Senin, 18 Februari 2013

Benarkah SBY Galau, Anas Dikudeta


TV ONE dalam acara ILC Selasa malam lalu terasa lebih kepada pengadilan kepada Partai Demokrat (PD) tersebab keluarnya "titah" SBY, sang Ketua Pembina. Titahnya sendiri keluar disebabkan oleh elektabilitas PD yang turun bebas konon imbas persoalan Anas Urbaningrum yang disebut-sebut terus terlibat kasus Hambalang.
Sebagai penikmat acara yang ratingnya sangat tinggi itu saya merasa ikut galau sebagaimana judul acara yang ditampilkan TV One, “Presiden Galau, Anas Dikudeta”. Kegalauan saya tentu saja karena perdebatan antara kelompok pendukung PD dengan yang anti itu terasa lebih kepada mengadili PD yang sedang bermasalah. Padahal masalah PD sebenarnya adalah masalah internal mereka. Tapi yang ikut memperdebatkannya adalah orang-orang di luar PD. Kata Akbar Faisal, “Saya tidak mau membicarakan PD karena lebih baik membicarakan negara”. Maksud politisi Hanura yang sudah meloncat ke NasDem itu, tidak perlu membicarakan partai orang lain.
Di titik ini hanya perasaan kebingungan yang memuncak dalam benak dan perasaan saya. ILC menyediakan waktu begitu panjang hanya untuk membicarakan PD. Meskipun topik acara dimaksudkan untuk meneropong kegalauan SBY, Ketua Dewan Pembina yang adalah Presiden RI yang kata Tv One telah "mengkudeta" kekuasaan Anas atas PD, nyatanya debat yang timbul justru merembes kemana-mana, termasuk berita sensasi tentang laporan pajak SBY dan keluarganya.
Tentu saja kelompok Ruhut bersama Gede Pasek, Amir Syamsuddin dan kawan-kawan tidak terima perdebatan yang lebih memunculkan masalah non politik itu. Amir Syamsuddin sampai meminta kepada semua orang yang getol membicarakan keburukan PD untuk, “Berhentilah galau, yang galau sesungguhnya adalah para pengamat dari luar partai kami. SBY tidak galau tapi orang-orang itu yang galau. Berhentilah galau!!!”. Berulang-ulang Amir mengatakan itu, tentu Amir Syamsuddin menjadi galau dan boleh jadi juga bingung. Orang di luar di partai kok terlalu bernafsu mempermasalahkan partai lain, kira-kira seperti kelompok pengurus dan kader PD lainnya yang hadir.
Bisa jadi pemirsa Tv One malam tadi itu juga akan terbelah menjadi dua kelompok besar. Menyesuaikan kelompok yang muncul dalam acara ILC itu. Yang pro kepada Amir Syamsuddin, dkk tentu saja akan geram dan benci melihat kelompok di seberangnya. Mengapa persoalan internal partai orang lain harus dipersoalkan oleh orang-orang di luar partai? Bukankah itu urusan pengurus dan kader partai itu sendiri?
Tapi yang anti PD tentu saja memandang perlu diskusi seperti itu agar partai-partai yang sejatinya cerminan demokrasi Indonesia tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh petinggi partainya. Jangan partai-partai di negeri ini dirusak oleh pengurusnya sendiri hanya karena kekuasaan belaka. Apalagi partai yang menamakan dirinya demokrat, tentu nilai-nilai demokrasi itu sendiri yang wajib dikedepankan. Jika setiap Dewan Pembina partai merasa lebih berhak mengurus partai dari pada Ketua Umum partai itu sendiri, maka hancurlah partai itu. Tentu saja pandangan ini tidak selamanya benar.
Bagi rakyat mungkin tidak terlalu memusingkan percekcokan yang terdapat dalam hampir semua partai di negeri ini. Tapi jika partai ingin mencerahkan rakyatnya dalam berpolitik yang baik, bersih dan beretika maka tanggung jawab partailah untuk membuktikan bahwa partai itu memang baik, bersih dan beretika. Apa yang dilihat oleh rakyat tentang partai itu, begitu jualah yang akan tertanam dalam benak dan pikiran rakyat. Tokoh-tokoh dan para kader partai akan menjadi cermin dan pedoman rakyat dalam memutuskan pilihannya dalam pemilu. Apakah tokoh itu dapat dipercaya dan dianggap bersih, itulah kata kuncinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar