Selasa, 12 November 2013

Sosiolog yang "Aneh"

Insiden penyiraman air yang dilakukan oleh Juru Bicara FPI, Munarman terhadap Sosiolog UI, Thamrin Amal Tomagola dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi, Jumat 28 Juni 2013. Mengundang banyak kontroversi. dari berbagai kalangan. Banyak yang mengecam tindakan Munarman tersebut. Tetapi tak sedikit pula yang membelanya.

Saat pertama kali melihat tayangan ulang video kejadian itu minus suara, saya memang terkejut dan heran pada tindakan Munarman. Kok tega memperlakukan orang tua seperti itu di depan umum, yang mungkin disaksikan juga oleh jutaan mata lainnya di dunia.

Tetapi saya berusaha berpikir jernih karena saya yakin pasti ada alasan yang kuat bagi seorang Munarman sehingga dia mampu melakukan hal yang kelihatannya konyol seperti itu. Dan, karena saya pun belum tahu benar kronologis kejadian itu, saya hanya melihat videonya. Saya pun berusaha mengumpulkan kembali informasi tentang acara tersebut.

Acara dialog Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne ini direncanakan membahas tentang niat polisi untuk menindak tegas ormas yang melakukan sweeping selama bulan Ramadhan, yang diundang adalah Munarman sebagai Jubir FPI, Tamrin Amal Tomagola diundang sebagai sosiolog, dan Brigjen Pol Boy Rafli (Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri) dari pihak Polri.

Dari sini saya mulai memahami plot awal dari acara ini. Intinya adalah dialog antara pihak ormas (FPI) dan pihak Mabes Polri berkaitan dengan niatan polisi untuk menindak tegas ormas yang melakukan sweeping selama bulan Ramadhan. Dan untuk menengahi dialog ini maka diperlukan seorang pakar sosiologi (sosiolog).

Namun, dikarenakan ada acara di Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli akhirnya hanya bisa ikut via telepon. Terlihat bahwa masing-masing memang telah ditempatkan sesuai dengan perannya masing-masing.

Munarman, jelas dia sebagai juru bicara ormas Islam dari FPI, Brigjen Pol Boy Rafli, jelas sebagai Humas Mabes Polri. Dan khusus untuk Thamrin Amal Tomagola saya uraikan cukup lengkap. Dr. Thamrin Amal Tomagola adalah sosiolog dari Universitas Indonesia. Ia sempat mengenyam pendidikan di beberapa universitas, antara lain Sosiologi FISIP UI (1974), Univeristas Nasional Australia (M.A. bidang demografi sosial, 1982), dan Universitas Esex, Britania Raya (Ph.D. bidang sosiologi media, 1990).

Sosiolog adalah orang yang mendalami sosiologi dan kemudian menjadi ahli dalam ilmu tersebut. Mungkin perlu saya tambahkan uraian tentang apa peran yang diharapkan dari seorang sosiolog dalam masyarakat:

Sosiolog sebagai Ahli Riset
Para Sosiolog menaruh perhatian pada pengumpulan dan penggunaan data. Sosiolog bekerja sama dengan menggunakan berbgai cara. Misalnya sosiolog memimpin riset ilmiah dan kemudian mencari data tentang kehidupan sosial suatu masyarakat. Data itu kemudian diolah menjadi suatu karya ilmiah yang berguna bagi pengambilan keputusan. Dengan demikian, seorang sosiolog bisa menghadirkan ramalan sosial berdasarkan pola-pola atau kecenderungan serta perubahan-perubahan yang paling mungkin terjadi.

Sosiolog sebagai Konsultan Kebijakan
Ramalan sosiolog dapat pula membantu memperkirakan pengaruh kebijakan sosial yang mungkin terjadi. Setiap keputusan kebijakan sosial adalah suatu ramalan. Artinya, kebijakan diambil dengan suatu harapan menghasilkan pengaruh yang diinginkan. Namun sering terjadi bahwa kebijakan yang diambil tidak memenuhi harapan tersebut. Contohnya apakah kebijakan pemberian santunan terhadap anak-anak miskin akan memperbaiki taraf kehidupan dan pendidikan mereka ?.

Sosiolog sebagai Teknis
Beberapa sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka memberi saran-saran yang baik dalam penyelesaian berbagai masalah hubungan masyarakat, hubungan antar karyawan, masalah moral maupun hubungan antar kelompok dalam masyrakat atau suatu organisasi. Dalam kedudukan tersebut sosiolog bekerja sebagai ilmuwan terapan. Mereka dituntut untuk menggunakan pengetahuan ilmiahnya dalam mencari nilai-nilai tertentu, seperti efisiensi kerja atau efektifitas suatu program atau kegiatan masyarakat.

Sosiolog sebagai Guru atau Pendidik
Dalam menyajikan suatu fakta, seorang sosiolog harus bersikap netral dan objektif. Contohnya dalam menyajikan fakta tentang masalah kemiskinan, seorang sosiolog tidak boleh menciptakan anggapan sebagai pendukung suatu proyek kegiatan tertentu, atau mengubahnya sehingga terkesan reformis, konservatif dsb.

Kembali ke acara dialog tersebut. Setelah memahami plot acaranya, saya bisa melihat kejadian itu secara lebih jelas. Kemudian pada akhirnya saya malah mendapat gambaran aneh dari kehadiran pakar sosiologi yang ada di acara tersebut. Sosiolog yang seharusnya menjadi penengah (fungsi sosiolog secara umum, merujuk peran seorang sosiolog dalam masyarakat) dalam acara ini, malah justru tidak terlihat sebagai sosiolog sebagaimana yang diharapkan, yang seharusnya netral malah lebih memunculkan kesan berpihak. Tidak terlihat peran dia sebagai sosiolog dalam acara ini. Kalau dia benar-benar berperan sebagai seorang sosiolog sejati seharusnya tidak akan terjadi perdebatan antara dia dan Munarman.

Munarman tetap konsisten sebagai seseorang yang mewakili ormas, tidak melenceng dari peran dia dalam acara tersebut. Dia bagai anak yang ingin semua pikiran-pikirannya didengarkan dan dipahami oleh orang yang dianggap bisa lebih netral dan lebih memahami masalah-masalah. Tapi kenapa justru terus berusaha dipatahkan. Alih-alih terjadi dialog antara pihak ormas dengan pihak kepolisian, malah terjadi debat antara Munarman dengan sang sosiolog.

Sosiolog yang aneh kan ?

Saya tidak menganggap tindakan Munarman benar, tetapi saya bisa memaklumi mengapa dia bisa melakukan itu.

Saya bersyukur acara itu dilakukan di pagi hari, soalnya bila dilakukan siang hari mungkin suguhannya bukan teh manis tetapi es batu plus cendol. Bakal tambah rame acara siramannya, bakal lebih runyam urusannya.

Ya sudah, semoga kejadian ini tidak meluas kemana-mana, dan dapat selesai dengan kedamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar