Kita adalah apa yang kita tonton, apa yang
kita baca, dan apa yang kita makan. Maka dari itu saya mengerti ada beberapa
orang yang sangat menikmati menikmati sinetron, dan beberapa orang lainnya
memaki-maki kenapa sinetron masih bersileweran di stasiun tv kita. Kendati isi
dari tayangan sinetron kita cenderung membodohi dan asal-asalan. Padahal saya
tahu, dalam benak mereka, orang-orang yang menikmati sinetron itu tahu kalo
sedang dibodoh-bodohi. Lucu sekali ya cara berpikir mereka. Tahu dibodohi tapi
masih tetap mau dibodohi.
Apa kalau ada tayangan yang lebih bermutu
mereka akan tetap beralih tayangan? Dengan sangat menyesal saya akan mengatakan
mungkin tidak. Orang-orang yang suka tayangan sinetron itu tetap akan mencari
tayangan yang menurut kita tidak bermutu. Ya selera mereka akan tetap seperti
itu. Ada yang berpendapat selera itu terpengaruh dari tingkat pendidikan dan
lingkungan pergaulan. Tapi bagi kebanyakan orang selera rendah itu bisa juga
dari cara hidup dan kebiasaan. Kalo ada orang yang terbiasa membaca tulisan
murahan, dia akan seperti itu selamanya.
Apakah bisa dirubah? Mmhh mungkin bisa
tapi akan sangat lama, karena itu saya berpikir betapa buruknya selera
masyarakat kita pada umumnya. Kebanyakan, ya karena dari dulu kita dicekoki
tayangan yang sama tidak bermutunya.
Saya cuman merasa prihatin. Ya, memang ada
beberapa dari kita, minoritas, yang tidak suka betapa buruknya isi dari
tayangan dari tv nasional. Tapi berapa banyak? Alih-alih protes di media social
atau di blog tetap tidak ada yang berubah. Karena kita kalah jumlah dari
orang-orang yang seleranya memang buruk.
Saya sudah lama tidak melihat tv nasional.
Apakah saya tidak nasionalis? Saya juga baru tahu heboh banget banjir di
jakarta dari social media. I don’t care.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar