TV ONE dalam acara ILC Selasa malam lalu terasa
lebih kepada pengadilan kepada Partai Demokrat (PD) tersebab keluarnya
"titah" SBY, sang Ketua Pembina. Titahnya sendiri keluar disebabkan
oleh elektabilitas PD yang turun bebas konon imbas persoalan Anas Urbaningrum
yang disebut-sebut terus terlibat kasus Hambalang.
Sebagai penikmat acara yang ratingnya sangat
tinggi itu saya merasa ikut galau sebagaimana judul acara yang ditampilkan TV One, “Presiden
Galau, Anas Dikudeta”. Kegalauan saya tentu saja karena perdebatan antara
kelompok pendukung PD dengan yang anti itu terasa lebih kepada mengadili PD
yang sedang bermasalah. Padahal masalah PD sebenarnya adalah masalah internal
mereka. Tapi yang ikut memperdebatkannya adalah orang-orang di luar PD. Kata
Akbar Faisal, “Saya tidak mau membicarakan PD karena lebih baik membicarakan
negara”. Maksud politisi Hanura yang sudah meloncat ke NasDem itu, tidak perlu
membicarakan partai orang lain.
Di titik ini
hanya perasaan kebingungan yang memuncak dalam benak dan perasaan saya. ILC
menyediakan waktu begitu panjang hanya untuk membicarakan PD. Meskipun topik
acara dimaksudkan untuk meneropong kegalauan SBY, Ketua Dewan Pembina yang
adalah Presiden RI yang kata Tv One telah "mengkudeta" kekuasaan Anas
atas PD, nyatanya debat yang timbul justru merembes kemana-mana, termasuk
berita sensasi tentang laporan pajak SBY dan keluarganya.
Tentu saja
kelompok Ruhut bersama Gede Pasek, Amir Syamsuddin dan kawan-kawan tidak terima
perdebatan yang lebih memunculkan masalah non politik itu. Amir Syamsuddin
sampai meminta kepada semua orang yang getol membicarakan keburukan PD untuk,
“Berhentilah galau, yang galau sesungguhnya adalah para pengamat dari luar
partai kami. SBY tidak galau tapi orang-orang itu yang galau. Berhentilah
galau!!!”. Berulang-ulang Amir mengatakan itu, tentu Amir Syamsuddin menjadi
galau dan boleh jadi juga bingung. Orang di luar di partai kok terlalu bernafsu
mempermasalahkan partai lain, kira-kira seperti kelompok pengurus dan kader PD
lainnya yang hadir.
Bisa jadi
pemirsa Tv One malam tadi itu juga akan terbelah menjadi dua kelompok besar.
Menyesuaikan kelompok yang muncul dalam acara ILC itu. Yang pro kepada Amir
Syamsuddin, dkk tentu saja akan geram dan benci melihat kelompok di
seberangnya. Mengapa persoalan internal partai orang lain harus dipersoalkan
oleh orang-orang di luar partai? Bukankah itu urusan pengurus dan kader partai
itu sendiri?
Tapi yang anti
PD tentu saja memandang perlu diskusi seperti itu agar partai-partai yang
sejatinya cerminan demokrasi Indonesia tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh
petinggi partainya. Jangan partai-partai di negeri ini dirusak oleh pengurusnya
sendiri hanya karena kekuasaan belaka. Apalagi partai yang menamakan dirinya
demokrat, tentu nilai-nilai demokrasi itu sendiri yang wajib dikedepankan. Jika
setiap Dewan Pembina partai merasa lebih berhak mengurus partai dari pada Ketua
Umum partai itu sendiri, maka hancurlah partai itu. Tentu saja pandangan ini
tidak selamanya benar.
Bagi rakyat mungkin tidak terlalu memusingkan
percekcokan yang terdapat dalam hampir semua partai di negeri ini. Tapi jika
partai ingin mencerahkan rakyatnya dalam berpolitik yang baik, bersih dan
beretika maka tanggung jawab partailah untuk membuktikan bahwa partai itu
memang baik, bersih dan beretika. Apa yang dilihat oleh rakyat tentang partai
itu, begitu jualah yang akan tertanam dalam benak dan pikiran rakyat.
Tokoh-tokoh dan para kader partai akan menjadi cermin dan pedoman rakyat dalam
memutuskan pilihannya dalam pemilu. Apakah tokoh itu dapat dipercaya dan
dianggap bersih, itulah kata kuncinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar