Kesehatan merupakan salah satu dimensi vital
yang strategis dalam kehidupan berbangsa, khususnya dalam aspek pembangunan
manusia. Ini dikarenakan pembangunan kesehatan berhubungan langsung dengan
upaya untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai
resources yang sangat menentukan kemajuan dan masa depan sebuah bangsa
(generasi unggul). Selain itu juga, kesehatan merupakan elemen konstitusi yang harus
dan wajib diselenggarakan oleh negara, terlebih dalam konteks bagaimana
menjamin terselenggaranya upaya kesehatan yang tanpa diskriminatif.
Di Indonesia,
dimensi pembangunan kesehatan belum menjadi hal yang prioritas dalam kebijakan
pemerintah, terlebih dalam rezim SBY. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
demokrasi dan sistem politik yang dibangun saat ini, dimana orientasi yang
dibangun masih berfokus pada upaya-upaya untuk bagaimana mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan semata. Hal jelas terlihat lewat dinamika internal
Partai Demokrat. Bagaimana sebuah rezim penguasa mampu melakukan segala cara
untuk menyelamatkan dan melindungi dinasti dan oligarki politik yang dia
bangun, tanpa segan-segan “merusak” konsepsi demokrasi itu sendiri. Substansi
politik yang seharusnya menjadi tool’s untuk mensejahterakan masyarakat masih
menjadi sebuah cita-cita yang utopis. Akibatnya, realitas kesehatan Indonesia
hari ini benar-benar merupakan konsekuensi logis dari lemahnya perhatian
pemerintah tersebut. Masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (Human
Development Index) serta ancaman tidak tercapainya Milenium Development Goal’s
(MDG’s), ditambah lagi diskriminasi akses layanan kesehatan yang dialami oleh
masyarakat miskin, jelas merupakan akibat dari pembangunan kesehatan yang belum
menjadi priorotas utama. Sayangnya, Mr. President memilih lebih fokus pada
persoalan partai Demokrat. Ini jelas menyimpang dari political value sebagai
seorang kepala negara.
Hal diatas
menjadi semakin kompleks dengan masih rendahnya kesadaran hidup sehat
masyarakat kita, apalagi mereka dengan status ekonomi menengah kebawah.
Kemiskinan adalah masalah utama yang menjadi akar masalah dalam dunia kesehatan
hari ini. Upaya kesehatan edukatif lewat kegiatan yang berorientasi promotif
dan preventif yang harusnya mampu menjadi antitesis dari persoalan tersebut,
justru di- ”nina bobo” -kan pemerintah yang lebih fokus pada hal-hal yang
bersifat kuratif-rehabilitatif. Maraknya korupsi yang melibatkan pihak cikeas,
justru merupakan dosa dan pengkhianatan terhadap kemiskinan yang menggurita di
masyarakat. Ini harus segera dikoreksi masyarakat!
Untuk itu, dibutuhkan sosok kepemimpinan
nasional yang betul-betul memahami akar persoalan yang menjadi faktor krusial
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Sosok pemimpin profesional yang
memiliki visi yang kuat, misi yang terukur, serta mampu menginspirasi seluruh
elemen bangsa, tentunya dalam bingkai keIndonesiaan yang mampu menerjemahkan
dan menjalankan dengan sepenuh hati apa yang telah dan menjadi amanah
konstitusi demi tercapainya cita-cita politik sebagaimana yang menjadi harapan
para founding father kita. Bukan sebaliknya, pemimpin nasional yang mengalami
“defisit moral” yang hanya mengedepankan upaya-upaya untuk meraih dan
melanggenggkan kekuasaannya, sebagaimana rezim yang hari ini berkuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar