BAB
I
KE
ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
Ilmu merupakan
bagian dari pengetahuan yang dipelajari untuk bisa mengetahui segala sesuatu di
dalam kehidupan. Sering kali seseorang
mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Ada kalanya, rasa ingin tahu itu hanya
sekedar keingintahuan yang sebentar. Di
sisi lain, terkadang ada juga seseorang yang ingin mengetahui suatu hal karena
memang benar-benar ingin tahu. Sehingga
dia akan mencari apa yang ingin diketahuinya itu sampai dia
mendapatkannya. Setelah hal yang dicari
itu didapatkan, itulah yang dinamakan ilmu pengetahuan. Ada lagi saat-saat ketika seseorang ingin
mendapatkan suatu pengetahuan, orang itu akan menemui keraguan dalam mengambil
keputusan. Rasa ragu-ragu inilah yang
nantinya akan menghasilkan suatu kepastian.
Pada saat rasa ingin tahu sesorang muncul dan menemui keraguan dalam
membuat keputusan itulah yang memulai adanya filsafat.
BAB
II
DASAR-DASAR
PENGETAHUAN
Penalaran adalah
proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Dalam mengambil kesimpulan diperlukan suatu
pola berpikir untuk mendapatkan jawaban dari apa yang sedang dipikirkan. Pola berpikir tersebut adalah logika. Logika merupakan suatu rancangan berpikir
yang bersifat lebih dari satu sudut pandang.
Dalam mengambil kesimpulan, suatu pemikiran seseorang sangat mungkin berbeda
dengan apa yang dipikirkan orang lain.
Logika akan memengaruhi cara berpikir sesorang. Oleh karena itu, terkadang seseorang tidak
konsisten dalam menjawab suatu permasalahan.
Dalam proses
berpikir, penalaran akan membutuhkan sifat analitik. Kemampuan pikiran untuk menganalisa
kejadian-kejadian dalam kehidupan akan membantu mendapatkan suatu
kesimpulan. Sifat analitik akan
menganalisa mana hal-hal yang diperlukan dan tidak diperlukan, mana hal yang
baik dan buruk, serta yang umum dan khusus. Analisa akan dilakukan oleh pikiran, sehingga pikiran mampu untuk
melakuan penalaran. Sementara itu,
manusia akan mengembangkan pengetahuan dari penalarannya dengan bahasa, agar
bisa lebih komunikatif.
Pengetahuan juga
didasarkan atas logika. Logika memungkinkan
manusia untuk bisa memisahkan hal-hal yang bersifat umum dan khusus. Selanjutnya manusia akan menggunakan dua
metode dalam mengasah logikanya, yaitu deduktif dan induktif. Logika deduktif akan menarik hal-hal yang
bersifat umum menjadi hal-hal yang bersifat khusus. Sedangkan logika induktif merupakan cara
berpikir yang mengelompokkan hal-hal yang bersifat khusus menjadi hal yang
bersifat lebih umum. Tujuan akhir dari
kedua metode tersebut adalah untuk menarik sebuah kesimpulan.
Sumber
pengetahuan merupakan asal mula pengetahuan itu berasal. Pengetahuan yang berasal dari pengetahuan
yang besifat personal dan tidak bisa diramalkan disebut intuisi. Dalam intuisi, pengetahuan yang didapat
muncul secara tiba-tiba tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku. Sedangkan pengetahuan yang berasal dari Tuhan
disebut wahyu. Wahyu diturunkan oleh
Tuhan melalui malaikat kemudian disampaikan kepada nabi dan rasul untuk
disampaikan kepada manusia.
BAB
III
ONTOLOGI
: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
Ontologi
merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan atau hakikat apa yang
dikaji. Apa di sini adalah mengenai
objek dari suatu peristiwa. Dalam
pembahasannya, ada metafisika yang membahas mengenai basic atau hal yang dasar.
Faktor panca indera akan sangat berperan dalam mengkaji objek-objek
dalam kehidupan. Panca indera akan
membantu mengkaji mengenai teori keberadaan, dimana sesuatu yang ada pasti
nyata dan ada.
Ada dua tafsiran utama tentang metafisika, yaitu mengenai
pemikiran supernaturalisme dan naturalisme.
Supernaturalisme berarti ada kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan
kekuatan manusia yang ada pada dunia nyata. Dalam kehidupan, ada semacam wujud gaib yang berupa roh yang menjadi
kepercayaan. Kepercayaan yang
berdasarkan pemikiran supernaturalisme adalah animisme, dimana terdapat
kepercayaan terhadap roh nenek moyang manusia. Ada juga tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti pohon, jalan, dan
air terjun. Sementara itu, pemikiran
yang merupakan lawan dari supernaturalisme adalah pemikiran naturalisme, dimana
orang beranggapan bahwa semua yang ada di alam ini terjadi dengan sendirinya
yang merupakan proses di alam nyata. Aliran yang mengikuti pemikiran naturalisme ini adalah materialisme. Materialisme memandang segala sesuatu itu
berdasarkan wujud bahwa sesuatu itu dianggap ada jika mempunyai wujud.
Adanya asumsi memungkinkan manusia untuk mengeluakan
berbagai kemungkinan-kemungkinan untuk menjawab persoalan. Persoalan yang ada akan digunakan sebagai
cara untuk memperoleh kesimpulan yang akan menjadi pengetahuan. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan
diperlukan adanya hukum, dimana hukum ini akan menjadi semacam aturan main agar
bisa digunakan unuk menjadi pengatur dalam proses pemecahan masalah. Di dalam suatu asumsi biasanya terdapat
pembatasan-pembatasan mengenai beberapa hal yang menjadi inti kajian. Sebagai contoh ilmu fisika mengasumsikan
bahwa hal-hal yang dipelajari adalah mengenai keaadan fisik dan perhitungan di
dalam alam semesta. Sedangkan sosiologi
membatasi bahasannya pada perilaku dan tindakan masyarakat di dalam kehidupan.
Di dalam
kehidupan, sifat ilmu tidak akan selamanya mutlak. Ketika ada suatu permasalahan, ilmu akan
memunculkan beberapa kemungkinan-kemungkinan jawaban. Kemungkinan-kemungkinan inilah yang dinamakan
probababilitas. Ada peluang untuk
menyelesaikan permasalahan dengan alternatif jawaban yang lebih dari satu.
BAB
IV
EPISTEMOLOGI
: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
Epistemologi
merupakan cara untuk mendapatkan pengetahuan.
Ketika kita ingin mengetahi sesuatu, kita akan mencari cara bagaimana
kita bisa mengetahui tentang apa yang ingin kita ketahui. Itulah yang merupakan hakikat epistemologi.
Cara yang ingin
kita gunakan dalam mendapatkan suatu pengetahuan bukan hanya sekedar cara yang
penting kita bisa mengetahui sesuatu, namun bagaimana cara yang benar. Pada abad pertengahan, segala sesuatu yang
diketahui dianggap sebagai pengetahuan.
Konsep dasar pada waktu itu adalah kesamaan. Kemudian ketika berkembang abad penalaran,
konsep dasar yang semula menggunakan kriteria kesamaan mulai berubah menjadi
perbedaan. Pohon pengetahuan pun mulai
membentuk cabang-cabang baru yang lebih kompleks. Pada saat itu juga terjadi diferensiasi
bidang ilmu yang kemudian mulai mengerucut menjadi ilmu alam dan juga ilmu
sosial.
BAB
V
SARANA
BERPIKIR ILMIAH
Sarana berpikir
ilmiah merupakan kumpulan dari pengetahuan-pengetahuan. Berpikir merupakan proses bekerjanya
akal. Berpikir dilakukan secara alamiah
dan secara ilmiah. Berpikir secara
alamiah dilakukan pada pola penalaran sehari-hari. Sementara itu, berpikir secara ilmiah
menggunakan pola penalaran pada sarana tertentu. Dalam praktiknya, seorang peneliti atau
ilmuan harus menggunakan pola pikir secara ilmiah. Tujuan akhir dari sarana berpikir ilmiah
adalah agar seseorang dapat berpikir ilmiah dengan baik.
Alat-alat yang
digunakan dalam sarana berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika, dan
statistika. Bahasa merupakan suatu
komunikasi verbal. Manusia memerlukan
bahasa karena bahasa adalah buah pikiran dari perasaan dan sikap. Bahasa digunakan untuk melakukaan komunikasi
ilmiah. Simbol bahasa yang bersifat abstrak
memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Dalam filsafat keilmuan fungsi, memikirkan
sesuatu dalam benak tanpa objek yang sedang kita pikirkan membuat manusia berpikir
terus menerus dan teratur serta mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan.
Komunikasi ilmiah memberi informasi pengetahuan berbahasa dengan jelas bahwa
makna yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan dan diungkapkan secara
tersusun (eksplisit) untuk mencegah pemberian makna yang lain. Karya ilmiah
memerlukan tata bahasa yang menjadi aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk
mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu. Sementara itu,
matematika merupakan bahasa dalam bentuk lambang-lambang. Matematika dapat menutup kekurangan yang
terdapat pada bahasa. Kelebihan dari
matematika adalah dapat mengembangkan bahasa verbal secara kuantitatif. Contohnya, ketika bahasa mendeskripsikan paus
adalah hewan yang besar dan berat, matematika langsung menjelaskan bahwa paus
itu beratnya 2 ton. Bahasa verbal
bersifat kualitatif dan apriori (asumsi). Matematika digunakan sebagai konsep pengukuran dalam exact sebagai daya prediksi. Sedangkan statistika adalah kombinasi
bilangan aljabar yang dapat menarik kesimpulan secara umum. Statistika mampu memberikan kemampuan
hubungan dua faktor kebetulan atau tidak dalam empiris.
BAB
VI
AKSIOLOGI
: NILAI KEGUNAAN ILMU
Aksiologi
merupakan nilai kegunaan ilmu. Ilmu akan
berguna bagi perkembangan peradaban manusia. Di dalam kehidupan, ilmu akan
saling terkait dengan moral. Masalah moral tidak bisa dilepaskan
dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran
dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian
moral. Sejarah kemanusiaan dihasi oleh semangat para martir yang rela mengorbankan
nyawanya demi mempertahankan apa yang dianggap benar. Peradaban telah
menyaksikan Sokrates dipaksa meminum racun dan John Huss dibakar. Sejarah tidak berhenti disini, kemanusiaan
tidak pernah urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral,
ilmuwan rawan sekali dalam melakukan prostitusi intelektual.
Seorang ilmuan harus mempunyai tanggung jawab sosial. Bukan saja karena dia adalah warga masyarakat
yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat, tetapi karena dia
mempunyai fungsi tertentu dalam keberlangsungan hidup manusia. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten
dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu
itu bebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuanlah yang
memberikannya nilai.
BAB VII
ILMU
DAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan didefenisikan untuk pertama kali oleh E.B Taylor
pada tahun 1871, lebih dari seratus tahun yang lalu, dalam bukunya Primitive Culture, dimana kebudayaan diartikan sebagai
keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat
serta kemampuan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Manusia dalam kehidupannya
mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Untuk
mendorong adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan
berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley Montagu,
kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia berbeda dengan binantang bukan hanya dalam banyaknya kebutuhan, namun
juga dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah
dalam konteks ini yang memberikan garis pemisah antara manusia dengan binatang.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan
merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan
disini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia
dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan
aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan
bernegara. Pegembangan kebudayaan
nasional merupakan bagian dari kegiatan suatu bangsa, baik disadari atau tidak
maupun dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling
tergantung dan saling memengaruhi. Pada
satu pihak pengembangan ilmu dalam suat masayarakat tergantung dari kondisi
kebudayaannya. Sedangkan dipihak lain, pengembangan ilmu akan memengaruhi
jalannya kebudayaan.
BAB
VIII
ILMU
DAN BAHASA
Ilmu merupakan
bagian dari pengetahuan. Dalam
perkembangannya, ilmu telah mengerucut menjadi ilmu alam dan ilmu sosial. Kedua ilmu tersebut tidak memiliki perbedaan
secara signifikan. Secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis, ilmu alam
dan ilmu sosial sama.
Bahasa pada hakekatnya mempunyai dua fungsi utama yaitu
pertama sebagai sarana komunikasi antarmanusia, dan kedua, sebagai sarana
budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan
sebagai fungsi komunikatif, sedangkan fungsi yang kedua sebagai fungsi yang
kohesif atau integratif. Pengembangan
sebuah bahasa haruslah memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi keseimbangan
yang saling menunjang dalam pertumbuhannya. Seperti juga manusia yang
mempergunakan bahasa harus terus tumbuh dan berkembang seiring dengan
pergantian zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar