuan berpikir kritis masyarakat dan
kemauan untuk terus menjadi pemelajar seumur hidup. Proses ini tidak pernah
berhenti pada suatu titik. Artinya, dibutuhkan kesadaran mendalam dari tiap
warga masyarakat untuk perduli pada literasi mereka. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang begitu pesat tidak selalu
membawa kemudahan bagi masyarakat. Membludaknya
informasi yang dapat diakses melalui internet justru menimbulkan kebingungan
tersendiri bagi pengguna. Salah satu cara yang dapat dilakukan perpustakaan
adalah dengan memberikan pendidikan pemakai dengan fokus pada pengembangan
literasi informasi pengguna. Tidak diragukan lagi bahwa information literacy
skill adalah salah satu hal yang sangat mendesak bagi kita semua (baca:
pustakawan dan professional informasi lainnya). Keberhasilan dalam pencapaian
information literacy pada kalangan professional informasi dan masyarakat
pengguna membutuhkan usaha yang keras dengan konsistensi yang terus menerus
serta dukungan dari pihak – pihak yang berkepentingan dalam hal ini
perpustakaan dan institusi yang ada diatas. Formula untuk mempermudah
pencapaiannya telah dirumuskan oleh para praktisi dan akademisi bidang
informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar