Nontonlah film ARISAN, ada
adegan seorang istri, sosialita yang berkencan dengan brondong, lalu apes
karena di saat kencan mobilnya kena razia polisi. Apes karena harus digiring ke
kantor polisi, diinterogasi begana-begini, oleh polisi dengan mata menyelidik
dan curiga.
Sama seperti Wanda atawa Wanda Hamidah. Dia ini, sosialita iya,
dan pesohor iya, karena mantan model yang aktifis 98, politikus iya,
karena lalu gabung ke PAN, dan jadi anggota DPRD. Justru profesi
terakhir ini yang membuat geger saat BNN menggerebek rumah Raffi.
Wanda ada di rumah itu. Rumah Raffi, yang setelah pers dan awak
infotaimen dengan sok tahunya yang besar lalu mengendus terus perkara ‘ada apa
Wanda di rumah Raffi mantannya Yuni Shara. Pun sedemikian jadi hebohnya karena
status Wanda, janda metropolitan.
Teror kepada Wanda tak berhenti sampai mengorek soal ternyata
memang Raffi sedang PDKT dengan Wanda. Dua kali Wanda menyambangi rumah Raffi,
soal bagaimana si Oedipus Complek Raffi pernah menjemput Wanda dari Gedung
Dewan. Sampai dengan gigihnya menghubung-hubungkan selera Raffi Ahmad pada
janda muda.
Tak berhenti sampai di situ. Tapi juga soal sebelum ke rumah Raffi
ternyata Wanda baru saja Dugem… kedugemannya dengan digambarkan bukan Wanda
sedang jojing di lantai disco, dengan muka kuyu, rambut awut-awutan, tapi foto
duduk-duduk bersama sosialita lainnya…. sebuah penggambaran “dugem” yang apa
adanya.
Tidak media cetak, online, tapi juga televisi, mengobok-obok
Wanda… yang secara tendensius mencurigai ada apa–apa ini, kenapa politikus,
sosialita, janda pula, pagi buta sudah ada di rumah bujangan… sudah begitu
diembel-embeli pesta narkoba pula. Walaupun fakta tes urin Wanda negatif
narkoba, itu bukan soal benar.
Semua menyudutkan Wanda. Seoarang Sosialita Janda, yang tanpa
etika kenapa pagi-pagi buta di rumah bujangan setelah “dugem”, bahwa seorang
Anggota Dewan Yang Terhormat tak sepantasnya ada di rumah bujangan pagi-pagi
buta lagi, harusnya mengurus soal Jakarta di kantor DPRD Jakarta kan? Lebih
diperumit dengan menghubung-hubungan tentang sensitifitas agama, bukan muhrim
tak boleh itu menyambangi pagi-pagi laki-laki yang bukan muhrimnya.
Walaupun setelah dinyatakan bebas narkoba, boleh pulang oleh BNN,
Wanda keluar sudah dalam kondisi babak belur. Toh, yang membuat babak belur
itu, saat Wanda datang di sebuah acara stasiun televisi berita itu, pembawa
acara tivi itu tetap dengan innocent-nya bertanya ke Wanda, “anda merasa
dihakimi media?, apakah akan menuntut media?”
Lebih innocent lagi waktu pembawa acara dengan sebegitu
perhatiannya bertanya, “bisa tidur nyenyak di BNN, Bu Wanda Hamidah?”. Olala
Televisi Jaman sekarang ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar