Baik ekonomi maupun sosiologi merupakan disiplin ilmu dengan tradisi ilmu yang mapan. Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat terlihat dari fenomena ekonomi sebagai suatu gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka yang diawali oleh proses produksi, konsumsi dan pertukaran. Dengan sendirinya dalam pemenuhan kebutuhannya atau dalam melakukan tindakan ekonomi, seseorang akan berhubungan dengan institusi-institusi sosial seperti pasar, rumah sakit, keluarga dan lainnya. Smelser kemudian mendefinisikan ilmu ekonomi: Studi mengenai cara manusia dan masyarakat memilih, dengan atau tanpa memakai uang, untuk menggunakan sumber daya produktif yang dapat mempunyai alternatif untuk menghasilkan berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk konsumsi, sekarang atau masa depan, di antara berbagai orang dan kelompok orang dalam masyarakat.
Sedangkan sosiologi merupakan disiplin ilmu yang berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal-hal yang selama ini dianggap sebagai hal-hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar dan nyata. Kelahiran sosiologi berawal dari Eropa Barat di mana terjadi proses-proses perubahan seperti pertumbuhan kapitalisme pada akhir abad ke-15; perubahan-perubahan di bidang sosial dan politik perubahan yang berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya individualisme; lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, dan revolusi industri pada abad ke-18 serta revolusi Perancis.
Peletakan dari fondasi sosiologi ekonomi diawali oleh beberapa karya tokoh – tokoh ternama, seperti :
v Karl Marx (1818-1883), dimana karyanya adalah The Economic and Philosophical Manuscript of 1844, The Communist Manifesto (1848), dan A Contribution to The Critique of Political Economy (1859).
v Max Weber (1864-1920), salah satu karyanya adalah The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. Bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari Bisnis Barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad ke-16 dan digerakkan oleh doktrin Calvinisme (doktrin tentang takdir).
v Emile Durkheim (1858-1917), studinya tentang The Division of Labor in Society (1893) sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran sosiologi ekonomi. Baginya pembagian kerja merupakan sarana utama bagi penciptaan kohesi dan solidaritas dalam masyarakat modern.
Namun, disamping itu ternyata ada beberapa aspek sosial yang bisa dijadikan acuan dalam melakukan analisis yang mempengaruhi perilaku ekonom oleh individu adalah agama dan nilai-nilai tradisional, ikatan kekeluargaan, dan etnisitas. Dalam perkembangan dunia menuju modern yang semakin menjauh dari “nilai”, aspek-aspek sosial tersebut mendapat serangan yang begitu dahsyat dari para teoritisi modernis. Aspek-aspek tersebut dituding sebagai faktor yang menghambat pertumbuhan industrialisasi. Tetapi, kenyataannya serangan tersebut tidak sepenuhnya terbukti.
Beberapa penelitian tentang agama dan nilai-nilai tradisional dan budaya local memperlihatkan betapa kedua hal tersebut menjadi pendorong bagi kemunculan kapitalisme. Dalam sekte Calvinis Agama Kristen terbukti bahwa agama tersebut selalu menekankan pada para pengikutnya dengan menekankan untuk bekerja keras dan hidup hemat, dan itu merupakan bagian dari etika Sekte Calvinis tersebut. Kemudian di Jepang dan di Indonesia pun terdapat kenyataan bahwa kaum agamawanlah yang pada kenyataannya memiliki semangat berlebih dalam melakukan interaksi ekonomi. Ikatan kekeluargaan dan etnisitaspun tak terlepas dari kecaman kaum modernis tersebut. Disebutkan bahwa keduanya merupakan faktor yang juga menghambat pertumbuhan ekonomi. Namun statemen tersebut masih saja menemukan kejanggalan.
Familiisme atau sumberdaya keluarga memililki kontribusi terhadap perkembangan ekonomi seperti kelahiran kapitalisme Cina. Meskipun dalam kaca mata ekonomi, ikatan kekeluargaan juga memberikan efek negative terhadap kemajuan ekonomi. Sebab, akan menempatkan antar individunya dalam “lingkaran setan” loyalitas yang pada hokum kalkulasi rasional ekonomi.
Adapun hubungan keterlekatan atau kaitan antara sosiologi dengan ekonomi yaitu masalah-masalah ekonomi yang meliputi motif ekonomi dan tindakan ekonomi
Masalah-masalah Ekonomi memiliki beberapa faktor, antara lain:
• Faktor Ekonomi
• Faktor Sosial-Budaya
• Faktor Fisik
• Faktor Pendidikan
Motif Ekonomi mencakup antara lain; motif internal(autonomous) dan motif eksternal(mobilized), selain itu juga ada motif-motif lainnya, yaitu:
• Memenuhi kebutuhan
• Motif keuntungan
• Motif penghargaan
• Motif kekuasaan
Motif sosial: yang mencakup tiga poin, yaitu Integrasi sosial, struktur sosial, dan juga status sosial. Integrasi sosial diindikasikan dengan adanya asimilasi, akulturasi, dan kooperasi dimana akan terjadi pembauran nilai-nilai yand ada pada masyarakat.
Dari adanya motif-motif di atas akan menimbulkan tindakan Ekonomi yang di bedakan menjadi 2, yaitu:
• Tindakan Rasional / untung rugi
• Tindakan Irrasional / like dislike
Jadi Sosiologi Ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, disribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat. Jadi, fokus analisis untuk Sosiologi Ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variable-variabel sosiologi yang terlibat dalam konteks non-ekonomis. Pola dan sistem yang berlaku dalam mekanisme pasar — interaksi ekonomi yang dilakukan antar individu dan masyarakat — sebenarnya berawal dari hubungan yang sederhana antara individu dan masyarakat (interaksi sosial) dalamrangka mengatasi kelangkaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, ekonomi tidak dapat dipisahkan dari aspek sosial. Bahkan aktivitas ekonomi selalu melekat dalam sosialitas tempat kejadian ekonomi itu berlangsung. Begitupun berlaku yang sebaliknya. Sebagai misal mari kita ulas sejenak pandangan sosiologi terhadap fenomena proses produksi dan proses distribusi. Proses produksi dan proses distribusi dengan berbagai analisa yang digunakan disiplin ekonomi ternyata masih mempunyai sisa untuk dipandang dari segi lain oleh disiplin ilmu lain: sosiologi.
Proses produksi dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekoomis tetapi juga sosiologis yang mempunyai peran subsistem dalam sebuah struktur masyarakat.
Dalam proses distribusi atau pertukaran terlihat proses relasi antara rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumsi. Sebenarnya bukan dalam hal distribusi barang hasil produksi saja proses ini terlihat tetapi ketika rumah tangga konsumsi menyediakan faktor-faktor produksi pun proses ini sudah terlihat yaitu distribusi faktor-faktor produksi yang meliputi: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal. Dengan mencermati proses distribusi kita bisa melihat secara sosiologis bagaimana kegiatan masyarakat berkegiatan dalam bidang ekonomi. Dalam proses inilah yang merupakan relasi antara permintaan dan penawaran kita semakin melihat manusia sebagai makhluk ekonomis dan juga makhluk sosial
Sosiologi Ekonomi berkembangan dari benua Eropa, yang ditupang oleh paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dg alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas.
Max Weber dan Emile Durkheim mendefinisikan sosiologi ekonomi sbg fenomena ekonomi yang dilihat dari perepektif sosiologi. Sosiologi Ekonomi mencapai puncaknya pada tahun 1890-1920. Pada masa itu ada beberapa paham yang berkembang, diantaranya sebagai berikut :
§ Paham Klasik / Neo Klasik
Merkantilisme Ekonomi (Abad 17- 18 di Eropa di sebut jaman Merkantilis). Abad 19 disebut ekonomi politik. Meningkatkan kekuasaan negara dg meningkatkan kekayaan. Negara menjajah utk meningkatkan kekayaan dan logam mulia. KEKAYAAN NEGARA = JML UANG NEGARA= LOGAM MULIA, EMAS DAN PERAK
§ Paham Adam Smith
Dalam buku Wealth of National. Th. 1723 – 1790. Menyangkal akomulasi logam mulia, tetapi memperluas distribusi pasar. Intinya: pasar merupakan persaingan bebas. Doktrinnya: perdagangan bebas. Namun kenyataannya terjadi persaingan pasar yang tidak sempurna.
§ Paham Keynes (1883 -1946)
John Maynard Keyner memerbaiki ekonomi klasik dari 2 segi: 1. output dan harga sebagai agregat, bukan hanya perusahaan individual. 2, mengingkari konsep equilibrilium, namun selalu ada sumber yg tdk digunakan.
§ Paham Herbert Spencer (1820 – 1903)
Evaluasi sosial serupa dg evaluasi beologis. Lahir- kecil- dewasa- besar- tua – mati. Masyarakat dari homogen ke heterogen. Ada 2 tipe masyarakat, masyarakat militer dan industrial.
Semenjak itu muncullah tokoh – tokoh ahli ekonomi sosiologi klasik, sebagai berikut :
§ Karl Marx (1818-1883). Beliau berpendapat daya tarik materi juga menentukan struktur dan proses dalam masyarakat. Poin utama yang di angkat oleh Marx adalah tenaga kerja dan produksi, tiap orang harus bekerja untuk bertahan hidup. Marx sering mengkritik Adam Smith atas teori Invisible Hand-nya.
§ Max Weber (1864-1920). Beliau banyak sekali menghasilkan tulisan-tulisan, seperti yang paling terkenal antara lain The protestant ethic and the spirit of capitalism dan Economy and Society.
§ Emile Durkheim (1858-1917). Tidak seperti Weber, Emile tidak banyak mengetahui tentang ilmu ekonomi, tidak banyak membuat tulisan dan tidak memberikan kontribusi yang banyak pada Sosiologi Ekonomi. Pada bukunya The Division of Labor in society yang memiliki banyak keterkaitan pada Sosiologi Ekonomi, di mana pada buku tersebut di sebutkan bahwa perubahan struktur sosial sebagaimana perkembangan masyarakat dari status yang tidak dibedakan pada masa primodialisme untuk sebuah langkah yang dikarakteristikkan dengan pembagian tenaga kerja yang kompleks pada dunia yang modern.
§ George Simmel (1858-1918). Fokus pada analisa-analisa ketertarikan. Biasanya menunjukkan fenomena ekonomi diantara yang lebih luas cakupannya.
Sedangkan sosiologi merupakan disiplin ilmu yang berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal-hal yang selama ini dianggap sebagai hal-hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar dan nyata. Kelahiran sosiologi berawal dari Eropa Barat di mana terjadi proses-proses perubahan seperti pertumbuhan kapitalisme pada akhir abad ke-15; perubahan-perubahan di bidang sosial dan politik perubahan yang berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya individualisme; lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, dan revolusi industri pada abad ke-18 serta revolusi Perancis.
Peletakan dari fondasi sosiologi ekonomi diawali oleh beberapa karya tokoh – tokoh ternama, seperti :
v Karl Marx (1818-1883), dimana karyanya adalah The Economic and Philosophical Manuscript of 1844, The Communist Manifesto (1848), dan A Contribution to The Critique of Political Economy (1859).
v Max Weber (1864-1920), salah satu karyanya adalah The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism. Bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari Bisnis Barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad ke-16 dan digerakkan oleh doktrin Calvinisme (doktrin tentang takdir).
v Emile Durkheim (1858-1917), studinya tentang The Division of Labor in Society (1893) sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran sosiologi ekonomi. Baginya pembagian kerja merupakan sarana utama bagi penciptaan kohesi dan solidaritas dalam masyarakat modern.
Namun, disamping itu ternyata ada beberapa aspek sosial yang bisa dijadikan acuan dalam melakukan analisis yang mempengaruhi perilaku ekonom oleh individu adalah agama dan nilai-nilai tradisional, ikatan kekeluargaan, dan etnisitas. Dalam perkembangan dunia menuju modern yang semakin menjauh dari “nilai”, aspek-aspek sosial tersebut mendapat serangan yang begitu dahsyat dari para teoritisi modernis. Aspek-aspek tersebut dituding sebagai faktor yang menghambat pertumbuhan industrialisasi. Tetapi, kenyataannya serangan tersebut tidak sepenuhnya terbukti.
Beberapa penelitian tentang agama dan nilai-nilai tradisional dan budaya local memperlihatkan betapa kedua hal tersebut menjadi pendorong bagi kemunculan kapitalisme. Dalam sekte Calvinis Agama Kristen terbukti bahwa agama tersebut selalu menekankan pada para pengikutnya dengan menekankan untuk bekerja keras dan hidup hemat, dan itu merupakan bagian dari etika Sekte Calvinis tersebut. Kemudian di Jepang dan di Indonesia pun terdapat kenyataan bahwa kaum agamawanlah yang pada kenyataannya memiliki semangat berlebih dalam melakukan interaksi ekonomi. Ikatan kekeluargaan dan etnisitaspun tak terlepas dari kecaman kaum modernis tersebut. Disebutkan bahwa keduanya merupakan faktor yang juga menghambat pertumbuhan ekonomi. Namun statemen tersebut masih saja menemukan kejanggalan.
Familiisme atau sumberdaya keluarga memililki kontribusi terhadap perkembangan ekonomi seperti kelahiran kapitalisme Cina. Meskipun dalam kaca mata ekonomi, ikatan kekeluargaan juga memberikan efek negative terhadap kemajuan ekonomi. Sebab, akan menempatkan antar individunya dalam “lingkaran setan” loyalitas yang pada hokum kalkulasi rasional ekonomi.
Adapun hubungan keterlekatan atau kaitan antara sosiologi dengan ekonomi yaitu masalah-masalah ekonomi yang meliputi motif ekonomi dan tindakan ekonomi
Masalah-masalah Ekonomi memiliki beberapa faktor, antara lain:
• Faktor Ekonomi
• Faktor Sosial-Budaya
• Faktor Fisik
• Faktor Pendidikan
Motif Ekonomi mencakup antara lain; motif internal(autonomous) dan motif eksternal(mobilized), selain itu juga ada motif-motif lainnya, yaitu:
• Memenuhi kebutuhan
• Motif keuntungan
• Motif penghargaan
• Motif kekuasaan
Motif sosial: yang mencakup tiga poin, yaitu Integrasi sosial, struktur sosial, dan juga status sosial. Integrasi sosial diindikasikan dengan adanya asimilasi, akulturasi, dan kooperasi dimana akan terjadi pembauran nilai-nilai yand ada pada masyarakat.
Dari adanya motif-motif di atas akan menimbulkan tindakan Ekonomi yang di bedakan menjadi 2, yaitu:
• Tindakan Rasional / untung rugi
• Tindakan Irrasional / like dislike
Jadi Sosiologi Ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, disribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat. Jadi, fokus analisis untuk Sosiologi Ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variable-variabel sosiologi yang terlibat dalam konteks non-ekonomis. Pola dan sistem yang berlaku dalam mekanisme pasar — interaksi ekonomi yang dilakukan antar individu dan masyarakat — sebenarnya berawal dari hubungan yang sederhana antara individu dan masyarakat (interaksi sosial) dalamrangka mengatasi kelangkaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, ekonomi tidak dapat dipisahkan dari aspek sosial. Bahkan aktivitas ekonomi selalu melekat dalam sosialitas tempat kejadian ekonomi itu berlangsung. Begitupun berlaku yang sebaliknya. Sebagai misal mari kita ulas sejenak pandangan sosiologi terhadap fenomena proses produksi dan proses distribusi. Proses produksi dan proses distribusi dengan berbagai analisa yang digunakan disiplin ekonomi ternyata masih mempunyai sisa untuk dipandang dari segi lain oleh disiplin ilmu lain: sosiologi.
Proses produksi dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekoomis tetapi juga sosiologis yang mempunyai peran subsistem dalam sebuah struktur masyarakat.
Dalam proses distribusi atau pertukaran terlihat proses relasi antara rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumsi. Sebenarnya bukan dalam hal distribusi barang hasil produksi saja proses ini terlihat tetapi ketika rumah tangga konsumsi menyediakan faktor-faktor produksi pun proses ini sudah terlihat yaitu distribusi faktor-faktor produksi yang meliputi: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal. Dengan mencermati proses distribusi kita bisa melihat secara sosiologis bagaimana kegiatan masyarakat berkegiatan dalam bidang ekonomi. Dalam proses inilah yang merupakan relasi antara permintaan dan penawaran kita semakin melihat manusia sebagai makhluk ekonomis dan juga makhluk sosial
Sosiologi Ekonomi berkembangan dari benua Eropa, yang ditupang oleh paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dg alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas.
Max Weber dan Emile Durkheim mendefinisikan sosiologi ekonomi sbg fenomena ekonomi yang dilihat dari perepektif sosiologi. Sosiologi Ekonomi mencapai puncaknya pada tahun 1890-1920. Pada masa itu ada beberapa paham yang berkembang, diantaranya sebagai berikut :
§ Paham Klasik / Neo Klasik
Merkantilisme Ekonomi (Abad 17- 18 di Eropa di sebut jaman Merkantilis). Abad 19 disebut ekonomi politik. Meningkatkan kekuasaan negara dg meningkatkan kekayaan. Negara menjajah utk meningkatkan kekayaan dan logam mulia. KEKAYAAN NEGARA = JML UANG NEGARA= LOGAM MULIA, EMAS DAN PERAK
§ Paham Adam Smith
Dalam buku Wealth of National. Th. 1723 – 1790. Menyangkal akomulasi logam mulia, tetapi memperluas distribusi pasar. Intinya: pasar merupakan persaingan bebas. Doktrinnya: perdagangan bebas. Namun kenyataannya terjadi persaingan pasar yang tidak sempurna.
§ Paham Keynes (1883 -1946)
John Maynard Keyner memerbaiki ekonomi klasik dari 2 segi: 1. output dan harga sebagai agregat, bukan hanya perusahaan individual. 2, mengingkari konsep equilibrilium, namun selalu ada sumber yg tdk digunakan.
§ Paham Herbert Spencer (1820 – 1903)
Evaluasi sosial serupa dg evaluasi beologis. Lahir- kecil- dewasa- besar- tua – mati. Masyarakat dari homogen ke heterogen. Ada 2 tipe masyarakat, masyarakat militer dan industrial.
Semenjak itu muncullah tokoh – tokoh ahli ekonomi sosiologi klasik, sebagai berikut :
§ Karl Marx (1818-1883). Beliau berpendapat daya tarik materi juga menentukan struktur dan proses dalam masyarakat. Poin utama yang di angkat oleh Marx adalah tenaga kerja dan produksi, tiap orang harus bekerja untuk bertahan hidup. Marx sering mengkritik Adam Smith atas teori Invisible Hand-nya.
§ Max Weber (1864-1920). Beliau banyak sekali menghasilkan tulisan-tulisan, seperti yang paling terkenal antara lain The protestant ethic and the spirit of capitalism dan Economy and Society.
§ Emile Durkheim (1858-1917). Tidak seperti Weber, Emile tidak banyak mengetahui tentang ilmu ekonomi, tidak banyak membuat tulisan dan tidak memberikan kontribusi yang banyak pada Sosiologi Ekonomi. Pada bukunya The Division of Labor in society yang memiliki banyak keterkaitan pada Sosiologi Ekonomi, di mana pada buku tersebut di sebutkan bahwa perubahan struktur sosial sebagaimana perkembangan masyarakat dari status yang tidak dibedakan pada masa primodialisme untuk sebuah langkah yang dikarakteristikkan dengan pembagian tenaga kerja yang kompleks pada dunia yang modern.
§ George Simmel (1858-1918). Fokus pada analisa-analisa ketertarikan. Biasanya menunjukkan fenomena ekonomi diantara yang lebih luas cakupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar