Nenek moyang manusia (Adam dan Hawa) pernah
berlumuran dosa dan pembangkangan pada kehendak Ilahi. Hingga terusir dari
surga dan terdampar di bumi. Namun pada titik itulah mereka jadi manusia
seutuhnya. Mahluk pendosa. Jadi, kita punya suri tauladan yang sempurna!
Apakah jika mahluk pendosa masuk partai agama
sifat pendosanya otomatis hilang begitu saja, berubah jadi malaikat? Lihatlah
kenyataannya. Ia tetap manusia. Maka, jangan heran ketika tokoh partai
agama tahu-tahu ketangkap terima suap, dari korupsi alih fungsi hutan lindung
(Al Amin Nasution, kader PPP) sampai dugaan korupsi impor sapi (LHI Cs,
Presiden PKS).
Di Indonesia
ternyata terbukti bahwa kader-kader partai agama bisa juga kedapatan korupsi
lalu berurusan dengan penegak hukum. Persis sama dengan kader-kader partai
non-agama, hanya beda di kuantitas dan kualitas saja. Intinya tetap sama,
sama-sama korupsi.
Adalah mimpi
berharap manusia sebagai mahluk politik bebas dosa, termasuk bebas dari korupsi
di tengah budaya dan sistem politik yang korup. Sedangkan di sistem surga saja
manusia tetap mampu mencari celah untuk melanggar batas larangan, karena itulah
tabiat manusia.
Mimpi pula
jika seorang berjanggut, bersorban, dan bercelana gantung tampilannya
benar-benar “islami” lalu tidak jelalatan lihat gadis montok atau duit
menggunung sementara ia mampu untuk merengkuhnya dan tidak kelihatan oleh orang
lain. Setidaknya tempuh jalur aman, tambah istri sekian dan sekian (poligami)
sekalipun mengecewakan istri tua tentunya.
Termasuk
ketika si “islami” itu masuk partai agama. Harus diingat, partainya memang
berideologi agama, tapi manusianya tetap memiliki kharakter pendosa. Janggut
seperti jamrut khatulistiwa tapi hati menggeletar melihat uang di mana-mana.
Sudahlah.
Hilangkan harap partai agama bebas dosa. Partai adalah tempat homo sapiens
menyalurkan hasrat politiknya akan kekuasaan. Untuk mencapai hasrat itu butuh
ransum yang tak sedikit untuk bekal di jalan.
Merupakan
karakter dasariah manusia jadi mahluk pendosa, apapun partainya. Kecuali partai
agama itu dijalankan oleh para malaikat. Ini manusia semua isinya.
Yang mungkin
mengurangi celah bagi aktivitas para pendosa itu dengan memperkuat sistem, baik
cheks and balances di tubuh partai maupun kontrol dari pihak eksternal. Inilah
pesan penting dari perpolitikan.
Dari sini
mulai berangsur berterima fakta bahwa partai agama memang memiliki karakter
dasariah sebagai pendosa. Kharakter yang dibawa oleh figur-figur kadernya yang
notabene manusia semua.
Bisa jadi para pendosa itu terus berlumuran dosa
bila tak ada introspeksi diri (pertobatan) dan perbaikan sistem, baik sistem
kepartaian maupun sistem politik secara keseluruhan. Dosa, hampir pasti sebagai
sebuah keniscayaan. Dan lebih pasti lagi godaan perdosaan ketika simbol-simbol
agama di bawa ke politik praktis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar