Determinisme berasal dari bahasa
Latin determinare
yang artinya menentukan atau menetapkan batas atau membatasi. Secara umum,
pemikiran ini berpendapat bahwa keadaan hidup dan perilaku manusia ditentukan
oleh faktor-faktor fisik geografis, biologis, psikologis, sosiologis, ekonomis dan
keagamaan yang ada. Determinisme juga berpegangan bahwa perilaku etis manusia
ditentukan oleh lingkungan, adat istiadat, tradisi, norma dan nilai etis
masyarakat. Istilah ini dimasukkan menjadi istilah filsafat oleh William Hamilton
yang menerapkannya pada Thomas
Hobbes. Penganut awal pemikiran determinisme ini adalah demokritos
yang percaya bahwa sebab-akibat menjadi penjelasan bagi semua kejadian.
Beberapa pengertian antara lain :
- Determinisme beranggapan bahwa setiap kejadian pasti sudah ditentukan.
- Semua kejadian disebabkan oleh sesuatu.
- Segala sesuatu di dunia bekerja dengan hukum sebab-akibat.
- Sudut pandang filsafat alam melihat determinisme sebagai teori tentang
satu-satunya determinasi dari setiap peristiwa alam.
- Contoh bentuk pemikiran determinisme: Orang yang bertubuh lemah, geraknya lebih lamban dari orang yang bertubuh kuat; Orang yang berasal dari keluarga harmonis diharapkan dapat menjadi manusia yang lebih seimbang daripada mereka yang berasal dari keluarga yang kacau.
Budaya Korupsi sudah lama terbentuk di Bumi
Nusantara, di waktu masih jayanya Para Raja-Raja sudah ada “Budaya Feodalisme
dan Kapitalisme” itu adalah demikian. Masya Allah!!! Mengapa??? Mengapa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dipimpin dengan system “Feodalisme dan
Bourjouisme”??? Itulah kenyataannya, tiga puluh dua tahun Bangsa Republik
dipimpin dalam realita gaya kerajaan, sehingga terbentuklah opini “ASAL BAPAK
SENANG”. Benar atau tidaknya saya tidak tahu, kala itu ada fenomena di
masyarakat bila kita ingin jabatan tertentu dengan bersedia membayar “Uang
Pangkal” dan “Upeti” akan mendapat dan meraih kedudukan dan jabatan tertentu
(misalnya Menteri; Dirjen; Irjen). Betulkah demikian??? Ingin bukti, tanyakan
saja kepada Pondasi Gedung Tinggi. Mentalitas Korupsi sudah membudaya, bila
tidak ikut memeriahkan budaya, bersiap-siaplah memasuki pintu kesulitan. Dari
kita berurusan membuat KTP, SIM, Pasport, Pindah Alamat dan Pinjam Uang ke bank
(Kredit) selalu menemui Mental-Mental Tikus dari oknum-oknum bersangkutan. Saat
itu mau mengelak? Tidak Mungkin!!! Selesainya KTP mungkin bisa berbulan-bulan,
tetapi bila ada minyak pelicin, satu hari saja selesai. Baru setelah adanya
Masa Reformasi, sedikit demi sedikit orang mulai kembali kepada kesadarannya.
Budaya Korupsi termakan oleh ulat Budaya Malu yang memakan daun sedikit demi
sedikit. Mengapa ungkapannya demikian??? Karena pada dasarnya pelaku korupsi
(koruptor) adalah bagaikan Ulat yang memakan daun sehingga tanaman kehilangan
daunnya, yang lambat laun matilah pohonnya. Kepindahan tangan kepemimpinan dari
Mr. Soeharto kepada Mr. Habibie ada kehilangan momentum Kharisma Kepemimpinan,
sehingga pada masa itu terjadilah pemindahan keuangan di Perbankan Nasional di
atas normal. Pelakunya adalah mereka yang khawatir tidak dapat lagi menggunakan
hasil dari korupsinya. Terjadilah tekanan Mata Uang Dollar terhadap Rupiah yang
amat luar biasa (Rupiah Melemah). Banyak Dana Indonesia tersenyum di Singapura
dan Hongkong !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar