Agak menyedihkan melihat perkembangan partai politik di negeri kita ini. Menjelang pemilu, pasti sibuk. Sebelum pemilu, adem ayem. Benar-benar berorientasi pemilu dan kekuasaan. Pendidikan politik buat masyarakat, nyaris nol besar.
Mereka justru memberikan pelajaran yang sebaliknya, bukan hal positif melainkan negatif. Lihat saja kiprah Partai Demokrat, yang sejumlah kadernya tersangkut korupsi. Lalu Partai Golkar, yang kadernya menyerempet uang cetak Al Quran. PKS, terlilit daging sapi, dan yang paling baru adalah Partai Gerindra dengan Hercules-nya.
Yang terakhir ini cukup menggelitik, mirip seperti PKS yang kalap ketika presidennya ditangkap KPK. Mereka menyerang KPK dengan opini negatif dan ancaman. Mental, karena publik lebih mendukung KPK. Sekarang Partai Gerindra melakukan hal sama. Lawannya bukan KPK, tapi Polri. Partai Gerindra terus menyerang Polri lewat opini atas penangkapan Hercules. Bahkan salah satu ketua Partai Gerindra, Fadli Zon menyebut penangkapan itu konyol. Duh… saya sebagai orang awam berpikir, yang konyol sebenarnya siapa ? Polri menangkap siapapun yang berbuat kriminal. Publik pun tahu siapa Hercules, tindak tanduknya, sepak terjangnya. Yang konyol siapa ? Yang menangkap preman/terduga pelaku kejahatan atau parpol yang merekrut gembong preman ?.
Logika dan akal sehat saya nggak bisa nyambung, kalau menyebut polisi yang norak. Justru, ketika Partai Gerindra merekrut Hercules dan menjadikannya sebagai kader adalah blunder terbesar Partai Gerindra, sejak berdiri. Blunder yang norak, publik juga tahu dan sudah lebih cerdas. Semoga ke depan, pendidikan politik oleh parpol lebih banyak dan lebih cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar