Di antara sekian banyak kontestan Miss
Indonesia 2013 yang tayang di RCTI tadi malam, saya menjagokan wakil dari
Sulawesi Tenggara. Saya memilihnya karena dia cantik. Meski melulu pakek bahasa
Indonesia saat jawab, dara 17 tahun ini terlihat tulus. Tapi wajah cantik saja
enggak cukup, dia mungkin keliatan gugup. Dan bahwa ada banyak yang jauh lebih
berkualitas dirinya. Tapi ada yang seru pas pertanyaan di Lima Besar. Yah, dia
juga masuk TOP 5!
Pertanyaan itu
datang dari seorang desainer lelaki yang sudah berumur. Pertanyaannya seperti
ini, “Apa hukuman terbaik untuk koruptor agar memberikan efek jera?”.
MIss Sultra
menjawab dengan yakin, “HUKUMAN MATI” entah bagaimana bahasa detilnya, tapi
hukuman mati bagi para koruptor ini sangat memberikan efek jera juga untuk
meminimalisasikan kepadatan penduduk. Usai menjawab, scene berganti sama si
kakek berkacamata tadi. Yang tampak menepuk jidat dan pasang mimik tak puas.
Sementara tepuk tangan bergemuruh. Entah menertawakan entah mendukung. Si
Daniel yang bawain acara juga kasih respon yang menurut saya kurang cerdas.
Terdengar sangat menertawakan dan menyepelekan. Yah, sial kali yah Miss Sultra
dapat pertanyaan kayak gitu? Pertanyaan yang enggak membawanya sampai ke Top 3.
Apa mungkin
HUKUMAN MATI bukan solusi? Apa mungkin juri gak setuju sama komentar tersebut.
Jangan-jangan juri (terutama si kakek tadi) mengira bahwa jawaban itu terlalu
ekstrim? Sehingga tanpa sadar mendukung para koruptor di Indonesia. Atau
mengharapkan jawaban yang lebih enak? Mungkin seperti, mendikotomikan dulu
korupsinya sampai sejauh mana. Apa kecil, apa besar. Namun waktu sepanjang 60
detik yang menuntut pikiran harus serba cepat dan tanggap, jawaban tadi menurut
saya brilian. Tapi saya lupa, orang2 di bangku juri kan berkapabel semua.
Secara orang-orang kaya mereka. (HAHAHAH!!! Apa hubungannya?)
Di Indonesia
ini paradigmanya masih sama. Orang jawab pakek bahasa Inggris dianggap keren.
Padahal yang penting kontennya. Memang banyak Miss Indonesia Top 10 yang
jawabannya keren-keren. Mereka menunjukkan kalau mereka bisa english. Tapi soal
konten atau isi jawaban, itulah yang terpenting. Wakil Jateng di Top 10
menjawab sempat ngeblang sendiri, namun dia berhasil jadi juara dua. Tentu
penilaian sudah mulai pas karantina. Yah anggap saja semuanya cocok dan adil.
Di tangan
Daniel, tayangan ini mirip Indonesian Idol. Kacrut banget! Pengumuman finalis
yang masuk final aja kayak gaya-gaya Indonesian Idol babak eliminasi. belum
lagi jam yang molor. Sampai lima jam kali ada. Isinya dipenuhi konser musik
BCL, Chakra Khan, dan Trio Idol yang salah satunya masih lupa lirik mulu (Sapa?
Tuh yang jabrig rambutnya kayak mi beku) Untungnya pas nyanyi kayak ada text
screen.
Dan pemenangnya adalah Vania, asal Kalimantan
Barat, Dia pintar seriosa, fluent english dan soal cantik, sesungguhnya lebih
cantik Whulandary. Tapi di Miss World tampaknya bukan itu yang jadi patokan.
Inesh Putri saja bisa masuk Top 15, padahal fisiknya biasa saja. Apakah Vania
akan berjaya di Miss World 2013 yang tuan rumahnya adalah Indonesia sendiri?
Kurang yakin, kalaupun masuk, mungkin hanya akan kembali masuk Top 15, atau
tidak masuk sama seakali karena “jatah” Top 15 sudah dua tahun sebelumnya
diberikan. Jadi tuan rumah bukan berarti hars place kan? Kayak kasus Thailand
di Miss Universe 2005, atau Cyprus di 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar